KHUTBAH JUM'AT : TUGAS MULIA ULAMA: MENJAGA WARISAN NABI SAW


KHUTBAH PERTAMA

إنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ, نَحْمَدُهُ, وَنَسْتَعِينُهُ, وَنَسْتَغْفِرُهُ, وَنَعُوذُ بِاللَّهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا, وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَامَنْ يَهْدِهِ اللَّهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ, وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ,أَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لَاشَرِيْكَ لَهُ، شَهَادَةَ مَنْ هُوَ خَيْرٌ مَّقَامًا وَأَحْسَنُ نَدِيًّا.
 وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا محَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الْمُتَّصِفُ بِالْمَكَارِمِ كِبَارًا وَصَبِيًّا.
 اَللَّهُمَّ فَصَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَانَ صَادِقَ الْوَعْدِ وَكَانَ رَسُوْلاً نَبِيًّا، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ الَّذِيْنَ يُحْسِنُوْنَ إِسْلاَمَهُمْ وَلَمْ يَفْعَلُوْا شَيْئًا فَرِيًّا، أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ رَحِمَكُمُ اللهُ، اُوْصِيْنِيْ نَفْسِيْ وَإِيَّاكُمْ بِتَقْوَى اللهِ، فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ.
قَالَ اللهُ تَعَالَى 
وَاِذْ اَخَذَ اللّٰهُ مِيْثَاقَ الَّذِيْنَ اُوْتُوا الْكِتٰبَ لَتُبَيِّنُنَّهٗ لِلنَّاسِ وَلَا تَكْتُمُوْنَهٗۖ فَنَبَذُوْهُ وَرَاۤءَ ظُهُوْرِهِمْ وَاشْتَرَوْا بِهٖ ثَمَنًا قَلِيْلًا ۗ فَبِئْسَ مَا يَشْتَرُوْنَ ‏
(QS Ali ‘Imran [3]: 187)


Alhamdulillah, bersyukur kepada-Nya atas limpahan rahmat dan kasih sayang-Nya kepada kita, hingga kita ini ada dalam iman dan Islam. Shalawat dan salam semoga Allah senantiasa curahkan kepada junjungan alam Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, teladan kita dalam mengarungi kehidupan.

Mari kita terus berusaha meningkatkan takwa kita kepada Allah. Taat kepada-Nya dengan melaksanakan perintah-perintah-Nya dan menjauhi larangan-larangan-Nya. Sungguh hanya ketakwaan yang akan membahagiakan kita di dunia dan akhirat.

Hadirin jamaah jumah rahimakumullah,
Islam adalah agama sempurna, agama yang diridhai oleh Allah subhanahu wa taala. Karenanya, tak ada satu pun aspek dalam kehidupan kita yang tidak diatur oleh Islam. Bagaimana kita makan, minum, dan berpakaian diatur. Bagaimana kita beribadah, diatur. Bagaimana kita bermuamalah, diatur. Sampai bagaimana kita hidup bermasyarakat dan bernegara, itu pun diatur.

Tidak hanya diatur, tapi diberi contoh oleh Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam dan para sahabat beliau. Betapa sayangnya Allah kepada kita, agar kita ini bisa mengarungi kehidupan dunia dengan selamat dan nanti di akhirat masuk surga.

Namun sayang, ada di antara kita yang memilah dan memilih atas aturan Allah subhanahu wa taala. Hawa nafsu yang jadi ukuran. Bahkan yang lebih parah, orang kafir yang jadi panutan. Bukankah Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam sudah cukup jadi teladan?

Hadirin jamaah jumah rahimakumullah,
Alhamdulillah, kita sudah beribadah dengan cara Islam. Shalat, zakat, puasa, hingga haji. Juga nikah dan talak, membagi waris, hingga bertetangga. Tapi bagaimana dengan bernegara? 

Padahal, bernegara dalam Islam adalah kunci untuk mengatur kehidupan yang lebih besar. Tak mungkin hukum-hukum Islam bisa tegak secara hakiki, tanpa adanya institusi yang melaksanakannya. Dengan institusi ini pula, umat akan kuat dan punya tameng serta pelindung dari segala bentuk serangan musuh-musuh Islam. Tanpa sistem pemerintahan Islam, syariah Allah dicampakkan, dihinakan, bahkan dibuang di tempat sampah peradaban. Karena dianggap ketinggalan zaman. 

Padahal, sistem pemerintahan Islam adalah warisan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam yang harus dijaga dan dilaksanakan. Sejak dihancurkan oleh Mustafa Kemal Attaturk 3 Maret 1924 atau (27 Rajab 1342 H), umat Islam sedunia kehilangan induk. Kita tidak punya lagi khilafah, yang sebelumnya menyatukan seluruh kaum Muslim dari Barat hingga ke Timur. 

Umat Islam dipecah belah oleh penjajah Barat, berdasarkan bangsa dan nasionalisme. Akhirnya lemah dan tak berdaya di semua sektor kehidupan. Sungguh ini tidak sesuai dengan tuntunan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam yang mengharuskan kita semua bersatu, tanpa memandang suku, bangsa, ras, dan warna kulit. Kita adalah umat yang satu. Tuhan kita satu, Allah subhanahu wa taala. Rasul bagi kita pun satu Muhammad shallallahu alaihi wa sallam, dan kitab suci kita satu Al-Quranul Kariim.

