Pinjol Menjerat Mahasiswa, Mengikis Tujuan Pendidikan


Oleh : Ine Wulansari (Pendidik Generasi)

Pinjol alias pinjaman online, sekilas memberi kesan membantu masyarakat. Dengan dalih kemudahan dalam pinjaman, pembayaran dengan bunga yang ringan, hingga jumlah pinjaman yang menggiurkan. Kesemua ini tentu membuat masyarakat tak terkecuali mahasiswa, ramai-ramai mengambil jalan pintas untuk mendapatkan pinjaman secara online.

Diberitakan bahwa, sebanyak 331 orang terjerat pinjol. Mereka menjadi korban penipuan dengan iming-iming memperoleh keuntungan besar. Sebagian korban merupakan mahasiswa IPB di Jawa Barat. Menurut Humas IPB Yatri Indah Kusuma Astuti menyebutkan, sejumlah 116 mahasiswa yang terjerat pinjol merupakan korban dengan dalih investasi. Mereka diminta berinvestasi dengan dana pinjaman online ini, dan sebagai pemikat, akan dibagi hasil 10 persen tiap bulannya.

Pada akhirnya, bukannya mendapat untung justru malang yang diterima. Karena, mereka harus membayar cicilan utang dari pinjaman online tersebut. Bukan hanya membayar utang, teror dan ancaman pun terus mereka dapatkan. Menurut Wakapolres Kota Bogor AKBP Ferdy Irawan, kerugian yang dialami korban mencapai Rp2,1 miliar. Angka tersebut berdasarkan akumulasi tagihan maupun bunga yang harus mereka bayar. (bbc.com, 17 November 2022)

Sungguh miris, terjeratnya para mahasiswa ini menggambarkan betapa mereka pragmatis akut. Sehingga tidak berpikir jernih dan kritis. Tentu saja, hal tersebut menunjukkan orientasi materi yang menjebak mereka. Pada akhirnya, tidak berpikir secara logis.

Seperti yang disampaikan pengamat keuangan Piter Abdullah, ratusan mahasiswa IPB yang terperangkap dalam jaringan pinjol bodong tersebut, karena memiliki perilaku tamak, rakus yang tidak mau bekerja keras. Memilih cara instan untuk mendapatkan keuntungan, sehingga membuat mereka ini spekulatif. Sangat disayangkan, mahasiswa tidak ada pengetahuan terkait keuangan dan kemampuan baik menghitung kemungkinan yang akan diperoleh, juga kemampuan untuk memecahkan mengenai masalah ini. (Republika.co.id, 15 November 2022)

Tentu kenyataan tersebut seharusnya menjadi tamparan keras bagi bangsa ini. Sebab terjadinya kasus penipuan melalui pinjaman online, terkait dengan tanggung jawab negara dalam menyejahterakan rakyat. Juga sistem pendidikan yang basis kurikulum dan mekanismenya sarat akan kepentingan bisnis. Sehingga, sangat wajar jika mahasiswa mudah ditipu ketika keuntungan materi jadi tujuannya. Ditambah tidak adanya kemampuan keuangan dan literasi pengetahuan mengenai masalah ini.

Dapat dikatakan, mahasiswa saat ini lebih condong pada kepentingan duniawi bukan menambah ilmu pengetahuan sebagai bekal kehidupan. Mereka sekolah atau menempuh pendidikan, semata lebih kepada mengharap dapat pekerjaan yang layak. Sehingga wajar, jika mereka mudah tertipu dan mengikis tujuan sebenarnya dalam pendidikan. 

Tentu permasalahan yang ada, tidak lepas dari sistem kehidupan yang diterapkan bangsa ini, yakni sistem Sekulerisme dan Kapitalisme. Sekulerisme membuat berbagai aturan dalam kehidupan ditentukan menurut hawa nafsu manusia. Dan sarat akan kepentingan termasuk kepentingan bisnis. Hal ini berlaku pada berbagai sendi dan pengaturan kehidupan, termasuk pendidikan. Maka wajar jika sistem pendidikan lebih menitik beratkan pada materi ajar yang bisa memberi manfaat secara materil, termasuk memenuhi keperluan dunia usaha.

Pendidikan akhirnya lebih disandarkan pada penguasaan sains teknologi dan keterampilan. Prestasi dan keberhasilan pendidikan pun diukur dari nilai-nilai akademis. Karenanya tidak mengherankan, jika hasilnya karakter mahasiswa jauh dari kepribadian mulia. Sebab sistem ini menjauhkan mereka dari tujuan pendidikan yang sebenarnya. 

Negara telah mengadopsi sistem Sekuler Kapitalisme yang menjauhkan agama dari standar kehidupan. Kurikulum pendidikan Sekuler memiliki pandangan sebatas pada materi dan praktis. Bukan bertujuan membentuk perilaku yang menjadikan halal haram sebagai standar benar dan salah. Program Merdeka Belajar (PMB) yang dipraktikkan sejak 2020, dianggap sebagai terobosan kurikulum. Fokusnya adalah menyiapkan mahasiswa siap kerja dan mengembangkan entrepreneurship untuk bertahan hidup.

Inilah gambaran hidup dalam sistem Sekuler Kapitalisme, berbeda jauh saat hidup dalam naungan sistem Islam. Sebagai agama yang sempurna, Islam hadir membawa rahmat bagi alam semesta. Aturan Islam bersumber dari wahyu Allah Ta’ala yang memberi banyak kebaikan bagi manusia, alam semesta, dan kehidupan. Termasuk kurikulum pendidikan yang berbasis pada akidah Islam.

Negara dalam sistem Islam, akan menerapkan sistem pendidikan Islam, di mana mahasiswa akan dibentuk menjadi anak didik yang bertakwa, beriman, berakhlak mulia, memiliki karakter, menguasai sains teknologi dan berbagai keterampilan yang diperlukan dalam kehidupan. Sistem pendidikan Islam, menjadikan akidah Islam sebagai dasarnya. Oleh karenanya, halal haram akan ditanamkan menjadi standar. Dengan begitu, mahasiswa dan masyarakat akan selalu mengaitkan peristiwa dalam kehidupan dengan keimanan dan ketakwaan.

Tentu saja pendidikan Islam akan melahirkan pribadi muslim yang taat pada Allah. Ajaran Islam akan jadi standar dan solusi dalam mengatasi berbagai persoalan kehidupan. Semua akan terlaksana ketika negara menyediakan pendidikan yang baik dan berkualitas secara murah, mudah bahkan gratis untuk seluruh warga negara. 

Semua ini akan terwujud nyata saat negara menjadikan Islam dan syariat-Nya sebagai aturan. Rakyat termasuk mahasiswa akan terhindar dari aktivitas haram sekelas pinjaman online yang secara nyata mengandung keharaman. Ditambah negara menyejahterakan rakyat dengan mengelola sumber daya alam secara mandiri. Hasilnya tentu akan dipergunakan untuk kepentingan rakyat, termasuk pendidikan. 

Maka dalam dekapan negara Islam, tidak akan ada kemiskinan atau buta pendidikan. Karena negara memberikan fasilitas dan memenuhi seluruh kebutuhan rakyatnya secara adil dan merata. 

Wallahua’lam bish shawab.




Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.

Posting Komentar

0 Komentar