Pengen Sami'na Wa a Atho'na, Tapiii..


Oleh : Eyi Ummu Saif

Sebagai seorang hamba Allah yang menjadi bagian umat Nabiyullah Muhammad shalaulohu'alaihi wassalam kita di perintahkan untuk sami'na wa atho'na terhadap apa-apa yang beliau shalaulohu'alaihi wassalam perintahkan dan menjauhi apa-apa yang dilarang. Tapi koq, mengapa Terasa sulit ya melupakan raehan? ups, maksudnya begitu terasa sulit ya mau ta'at itu, kayak misalnya mau nutup aurat malah di katain emak-emak karena gamisnya gedombrangan, gak nongkrong pinggir jalan campur baur laki perempuan dikatain kuper ngerem mulu di kamar, eh pas mau keluar ikut kajian Islam di katain hati-hati loh ajaran sesat, paham radikal.  label negatif koq jadi disematkan kepada umat yang justru ingin ta'at ya? Akhirnya kita mau sami'na wa atho'na (kami dengar dan kami patuh) tapi, malah menjadi sami'na wa ashoina (kami dengar dan kami tidak akan patuh), perkataan tersebut sami'na wa ashoina dulu pernah di gunakan orang-orang yahudi yang menolak kenabian muhammad shalaulohu'alaihi wassalam, jangan sampai kebiasaan orang orang yahudi yang dahulu dilakukan mereka, kini malah kita kerjakan, astagfirullah, Karena kita mikir-mikir dulu, takut dikira yang enggak enggak, takut di katain so suci atau so alim, terus kita kudu piye?

Jika kita melihat dari kondisi masyarakat saat ini, dimana sistem aturan yg di terapkan adalah sistem kapitalisme atau sekuler, yang dimana sistem ini memisahkan agama dengan kehidupan, sehingga kita gak boleh bawa bawa masalah agama diruang publik, seperti disekolah, jual beli atau berpolitik gak perlu menampakan keislamannya, ibadah cukup masalah individu saja di tempat tempat ibadah, sehingga hal inilah yang membuat respon masyarakat merasa asing bahkan takut ketika melihat seorang muslim yang memperlihatkan identitas agamanya diruang publik.

Padahal jelas dalam Al qur'an di katakan, "Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.” (TQS. Al-Dzariyat: 56), 
Menurut tafsir Ibnu Qoyyim Al Jauziyah: "bahwa tujuan Allah menciptakan kita manusia serta jin dan makhluk lainnya di bumi ini adalah untuk beribadah kepada-Nya. Allah tidak mungkin menciptakan makhluk begitu saja tanpa pelarangan atau perintah", Itu artinya semua perbuatan manusia ada aturannya, nah yang jadi pertanyaan, aturan seperti apa yang mau kita ikuti? apakah aturan nenek moyang, atau aturan Allah sang pencipta manusia?"

Ketika kita sudah menjadi mukalaf, berarti kita sudah terkena taklif hukum, auto kita kudu paham soal hukum syara, biar kita tahu nih ketika hendak melakukan aktifitas perbuatan yang kita lakukan masuk kategori yg halal, sunnah, mubah, makruh, atau haram. Tapi jika kita melihat fakta yang terjadi ditengah-tengah kita, sebagian umat Islam malah melakukan sesuatu yang misalnya di haramkan tapi seakan mu'bah gitu, kayak misalnya boleh koq pacaran yang penting gak ngapa-ngapain, boleh koq pake pakaian pamer aurat kan ini hak otonomi tubuh gue gitu loh, ah gapapa kali chatan curhat-curhatan sama bukan mahrom kan cuma temen ini, atau kayak semacam perayaan umat non islam kayak Halloween days, v days malah ikut-ikutan, seperti itulah kondisi umat saat ini, yang dimana sesuatu yang di larang agama malah di normalilasi biar di terima umat, akhirnya yang terjadi adalah umat kebingungan dalam menentukan hukum syara. Soo, gimana ya biar kita ga salah arah? Biar kita punya tujuan hidup yang bisa mengantarkan kita ke jannah?

Soo, yuk kita mengkaji islam dengan mendatangi majlis-majlis ilmu, kita bersabar akan proses yang kita jalani untuk memahami ilmu yang di sampaikan guru dalam majlis, jangan lupa adab menuntut ilmu wajib kita pakai ya ketika menuntut ilmu biar berkah. Kita juga berusaha untuk mengamalkan setiap ilmu yang kita dapat juga mengajarkannya, karena ilmu itu gak akan ada manfa'atnya jika tidak kita amalkan, ibarat kita punya buah mangga yang udah mateng di pohon, kita gak akan bisa merasakan manisnya kan kalau kita gak kupas dan makan daging buahnya, dan jika kita mengajarkan ilmu, maka ilmu yang disampaikan kita, inshaaAllah akan menjadi amal jariyah untuk kita, ketika orang yg mendengar ikut mengamalkannya juga.

Kita senantiasa luruskan niat kita menuntut ilmu karena Allah, juga berdo'a kepada Allah supaya Allah memberi kemudahan kepada kita untuk menuntut ilmu, memahaminya, mengamalkannya, juga mengajarkannya. Jangan lupa kita turut ikut mendakwahkan islam kepada masyarakat, karena islam adalah ideologi yang seharusnya di terapkan oleh negara, sebagaimana dulu Rasulullah shalallahu alaihi wasallam mendirikan negara islam di Madinah dan sepeninggal beliau, kepemimpinan islam di lanjutkan oleh khulaurasyidin. Dengan kita menuntut ilmu agama (islam), mengamalkan, dan mengajarkannya, serta mandakwahkan islam, inshaaAllah atas dorongan keimanan kita akan mudah untuk "sami'na wa athona" terhadap apa-apa yang Allah dan Rosul-Nya perintahkan dan menjauhi apa-apa yang dilarang.

Wallahu'alam




Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.

Posting Komentar

0 Komentar