Hadirin jamaah jumah rahimakumullah, 
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam pernah bersabda:
فَعَلَيْكُمْ بِسُنَّتِي وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الْمَهْدِيِّينَ الرَّاشِدِينَ وَعَضُّوا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ
Kalian wajib berpegang teguh pada Sunnahku dan Sunnah Khulafaur Rasyidin yang mendapatkan petunjuk dan gigitlah ia oleh kalian dengan gigi geraham (HR Abu Dawud).

Ketahuilah, Sunnah Khulafaur Rasyidin yang paling menonjol tentu saja adalah Khilafah ar-Raasyidah alaa minhaaj an-Nubuwwah. Khilafah ini merupakan kelanjutan dari Daulah Islam (Negara Islam) yang didirikan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam sejak pertama kali beliau hijrah ke Madinah. Dengan demikian Daulah Islam atau Khilafah Islam merupakan satu-satunya sistem pemerintahan Islam yang diwariskan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, yang wajib dipegang teguh oleh seluruh umat Islam. 

Wajar jika setelah era Khulafaur Rasyidin berakhir, kaum Muslim secara terus-menerus melanjutkan kepemimpinan Khilafah ini. Berakhirnya Khilafah di era Khulafaur Rasyidin segera dilanjutkan oleh Khilafah era Umayah, kemudian era Abasiyah dan yang terakhir era Utsmaniyah. Sayangnya, di era Utsmaniyah inilah Khilafah dibubarkan oleh musuh-musuh Islam satu abad yang lalu, setelah tidak kurang 14 abad menjadi institusi penjaga Islam serta pelindung dan pengayom kaum Muslim sedunia.

Hadirin jamaah jumah rahimakumullah, 
Para ulama Ahlus Sunnah wal Jamaah (Aswaja) sesungguhnya telah menegaskan bahwa mendirikan Khilafah atau mengangkat Khalifah untuk seluruh kaum Muslim sedunia adalah wajib. Kewajiban ini merupakan Ijmak Sahabat bahkan telah menjadi ijmak mayoritas ulama. Imam an-Nawawi, salah seorang ulama Aswaja sekaligus ulama mutabar mazhab Syafii, di dalam kitabnya, Syarh Shahiih Muslim, menegaskan:
وَأَجْمَعُوا عَلَى أَنَّهُ يَجِبُ عَلَى الْمُسْلِمِينَ نَصْبُ خَلِيفَةٍ وَوُجُوبُهُ بِالشَّرْعِ لَا بِالْعَقْلِ.  وَأَمَّا مَا حُكِيَ عَنِ الْأَصَمِّ أَنَّهُ قَالَ لَا يَجِبُ وَعَنْ غَيْرِهِ أَنَّهُ يَجِبُ بِالْعَقْلِ لَا بِالشَّرْعِ فَبَاطِلَانِ
Para ulama telah berijmak bahwa wajib atas kaum Muslim mengangkat seorang khalifah. Kewajiban ini didasarkan pada ketentuan syariah, bukan didasarkan pada ketentuan akal. Adapun yang diriwayatkan dari al-Asham bahwa mengangkat khalifah tidak wajib, juga dari yang selain dia bahwa mengangkat khalifah wajib berdasarkan akal, bukan berdasarkan syariah, maka pendapat keduanya adalah batil (An-Nawawi, Syarh an-Nawawi alaa Muslim, 6/291).

Hadirin jamaah jumah rahimakumullah, 
Ingatlah firman Allah subhanahu wa taala:
اِنَّمَا يَخْشَى اللّٰهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمٰۤؤُاۗ
Sungguh yang paling takut kepada Allah di antara para hamba-Nya adalah para ulama (TQS Fathir [35]: 28).

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda:
العُلَمَاءُ وَرَثَةُ اْلأَنْبِيَاءِ
Para ulama itu adalah pewaris para nabi (HR Abu Dawud dan at-Tirmidzi).

Maka semestinya, para ulama senantiasa berani menyatakan kebenaran dan tidak takut kepada siapapun selain kepada Allah subhanahu wa taala. Berani menyuarakan Khilafah dengan benar. Dan bukan malah berdiri di barisan gembong kaum kafir penjajah. 

Para ulama perlu mengingat tugasnya yakni menjelaskan ajaran Islamtermasuk Khilafahapa adanya kepada umat manusia. Allah subhanahu wa taala berfirman:
لَتُبَيِّنُنَّهٗ لِلنَّاسِ وَلَا تَكْتُمُوْنَهٗۖ
Hendaklah kalian menjelaskan isi Kitab itu kepada umat manusia dan tidak kalian sembunyikan (TQS Ali Imran [3]: 187).

Lebih dari itu, ulama seharusnya berada di garis depan perjuangan menerapkan syariah Islam secara kaffah. 
Yakinlah, kita umat Islam akan mulia dengan Islam itu sendiri. Bukan dalam sistem dan aturan demokrasi-sekuler, meski di bawah payung Piagam PBB sekalipun. []
بَارَكَ الله لِي وَلَكُمْ فِى اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَافِيْهِ مِنَ الْآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيمِ وَتَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ وَإِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ العَلِيْمُ، وَأَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا فَأسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْم




KHUTBAH KEDUA

اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا
أَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ الْمُسَبِّحَةِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِى بَكْرٍ وَعُمَر وَعُثْمَان وَعَلي وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ

اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآء مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيْنَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَاإنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ.
عِبَادَاللهِ ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُبِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ




Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.

Posting Komentar

0 Komentar