Oleh : Perawati,S.Kom
Dalam acara pelantikan pengurus Wanita Bekasi Keren (WBK) periode 2022/2027, Ketua Umum WBK Rahayu Setiowati berharap WBK memiliki kontribusi dalam upaya percepatan pertumbuhan perekonomian untuk mewujudkan Kota Bekasi yang Cerdas, Kreatif, Maju, Sejahtera dan Ihsan(Viva.co.id).
WBK adalah organisasi yang mendorong pemberdayaan perempuan di Kota Bekasi. Wanita Bekasi Keren(Kreatif, Energik, Responsif, Empati dan Nasionalis) telah berkiprah mengembangkan UMKM dengan kenggotaan lebih dari 500 anggota dan pengembangan wanita di wilayah Bekasi. Wiwiek Hargono Tri Adhianto selaku Founder WBK berharap WBK mampu memberi ruang bagi wanita Kota Bekasi sehingga dapat mandiri secara ekonomi dan kehadiran WBK diharapkan menjadi role model oleh Kota Bekasi(Bekasikota.go.id).
Pemberdayaan perempuan melalui WBK merupakan kebijakan sentral dalam percepatan pencapaian SDGs di Indonesia. Kebijakan ini tertuang dalam program Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), khususnya di bidang kewirausahaan yang berperspektif gender. Jika perempuan berdaya secara ekonomi akan mendorong penurunan kasus-kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak yang selama ini banyak dipicu oleh masalah ekonomi. Selanjutnya peran perempuan dalam kewirausahaan juga mendorong tersedianya lapangan kerja.
Sebagai bentuk komitmen Indonesia Pada Presidensi G20 yaitu mendorong isu-isu perempuan melalui aliansi G20 Empower dan Engagement Group Women20 atau W20. Program W20 Sispreneur yaitu mendorong ekonomi inklusif melalui pemberdayaan kepada 1000 womenpreneurs Indonesia agar berani naik kelas melalui adanya akses permodalan dan transformasi digital. Program ini membuka akses bagi perempuan untuk mencetak UMKM perempuan unggul dan berdaya. Serta meningkatkan keterampilan perempuan dalam digitalisasi teknologi, yang berdampak positif terhadap usaha yang berkelanjutan dan naik kelas.
Lenny N Rosalin, selaku Ketua Umum Panitia Nasional Ministerial Conference on Women's Empowerment (MCWE) G20 2022 menegaskan, pentingnya peran serta perempuan dalam berbagai bidang, termasuk ekonomi. Pasalnya saat ini tingkat partisipasi perempuan di tempat kerja masih rendah mencapai 54 persen, sedangkan laki-laki sudah 82 persen. Lebih lanjut Lenny menyampaikan, kalau kita bisa memberdayakan perempuan, sebetulnya produk domestik bruto (PDB) kita bisa naik. Sesuai studi McKinsey Global menyebutkan, kalau kita bisa menaikkan partisipasi angkatan kerja perempuan 3 persen saja, PDB Indonesia bisa naik USD135 miliar di 2025(Kominfo.go.id).
Oleh karena itu Kementerian PPPA bersama Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia (IWAPI) dan Swasta, menjadi focal point pada G20 Empower dalam rangka mempromosikan pentingnya kepemimpinan perempuan dalam dunia usaha. Mengingat UMKM yang dikelola perempuan mencapai 64,5 persen, berdasarkan data BPS tahun 2021.
Pada faktanya janji tak semanis realita, mengembangkan UMKM tidaklah mudah. Keterbatasan modal, kuran menguasai pasar, kalah dalam kompetisi dan gagap dengan teknologi digital membuat UMKM gulung tikar. Mencetak UMKM untuk percepatan ekonomi sebagai bentuk lepas tangan pemerintah dalam menyediakan lapangan kerja. Yang lebih menyakitkan mengalihkan perhatian masyarakat dalam mengelola sumber daya alam kepada inovasi produk kreatif.
Sekilas program pemberdayaan perempuan sangat bijak ditengah beban hidup yang sangat kompleks. Namun dibalik program ini ada upaya mengeksplotasi perempuan dalam bidang ekonomi. Perempuan dijadikan objek dalam pertumbuhan ekonomi dan menciptakan lapangan kerja. Sehingga perempuan disibukan dengan inovasi produk dan handal dalam kompetisi. Kondisi ini pelan tapi pasti menjadikan perempuan mulai abai dengan perannya sebagai ibu dan istri. Alhasil anak kurang perhatian dan kasih sayang ibu. Inilah watak sistem kapitalis, pemerintah hanya menjalankan peran sebagai regulator, bukan penanggung jawab atas kesulitan hidup yang ditanggung rakyatnya.
Dengan demikian ekonomi inklusif melalui pemberdayaan perempuan hanyalah sebuah pepesan kosong. Yang bisa bertahan dan naik kelas hanyalah mereka yang memiliki modal besar. Yang modal pas-pasan hanya sekedar buat makan dengan untung tak seberapa. Maka WBK sejatinya telah merenggut peran ibu sebagai ummu wa rabbatul bait. Ibu lalai dengan tugasnya sebagai pendidik dan pengurus generasi. Mereka disibukkan dengan aktifitas mubah dan melalaikan kewajibannya sebagai ibu.
Padahal tugas utama perempuan sebagai Ummu wa rabatul bait. Ditangan seorang ibulah lahir generasi kuat yang memiliki visi yang agung, seperti seorang Muhammad Al Fatih. Peran tersebut akan mudah diterapkan dengan dukungan sistem negara yang mendukung, yaitu sistem Islam. Dalam sistem kapitalis sekuler menjalankan peran ibu sebagai Ummu wa rabatul bait penuh tantangan. Tak jarang karena tekanan ekonomi menjadikan perempuan memutar otak untuk mendapatkan uang. Asalkan dapur tetap mengebul, anak terabaikan urusan nanti.
Menjalankan peran sebagai ibu bukanlah keterbelakangan melainkan sebuah peran mulia yang bernilai pahala besar di sisi Allah SWT. Rasulullah SAW bersabda: “Seorang wanita adalah pengurus rumah tangga suaminya dan anak-anaknya, dan ia akan dimintai pertanggungjawaban atas kepengurusannya.” (HR Muslim).
Dari hadis diatas bahwa seorang ibu kelak akan dimintai pertanggungjawaban atas anak-anaknya. Maka janganlah karena kelalaian dalam mendidik dan mengurus anak menjadi penghalang jalan menuju surga. Rezeki masing-masing hamba telah ada takarannya. Ibu utamakan tugasmu sebagai Ummu wa Rabatul bait. Wallahu A'lam bish Shawab.
Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.
0 Komentar