Ibu Berdaya, Ibu Penghasil Cuan?


Oleh : Eyi Ummu Saif

Pakar ekonomi dari fakultas ekonomi dan bisnis, universitas gajah mada, Poppy Ismalina Ph.D menyebut, "data mengonfirmasi bahwa perempuan berperan besar dalam perekonomian, karena itu seharusnya perempuan menjadi faktor penting dalam penyusunan dan penerapan kebijakan terkait krisis yang terjadi. ( http://voaindonesia.com )

Perempuan saat ini didorong untuk membantu perekonomian keluarga, karena menganggap bahwa kemiskinan bisa dihapuskan apabila perempuan ikut berpenghasilan, dampaknya sering kita menyaksikan perempuan di eksploitasi dengan berbagai macam pekerjaan yang penting bisa mempunyai penghasilan, bahkan ada yang menganggap bahwa seorang perempuan yang telah berstatus IRT adalah perempuan tak berdaya karena tidak memiliki penghasilan, hanya mengurusi urusan domestik saja, kesehariannya hanya mengurus rumah, melayani suami, dan menyiapkan keperluan anak, dikatakan hanya menambah beban suami dan tidak produktif, dan berbagai label sengaja di berikan kepada ibu rumah tangga supaya mau ikut membantu perekonomian keluarga.

Inilah buah dari sistem kapitalis, di mana sistem ini berasaskan manfaat semata. Tanpa melihat akar persoalan yang menjadi sebab masalah. Jika kita melihat fakta, justru perempuan begitu rentan, misalnya ketika seorang ibu tidak menganggap penting fungsi domestik karena menganggap ketika menjalankan fungsi tersebut hanyalah penyiaan waktu dan tenaga tanpa menghasilkan pundi-pundi cuan. Padahal ketika hal tersebut di lakukan oleh seorang ibu, akibatnya adalah akan terjadi masalah antara pasanga suami istri, atau orang tua dengan anaknya, karena sibuk bekerja meninggalkan peran domestiknya, jadi tidak heran jika saat ini di temukan kasus kdrt, perselingkuhan, perceraian meningkat, anak yang kekurangan kasih sayang itu semua terjadi karena salah satunya adalah hilangnya peran perempuan sebagai seorang istri dan ibu di dalam rumah.

Dalam Islam kemiskinan bukanlah suatu masalah, kecuali jika kemiskinan ini terjadi sampai hampir 50% rakyat miskin. Karena islam mempunyai konsep pembangunan yang bisa mencegah terjadinya kemiskinan. Yang pertama islam mempunyai konsep keuangan negara yang tidak terpenjara oleh hutang dengan negara lain. Negara memiliki pemasukan yang sangat besar karena sumber daya alam di masukan pada kepemilikan umum yang hasilnya di kelola oleh negara dan di kembalikan ke masyarakat luas. Ada juga pemasukan dari pos zakat, zakat maal yang didalamnya terdapat pos untuk mengentaskan kemiskinan, ada pos zakat untuk 8 asnaf yang salah satunya adalah fakir dan miskin yang secara rutin akan di berikan santunan. Selain itu islam memiliki mata uang emas dan perak, yang dimana tidak akan menghasilkan krisis moneter karena nilainya akan selalu tetap. Penghasilan para pekerja tidak akan mengalami penurunan karena yang terjadi saat ini ketika inflasi naik maka daya belinya akan semakin turun. Hal tersebut membuat orang semakin miskin, kemudian dalam sistem saat ini juga ada pajak. Pajak dalam peradaban islam tidak ada. Jadi kesimpulannya semua mekanisme yang terjadi saat ini membuat orang menjadi miskin.

Dalam peradaban islam, riba adalah sesuatu yang tidak boleh, fiskal nya berbasis sektor Produktif kemudian moneternya menggunakan emas dan perak, juga ada santunan negara kepada orang-orang yang sudah tua renta yang tidak mampu bekerja, ataupun wanita yang tidak ada yang menafkahi karena dalam islam perempuan tidak wajib bekerja. Jadi jika menemukan sosok sosok hebat ulama atau ilmuan islam yang karyanya sampai saat ini bisa di rasakan oleh kita, seperti Imam Syafi'i, Imam Al Ghazali, Ibnu Sina, Al Khawarizmi, adalah generasi yang hadir pada saat sistem islam di terapkan secara kaffah pada masa kekhilafahan Islam. Dalam sistem khilafah islam, perempuan bisa optimal dalam menjalankan peran sebagai ummu wa rabbatul baity dan madrasatul ula karena negara memberikann support yang menjadi kebijakan negara, sehingga perempuan memang di didik baik oleh negara supaya bisa menjalankan peran tersebut, itulah mengapa dalam konsep pendidikan islam, cara mendidik anak laki-laki dan anak perempuan itu berbeda, salah satu nya adalah perempuan sejak dini di berikan pemahaman terkait nafkah, bahwa mencari nafkah bukanlah tugas perempuan.

Women economic bukanlah sesuatu yang bisa menghapus kemiskinan, karena justru hak tersebut melawan semua fitrah, baik secara fisiknya, sistem syarafnya, juga tidak cocok dengan komposisi otaknya, jika women economic dilakukan, maka artinya memilih untuk melawan fitrah yang dimiliki. Saatnya perempuan kembali kepada fitrah Islam dan berdaya dengan cara ikut berjuang menegakan syari'at Islam kaffah dalam bingkai khilafah, karena mendakwahkan islam, menegakan syari'at islam adalah kewajiban yang di bebankan kepada laki-laki dan perempuan. Allahu Akbar.




Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.

Posting Komentar

0 Komentar