Rice Cooker Gratis Ekonomi Menipis, Kok Bisa?


Oleh : Vella July Ayu (Aktivitas Remaja Andoolo Sulawesi Tenggara)

Saat ini ekonomi global dinilai sedang tidak baik-baik saja. Hal itu terlihat dari proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia yang mengalami koreksi ke bawah. Untuk tahun 2022, proyeksi dari World Economic Outlook IMF hanya 3,2 persen dan tahun depan pertumbuhan ekonomi dunia juga diperkirakan akan semakin melemah di angka 2,7 persen. Dengan peningkatan  yang cenderung cukup tinggi dan pertumbuhan ekonomi yang menurun, ini memberikan sinyal bahwa situasi ekonomi dunia cukup tertekan.

Melihat kondisi masyarakat yang semakin terpuruk ekonominya, negeri ini pun memiliki inisiatif membagikan rice cooker gratis. Dengan alasan menghemat biaya. Namun inisiatif tersebut ternyata berbeda dengan pendapat pengamat ekonomi.

Dikutip dari Kompas.tv, Pengamat ekonomi energi UGM Fahmy Radhi menyebut bagi-bagi rice cooker gratis sebagai program mubazir dan tidak efektif sama sekali. Ia menggangap alasan memberikan kontribusi energi bersih tidak signifikan dan kontribusinya kecil. “Penghematan elpiji tiga kilogram dengan bagi-bagi rice cooker gratis berbeda dengan kompor listrik, sebab rice cooker hanya untuk menanak nasi, padahal memasak masih pakai elpiji tiga kilogram,” ujarnya, Sabtu (3/12/2022).

Kebijakan pembagian rice cooker gratis dan subsidi pembelian motor listrik diklaim  pemeritah sebagai kebijakan ramah lingkungan, namun kebijakkan tersebut diklaim tak sejalan dengan legalitas di lapangan, fasilitas penunjang pengisian listrik belum banyak tersedia, sementara penghematan atas pengurangan penggunaan gas juga tak sensibel dan yang pasti program tersebut jelas menguntungkan perusahaan produsen rice cooker dan motor listrik.

Inilah potret negara kapitasis yang lebih berpihak pada pengusaha dan oligarki dibanding rakyat, berbagai program publik  namun hanya mengarah pada perolehan kemaslahatan para pemilik modal. Faktanya negara kapitalis ini semakin menunjukkan adanya kebergangtungan negara terhadap swasta dalam mewujudkan kebijakan industri negara yang menganut ideologi  kapitalisisme, memberikan kebebasan berinvestasi pada berbagai pihak termasuk swasta maupun asing tanpa memperhatikan mudharat yang ditimbulkan. Akhirnya kebijakan yang dibuat pun selalu berseberangan dengan kepentingan masyarakat kecil. 

Berbeda dengan sistem Islam. Perhatian pemerintah lebih mementingkan rakyatnya ketimbang diri mereka sendiri. Itu terlihat sepanjang sejarah, ekonomi pada masa Khulafaur al-Rashidin semakin meningkat. Pada masa ini masyarakat mencapai taraf kesejahteraan yang tinggi, yang semakin bertambah pada masa Umar bin Abdul Aziz. Ekonomi Islam mencapai puncak kejayaannya seiring dengan kejayaan Islam secara keseluruhan pada masa khalifah Harun al-Rashid. Masa kekhalifahan Harun al-Rashid berlangsung hampir seperempat abad (170-193H/786-809 M), ketika Baghdad tumbuh dari sebuah kekosongan menjadi pusat dunia kekayaan dan pendidikan. Pada masa ini, aktivitas-aktivitas komersial berkembang sampai ke Cina. Ketersediaan bantuan keuangan yang melimpah bagi para mahasiswa dan sarjana menjadikan dunia muslim sebagai suatu tempat pertemuan bagi para sarjana dari segala bidang pengajaran dan berbagai aliran dan agama. 

Namun berbagai permasalahan internal dan eksternal umat Islam, termasuk kerusakan moral dan peristiwa perang salib, telah melemahkan ekonomi Islam dan menghentikan perkembangan ekonomi Islam selama satu setengah abad. Berdasarkan sejarah yang menunjukkan efektifitas sistem perekonomian Islam bila dilaksanakan sesuai tuntunan Allah dan Rasul-Nya, sistem ekonomi Islam kembali dilirik sebagai solusi berbagai permasalahan sosial ekonomi internasional. Jika instrumen ekonomi Islam diaplikasikan dengan baik dan benar, maka masalah-masalah urgen perekonomian dapat diantisipasi sehingga tidak menimbulkan krisis ekonomi maupun finansial sebagaimana yang saat ini tengah terjadi. Dengan demikian, ekonomi Islam dapat digunakan sebagai solusi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Wallahu A'lam.




Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.

Posting Komentar

0 Komentar