Gugat Cerai Naik Daun


Oleh: Bunda Wiwi

Membentuk keluarga yang harmonis, sakinah, mawaddah, warahmah adalah dambaan setiap individu yang dihimpun dalam naungan keluarga dan terikat pernikahan.

Dijelaskan dalam kitab Masyru’ud Dustur ayat 120. “Kehidupan suami istri adalah kehidupan yang sarat akan  ketenangan . Pergaulan suami istri adalah pergaulan penuh persahabatan . Kepemimpinan suami terhadap istri adalah kepemimpinan pengaturan (bertanggung jawab), bukan kepemimpinan layaknya seorang penguasa. Seorang istri diwajibkan taat kepada suami. Seorang suami diwajibkan memberi nafkah yang layak sesuai standar yang makruf.”

Sungguhlah indah didalam sebuah keluarga apabila setiap anggota keluarga menyadari fungsinya. Suami sebagai pemimpin keluarga  bertugas sebagai pencari nafkah karena merupakan kewajibannya, sedangkan peran istri sebagai ibu dan pengurus rumah tangga yang harus taat pada suaminya. 

Ada anggapan bahwa kebahagian rumah tangga itu di lihat dari istri yang cantik ,suami yang tampan dengan berkedudukan tinggi di tengah masyarakat, serta memiliki materi yang berlimpah. Benarkah seperti itu adanya? Faktanya kondisi tersebut tidak menjamin kebahagian dalam berumah tangga. 

Sebagai contoh salah satunya kasus gugat cerai yang di lakukan pemimpin daerah di Kabupaten Purwakarta, yakni bupati Anne yang menggugat cerai suami nya. Secara fisik dan materi tidak nampak kekurangan, dan terlihat bahagia, namun pasa akhirnya harus bercerai juga. Dengan kasus perceraian ini ternyata berdampak kepada pola pikir dan sikap masyarakat, tindakan kepala daerah tersebut telah menginspirasi istri-istri di daerah Purwakarta untuk melakukan hal yang sama yakni menggugat cerai pasangannya. 

Seperti yang diberitakan POJOKSATU.id, Purwakarta- Gugatan cerai Bupati Anne Ratna Mustika kepada suaminya Dedi Mulyadi, ternyata dibarengi dengan banyaknya anak buah bupati (para ASN) yang juga tengah berperkara menggugat cerai para suaminya.

Para Aparatur Sipil Negara (ASN) yang menggugat cerai diwarnai berbagai permasalahan, sehingga mereka menggugat cerai para suaminya. Banyak para ASN menggugat cerai suaminya, saat memasuki tahun-tahun sulit adanya pandemi covid 19.

Menurut kepala bidang Pembinaan dan Kesejahteraan pada kantor Badan Kepegawaian dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia (BKPSDM) penyebab utama terjadinya perceraian karena faktor ekonomi.

“Kebanyakan perempuan yang mengajukan cerai yaitu ASN dari kalangan guru, namun ada juga selain guru,” kata Usep, Kabid Pembinaan saat memberikan keterangan kepasa pojoksatu.id, dikantor BKPSDM, Jum'at sore. (Pojoksatu.id ,6/1/2023.)

Sungguh sangat miris sekali dampak negatif yang terjadi dalam kasus perceraian ini, sehingga mendorong dan menginspirasi bawahannya untuk mengikuti jejak pemimpinnya. Sistem sekuler-kapitalisme telah membawa dampak yang besar sekali sehingga mampu meruntuhkan mahligai rumah tangga. 

Para istri yang berlabel ASN menggugat cerai suaminya, dikatakan faktor penyebab utamanya adalah ekonomi. Ketika para suami tidak mendapatkan pekerjaan, karena susahnya mencari pekerjaan membuat para istri ini mencari solusi yang lain yang menurutnya lebih nyaman. 

Dalam sistem kapitalisme, kasus perceraian menjadi suatu hal yang biasa. Meningkatnya kasus perceraianpun bukanlah suatu masalah besar. Aturan kapitalisme buatan manusia hanya bisa membuat hidup semakin rumit. 

Masalah datang bertubi-tubi. Bahkan masalah global seperti pandemi pun belum kunjung selesai dan hal ini ternyata berefek pada kehidupan keluarga di Indonesia. 

Dalam Islam pasangan suami istri tak akan dengan mudah berpikir untuk bercerai. Karena landasan rumah tangga dalam pandangan Islam adalah keimanan kepada Allah. Bukan yang lain. Maka suami dan istri akan saling berusaha taat bersama dan jika ada masalah yang mereka hadapi, maka akan dihadapi bersama-sama dengan menjadikan Islam sebagi pemecah permasalahan rumah tanggnya. Karena visi rumah tangga bukan sekedar mengumpulkan banyak harta untuk terjaminnya hidup, namun keridhoan Allah untuk mendapatkan syurga-Nya. 

Untuk mewujudkan ketahanan keluarga tidak cukup di wujudkan sendiri. harus didukung penuh pula oleh sistem hidup yang baik, yakni sistem Islam. Masyarakat dan negara juga memiliki peran untuk mewujudkan keluarga muslim yang bahagia. 

Masalah ekonomi yang di duga  menjadi pemicu terjadi nya perceraia saat ini tak akan menjadi masalah besar, saat sistem Islam yang diterapkan. Islam memiliki sistem yang sempurna bahkan untuk mengatur ekonomi Islam memiliki solusi yang sempurna. Dimana negara akan sangat menjamin kebutuhan primer warganya seperti sandang, pangan dan papan. 

Negara dalam sistem Islam akan membuka lebar-lebar lapangan pekerjaan untuk para laki-laki sehingga kebutuhan pokok keluarga dapat terpenuhi dengan baik. Apalagi di tengah pandemi seperti ini, pemerintah akan sangat memikirkan bagaimana caranya kebutuhan primer rakyat bisa tercukupi dengan baik. 

Karena kepemimpinan dalam sistem Islam, berlandaskan ketawa kepada Allah SWT dan setiap kebijakan yang dilahirkannya akan sepenuhnya dimintai pertanggung jawaban oleh Allah. Sehingga masalah ekonomi keluarga bukanlah menjadi masalah terbesar dalam biduk rumah tangga. Dan keluarga pun tak harus menempuh solusi perceraian. 

Allah akan memberikan keberkahan kepada kita semua, jika kita kembali kepada aturan Allah. 

Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.” (QS. Al-A’raf: 96)

Oleh karena itu, Islam satu-satunya sistem yang mampu menjadi solusi atas semua permaslahan yang di hadapi masyarakat. Dan sebagai seorang muslim tentunya kita harus kembali kepada aturan Allah sehingga Allah bisa meridhoi kita di dunia dan akhirat. 

Wallahu’alam bi-Showab.




Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.

Posting Komentar

0 Komentar