Waspada Proyek Ambisius G20


Oleh : Melinda

Perhelatan akbar  KTT G20 Presidensi Indonesia yang  mengusung tema "Recover Together, Recover Stronger” telah berhasil diselenggarakan  pada tanggal 15 - 16 November 2022 di Nusa Dua Bali. Periode Presidensi G20 Indonesia ini telah dimulai sejak 1 Desember 2021 berakhir 30 November 2022. Presidensi G20 adalah momentum Indonesia untuk berperan besar dalam memimpin pemulihan ekonomi global yang tidak hanya terguncang karena pandemi tetapi juga situasi geopolitik seperti perang di Ukraina.  Sejumlah pemimpin negara yang hadir pada pertemuan ini , yaitu: Presiden RI Joko Widodo, Presiden AS Joe Biden, Presiden China Xi Jinping, Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol, PM Kanada Justin Trudeau, PM Inggris Rishi Sunak, PM Italia Giorgia Meloni, Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman (MbS), Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, Presiden Argentina Alberto Fernandez, PM Australia Anthony Albanese, PM India Narendra Modi, Presiden Afrika Selatan Cyril Ramaphosa, PM Jepang Fumio Kishida, Kanselir Jerman Olaf Scholz, Presiden Prancis Emmanuel Macron, Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen. Adapun Presiden Rusia Putin, hadir diwakili oleh Menteri Luar Negeri Sergey Lavrov.

Berikut diantara proyek kerjasama Indonesia yang disepakati saat pertemuan G20 berlangsung : proyek MRT kerjasama dengan Jepang dan Korea, proyek Tol Trans-Sumatera pemerintah Indonesia dan pemerintah Turki, proyek transisi energi pemensiunan PLTU dengan dukungan  Asian Development Bank (ABD), proyek bisnis hidrogen dan amonia  ini oleh Pertamina dan perusahaan energi terbesar asal Arab Saudi Aramco, proyek  bisnis kilang minyak di Tuban ini mencakup kerjasama oleh Pertamina New and Renewable energi  (Pertamina NRE) yang merupakan stakeholding Pertamina NRE dengan perusahaan listrik asal Arab Saudi. Jika diakumulasikan total nilai proyek yang diperoleh pada ajang KTT G20 US$ 309,4 miliar atau setara Rp 4.857 triliun (kurs Rp 15.700). Total proyek itu terdiri dari 226 proyek yang bersifat multilateral senilai US$ 238 miliar dan 140 proyek bilateral dengan nilai US$ 71,4 miliar. adalah sekitar 71,49 miliar Dolar AS. (finance.detik.com). Pemerintah Indonesia harus waspada  dalam mengambil kerjasama dalam bentuk bantuan atau investasi. Karena ini bisa jadi "debt trap" atau jebakan hutang. Sudah rahasia umum landasan kerjasama kaum kapitalis tidak lepas untuk memperoleh keuntungan sebesar-besarnya artinya " no free lunch" tidak ada makan siang gratis. Jangan sampai rakyat terus menerus menjadi korban dari keserakahan kaum kapitalis. 

Menjadi harapan besar dunia terkhusus Indonesia untuk dapat membangkitkan pereonomian di tengah krisis setelah pandemi dan juga perang Ukraina dengan Rusia. Namun jika melihat pada sistem ekonomi yang diusung anggota G20 adalah ekonomi liberalis-kapitalis, sepertinya  ibarat jauh panggang dari api artinya tidak mungkin terjadi pemulihan ekonomi yang  berarti. Berbagai  agenda global hanya proyek tambal sulam buah sistem kapitalis. Sudah terlihat jelas   kesenjangan sosial di masyarakat ataupun antara negara maju dengan negara berkembang semakin melebar begitu pula dengan  tingkat kemiskinan di sejumlah negara yang terus meningkat akibat penerapan sistem ekonomi kapitalis. Indonesia sebagai negara berkembang tetap akan menjadi negara yang dieksploitasi oleh negara maju. Karena setiap negara tentunya akan mengutamakan kepentingan bagi negaranya sendiri ataupun  corpotate. Dan dalam sistem ini negara pemilik modal yang akan berkuasa atas negara yang disokongnya. 

Kembali kepada penerapan Islam secara kaffah merupakan solusi atas seluruh persoalan umat saat ini termasuk  memulihkan perekonomian yang tengah dilanda krisis. Islam mempunyai sistem ekonomi yang sudah terbukti selama berabad-abad mampu mensejahterakan umat. Jika perekonomian ingin bangkit diantara solusi Islam adalah tinggalkan riba, kelola sumber daya alam dan sumber daya manusia yang ada untuk kemaslahatan umat, jangan serahkan ke pihak swasta atau asing. Stop kerjasama dengan negara-negara kafir harbi. Jika segala urusan disandarkan pada hukum syara yang bersumber dari Allah SWT maka rahmatan lil alamin akan terwujud, karena ini adalah janji Allah SWT. 




Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.

Posting Komentar

0 Komentar