Pembakaran Al-Qur'an, Kebebasan Berekspresi?


Oleh : Sabila Asy-syahidah

Aksi penistaan terhadap Islam kembali terulang. Politikus Swedia, Rasmus Paludan, membakar Al-Qur'an di depan kedutaan Turki di Swedia dalam demonstrasi tanggal 21 Januari lalu. Aksi ini menuai kecaman dari umat muslim berbagai negara. Kedutaan Swedia di Malaysia digeruduk massa. Turki menunjukkan kemarahan dengan menunda kunjungan Menhan Swedia ke Ankara. Negara-negara Arab seperti Arab Saudi, Yordania, dan Kuwait mengutuk aksi ini. Parlemen Kuwait menyerukan boikot pada negara yang ridak menghormati kesucian Islam.

Dalam aksinya tersebut, Paludan mengklaim bahwa aksinya itu merupakan bagian dari kebebasan berekspresi. “Jika Anda tidak berpikir harus ada kebebasan berekspresi, Anda harus tinggal di tempat lain,” kata Rasmus Paludan kepada massa di sana.

Bukan pertama kali Islam menjadi korban penistaan atas nama kebebasan berekspresi. Masih teringat di benak kita bagaimana Rasulullah SAW dihinakan dengan komik buatan Charlie Hebdo di Perancis. Penistaan terhadap Islam ini akan terus berlanjut selama masih ada kebebasan berekspresi. Dari laman resmi PBB dinyatakan bahwa Hak Asasi Manusia Internasional (di dalamnya ada kebebasan berekspresi) hanya digunakan melindungi individu, bukan agama (International human rights laws protect individuals, not religions). Maka dari itu, umat Islam pada hari ini hanya bisa mengecam, membuat pernyataan sikap, yang bahkan tak mampu untuk memberikan hukuman kepada para pelaku penistaan tersebut.

Al-imaamu junnah, seorang imam (khalifah) adalah perisai. Pantaslah pada hari ini Islam dan umatnya mudah dinistakan oleh orang-orang yang membencinya. Karena saat ini tidak ada perisai yang dapat melindungi umat. Kala Musailamah Al Kadzdzab menistakan Islam dengan mengaku sebagai nabi, Khalifah Abu Bakar ra sigap memeranginya. Khalifah lainnya yakni Al Mu'tashim Billah pun segera memenuhi panggilan muslimah yang dilecehkan orang kafir dengan mengirimkan pasukan.

Pada saat ini umat Islam bagai raksasa yang tertidur, berjumlah banyak namun seperti buih di lautan yang tak memiliki kekuatan apapun. Hanya dengan adanya kepemimpinan yang satu dengan khalifah yang satulah umat Islam akan terjaga kehormatannya.



Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.

Posting Komentar

0 Komentar