Salah Kaprah Mengartikan Ikhtiar, Doa, dan Tawakal


Oleh : Jessy Tiara Putri

Ikhtiar yang shahih adalah serangkaian usaha dalam mencapai sesuatu dengan mindset bahwa Allah lah yang berkuasa atas segala sesuatu. Dengan kata lain, ikhtiar ialah aktivitas merayu/caper kepada Allah agar diberi apa yang diminta

Ikhtiar ada beragam bentuknya tergantung jenis hajatnya. Semisal, orang sakit pasti berkeinginan untuk sembuh. Maka, ia mengikhtiarkan diri untuk pergi ke dokter/terapi, meminum serangkaian obat/herbal dengan harapan ikhtiarnya tersebut merupakan wasilah datangnya pertolongan Allah yaitu kesembuhan. Dan ini adalah pemikiran yang benar

Lain halnya dengan, seseorang yang sakit ia pergi ke dokter/terapi, lalu minum obat/herbal yang dia yakini bahwa kesembuhan datangnya dari apa yang ia lakukan. Sikap yang kedua ini ialah sikap meniadakan keberadaan Tuhan, menganggap bahwa Tuhan tidaklah mempunyai andil dalam berbagai hal

Sama halnya dengan rezeki. Ada 2 orang yang sedang bekerja, sama-sama mengerjakan jobdesc yang sama, tetapi dengan pemikiran yang berbeda. Anggaplah Si A bekerja di Perusahaan C semata-mata mencari rezeki adalah ikhtiarnya meminta kepada Allah, dengan tidak meniadakan aktivitas berdoa. Apakah sama dengan Si B bekerja mencari rezeki di Perusahan C yang menganggap Perusahaan C lah yang mempunyai andil besar dalam rezekinya dengan meniadakan campur tangan Allah

Keduanya sama tapi beda, bagaikan bumi dengan langit. Ikhtiar nya sama, namun niat dan pemikirannya berbeda. Apakah akan menghasilkan akhir yang sama? Tentu tidak. Dalam pandangan manusia mereka sama-sama mendapatkan apa yang diusahakan, tetapi tidak dengan ridha-Nya. Maka, yang menjadi pembeda antara orang mu'min dengan orang munafik ialah didalam hatinya (niat dan pemikirannya)

Lalu, bagaimana dengan kondisi hati yang yakin bahwa pembendaharaan dunia ini ada pada Allah, tetapi ia tidak berikhtiar? Dengan kata lain hanya berdoa?

Doa merupakan salah satu ikhtiar juga, namun tidaklah ahsan jika tidak disertai dengan aktivitas riil di lapangan. Misalnya, Si A sangat yakin bahwa kesembuhan atau rezeki itu berasal dari Allah, sepanjang hari dari pagi sampai pagi lagi ia bermunajat kepada Allah tanpa usaha riil semisal pergi ke dokter untuk kesembuhannya. Apakah kesembuhan akan menemui nya sedang ia tidak mencarinya?

Begitupun dengan kesejahteraan, tindak kriminal, kedzaliman yang nampak didepan mata. Apakah kita bisa selamat jika mengikhtiarkan diri untuk semisal menjauh dan atau merubah keadaan hanya dengan berdoa tanpa usaha riil?

Hal demikian bukan semata-mata menyepelekan kekuatan doanya orang-orang muslim, melainkan menempatkan sesuatu sesuai porsinya. Sebab tidaklah benar jika seseorang hanya berdoa tanpa usaha dan tawakal, atau usaha tanpa doa dan tawakal, atau tawakal tanpa doa dan usaha.

Sebagaimana telah dijelaskan dalam Al-Qur'an tentang orang yang enggan berdoa kepada Allah yang artinya : "Dan Tuhanmu berfirman 'Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Aku perkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang sombong tidak mau menyembah-Ku akan masuk neraka jahanam dalam keadaan hina dina." (QS. Al-Mukmin: 60)

Begitupun telah dijelaskan dalam Al-Qur'an bahwa Allah tidak akan mengubah suatu keadaan jikalau orang tersebut tidak mengusahakannya : "Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri." (QS. ar-Rad: 11)

Dan tawakal yaitu berserah bukan pasrah. Seperti dalam Al-Qur'an yang artinya : 'Dan Ya'qub berkata: "Hai anak-anakku janganlah kamu (bersama-sama) masuk dari satu pintu gerbang, dan masuklah dari pintu-pintu gerbang yang berlain-lain; namun demikian aku tiada dapat melepaskan kamu barang sedikitpun dari pada (takdir) Allah. Keputusan menetapkan (sesuatu) hanyalah hak Allah; kepada-Nya-lah aku bertawakkal dan hendaklah kepada-Nya saja orang-orang yang bertawakkal berserah diri." (QS. Yusuf : 67)

Ketiga ayat di atas telah menjabarkan sebagaimana fungsi Al-Qur'an adalah petunjuk, maka tidaklah ada alasan apapun untuk tidak menerapkan apa-apa yang telah dikabarkan didalamnya. Maka, sangat penting bagi umat Islam mempelajari berbagai hal yang ada didalamnya, sebab Islam bukanlah hanya sekedar agama ritual saja, melainkan agama yang ideologis. Jadi, yuk ngaji supaya bisa menjadi umat yang dirindukan oleh Rasulullah ialah umat yang memperjuangkan agama Allah. Wallahu a'lam bishawab



Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.

Posting Komentar

0 Komentar