Korelasi Ibu Ngaji dan Anak Kurang Gizi


Oleh : Ni’mah Fadeli (Anggota Aliansi Penulis Rindu Islam)

Ketua Dewan Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP), Megawati Sukarnoputri kembali menjadi sorotan dengan pidatonya yang menimbulkan kontroversi di masyarakat. Dalam Seminar Nasional Pancasila dalam Tindakan : ‘Gerakan Semesta Berencana Mencegah Stunting, Kekerasan dalam Rumah Tangga, serta Mengantisipasi Bencana’ di Jakarta Selatan pada Kamis, 16 Januari 2023 yang lalu, ia mengaitkan aktivitas keagamaan yang saat ini kerap dilakukan para ibu, yaitu pengajian dengan masalah stunting. Menurutnya, pengajian yang dilakukan para ibu membuat waktu tersita sehingga asupan gizi ke anak menjadi terlupakan. 

Menanggapi hal ini, Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Bidang Dakwah dan Ukhuwah, KH. Muhammad Cholil Nafis menyatakan bahwa ibu-ibu yang rajin ke pengajian tidak menelantarkan anak karena pada umumnya memiliki anak yang sudah besar. Kiai Cholil juga mengingatkan bahwa waktu yang dihabiskan untuk pengajian lebih sebentar jika dibandingkan dengan para ibu yang bekerja kantoran atau menjalankan bisnis. Justru dengan pengajian, ibu-ibu jadi semakin tahu dan peduli dalam mengurus anak disamping juga melatih hati dan pikiran. (republika.co.id, 19/02/2023).

Senada dengan Kiai Cholil, Wakil Ketua Badan Pemenangan Pemilu (Bappilu) Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Demokrat Andi Nurpati juga menuturkan bahwa sangat tak pantas mempertanyakan ibu-ibu pengajian. Pengajian yang biasanya hanya dilakukan sepekan sekali atau sebulan sekali menurut Andi terkadang juga malah membahas masalah kesehatan. Ia mempertanyakan mengapa justru ibu-ibu yang pergi ke diskotik atau bekerja full day tak menjadi bahasan. Menurutnya, solusi masalah stunting adalah dengan mengatasi kemiskinan, memberikan pendidikan dan keterampilan agar dapat bekerja jadi tak ada korelasinya dengan ibu-ibu yang mengikuti pengajian. (Sindonews, 19/02/2023).

Stunting adalah gangguan pertumbuhan pada anak dengan penyebab utama kurangnya asupan nutrisi selama masa pertumbuhan. Dampak yang ditimbulkan adalah memperlambat perkembangan otak sehingga dalam jangka panjang bisa menyebabkan keterbelakangan mental, rendahnya kemampuan belajar dan resiko serangan penyakit kronis seperti diabetes, hipertensi hingga obesitas. Tingginya stunting di suatu negara menunjukkan kurangnya pengurusan negara kepada rakyatnya. Namun hal ini seolah tak disadari para petinggi negara sehingga setiap ada masalah maka letak kesalahan ada pada rakyatnya. Bahkan mengaitkan dengan kegiatan ibu-ibu pengajian, sungguh korelasi yang sangat memaksa. 

Rasulullah bersabda, “Mencari ilmu adalah kewajiban setiap muslim.” (HR. Ibnu Majah). Kewajiban ini hanya berhenti ketika seseorang tak lagi bernyawa,  jadi tak ada batas sampai kapan seseorang belajar baik untuk laki-laki maupun perempuan. Aktivitas pengajian adalah bagian dari sarana mencari ilmu. Dalam forum kajian akan ada pembahasan aqidah, syariat, ibadah, muamalah, kesehatan, ekonomi hingga politik. Kesemuanya akan menambah iman, pengetahuan dan kecerdasan masyarakat. 

Dalam pengajian yang adalah salah satu bentuk dakwah Islam, masyarakat jadi tahu baik buruk, mana yang halal dan haram. Dengan semakin gencarnya dakwah maka kesadaran masyarakat untuk bersedekah, berinfak, berwakaf, berzakat dan melakukan aktivitas ekonomi lain sesuai dengan syariat Islam yang pada ujungnya akan membantu perekonomian negara karena Islam tak pernah mengajarkan suap menyuap, riba dan korupsi. Dengan dakwah pula pasangan suami istri semakin tahu apa yang menjadi hak dan kewajibannya, saling menerima dan mensyukuri kehidupan rumah tangga, bagaimana anak dan orang tua seharusnya dalam Islam dan seterusnya sehingga tercipta keluarga yang harmonis, angka perceraianpun dapat ditekan. Berbagai masalah tentang pergaulan yang menjadi bahasan dalam kajian membuat anak muda memiliki hidup yang lebih terarah sehingga negara tak dibingungkan dengan meningkatnya angka kenakalan remaja.

Mereka yang paham Islam tak akan melakukan korupsi atau menjual aset negara kepada pihak asing seperti yang dilakukan para petinggi negara saat ini karena syariat Islam melarangnya. Namun karena dominasi pemikiran sekuler kapitalis maka para petinggi negeri justru ingin menjauhkan masyarakat dari syariat Islam. Asal keuntungan didapat tak peduli bagaimana keadaaan rakyat, halal haram tak pernah menjadi prioritas. Carut marut masalah yang terjadi di negeri semua salah rakyat maka rakyat harus mandiri untuk mencari solusi dan memperbaiki sendiri, sementara pemegang kekuasaan hanya berebut kursi dengan janji tak pernah terbukti.

Maka umat Islam tak boleh malas mencari ilmu agar semakin kuat iman, memahami syariat yang telah Allah tetapkan, mematuhi dan menjalannya. Setiap urusan di dunia telah Allah buat aturan yang memudahkan agar manusia selamat dunia dan akhirat. Maka hanya dengan menerapkan segala syariat-Nya dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat dan bernegara kedamaian, keselamatan dan keberkahan akan didapat. 

Wallahu a’lam bishawwab.




Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.

Posting Komentar

0 Komentar