Oleh: Tika Kartika (Aktivis Muslimah)
Allah maha menjaga dari apa-apa yang tidak kita ketahui. Kecanggihan teknologi pada saat ini memudahkan kita untuk mengakses berbagai informasi, termasuk kasus viral disawernya seorang Qoriah di daerah pandeglang beberapa waktu lalu.
Hj Nadia AlHawasyi mengungkapkan, peristiwa dalam video tersebut terjadi saat dirinya menghadiri acara maulid nabi di Kecamatan Cibaliung, Kabupaten Pandeglang, Oktober 2022, dikutif Kompas.com (06/01/2023).
Kasus disawernya seorang qariah yang sedang membaca Al-Qur’an adalah bentuk pelecehan dan desakralisasi terhadap Al-Qur’an. Kasus ini begitu mencederai hati umat Islam pada umumnya. Al-Qur'an adalah kitab suci yang harus dijaga, baik isi maupun tulisannya bukan diperlakukan seperti kasus yang sekarang sedang terjadi.
Pemahaman kebanyakan masyarakat yang menganggap pemishan kehidupan sehari-hari dengan memisahkan agama dari kehidupan membuat masyarakat termasuk umat Islam sendiri menjadi kehilangan adab (niradab), mereka lupa bagaimana cara memuliakn Al-Qur'an.
Inilah hadist yang disabdakan Rasulullah beberapa abad lalu untuk menjadi renungan bersama agar kita selalu berhati-hati. Kelak akan muncul satu golongan orang yang membaca Al-Qur’an namun tidak melewati kerongkongan.
يَخْرُجُ نَاسٌ مِنْ قِبَلِ الْمَشْرِقِ وَيَقْرَءُونَ الْقُرْآنَ لاَ يُجَاوِزُ تَرَاقِيَهُمْ ، يَمْرُقُونَ مِنَ الدِّينِ كَمَا يَمْرُقُ السَّهْمُ مِنَ الرَّمِيَّةِ ، ثُمَّ لاَ يَعُودُونَ فِيهِ حَتَّى يَعُودَ السَّهْمُ إِلَى فُوقِهِ
“Akan keluar manusia dari arah Timur dan membaca Al-Qur’an namun tidak melewati kerongkongan mereka. Mereka melesat keluar dari agama sebagaimana halnya anak panah yang melesat dari busurnya. Mereka tidak akan kembali kepadanya hingga anak panah kembali ke busurnya” (HR. Bukhari).
Taraaqi merupakan jama’ dari tarquwah yang artinya tulang yang berada di antara leher dan tengkuk yang dalam bahasa Indonesia disebut kerongkongan.
Ibnu Hajar Al Asqalani rahimahullan menjelaskan, maksud bacaan Al-Qur’an tidak melewati kerongkogan adalah tidak diangkat kepada Allah, tidak ada nilainya di sisi Allah. Jika kerongkongan saja tidak terlewati, maka tentu ia tidak akan sampai ke hati.
Banyak fakta menunjukkan, umat Islam berlomba-lomba memperbagus bacaan Al-Quran, bahkan sampai menjadikan dirinya seorang hafidz. Akan tetapi di sisi lain, mereka lupa bagaimana cara memuliakan Al-Quran serta mengamalkan isinya pada setiap perbuatan.
Sudah seyogianya kita sebagai umat muslim menjaga adab terhadap Al-Qur'an. Karena Al-Qur'an adalah kitab suci penuntun umat dalam menjalani kehidupan. Kitab yang berisikan perintah-perintah Tuhan semesta alam. Maka tak sepatutnya jika seorang muslim memperlakukan Al-Qur'an, membacanya serta mengamalkan isinya hanya sesuai hawa nafsu belaka. Penghormatan dan penjagaan terhadap Al-Qur'an menjadi kewajiban bagi seluruh umat muslim.
Untuk merelisasikan penghormatan dan penjagaan terhadap Al-Qur'an umat membutuhkan adanya institusi pelindung yang akan menjaga kemuliaan Al-Qur’an. Dalam sistem sekuler seperti saat ini mustahil rasanya adab-adab terhadap Al-Qur'an bisa diterapkan oleh seluruh umat muslim. Karena dalam sistem ini kebebasan berperilaku begitu dijunjung tinggi. Dan hal inilah salah satu sebab mengapa umat kian tak beradab, termasuk dengan kitab dari suci agamanya sendiri.
Islam, memiliki beragam aturan untuk mengatur segala hal yang berkaitan dengan perbuatan manusia. Terkandung di dalamnya tentang adab-adab kepada sesama manusia, kepada hewan, barang-barang, kepada semua makhluk di bumi, terlebih adab kepada kitab suci. Penerapan Islam secara kaffah meniscayakan umat manusia akan tunduk terhadap aturan Islam. Karena aturan Islam bersumber dari wahyu Allah yang akan menjadikan manusia akan berada dalam ketaatan juga kehati-hatian dalam berbuat dan bersikap.
Maka dari itu, satu-satunya sistem yang mengatur seluruh perilaku manusia agar selalu dalam batasan sesuai syariat-Nya hanyalah sistem Islam. Karena Islam adalah penuntun kehidupan terbaik, yang akan menjadikan seluruh manusia menempatkan dirinya untuk selalu beramal sesuai yang dikehendaki-Nya.
Wallaahu 'alam bisshawwab.
Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.
0 Komentar