Oleh : Ummu Nida (Pengasuh Majelis Taklim)
Tingkat kematian ibu ketika melahirkan saat ini berada dalam kondisi yang sangat mengkhawatirkan. Kejadian ini bukan hanya terjadi pada negara miskin, tapi di negara maju pun terjadi kematian walaupun angkanya lebih rendah. Menurut ekonom dan filsuf terkemuka Amartya Sen mengatakan, contoh paling tepat untuk menggambarkan kematian ibu melahirkan sebagai "remediable injustice" sebuah kondisi yang secara mendasar tidak adil dan dapat kita ubah.
Tahun 2000 hingga 2020, empat badan PBB yaitu WHO, UNICEF, UNFPA, UNDESA serta Bank Dunia memperkirakan bahwa satu perempuan meninggal setiap dua menit selama kehamilan atau persalinan. Setara dengan 800 kematian sehari atau sekitar 287.000. PBB pun mengingatkan para pemimpin negara untuk mengakhiri kematian ibu, dengan memberi sistem perawatan kesehatan, menutup kesenjangan sosial, dan ekonomi yang semakin melebar yang disinyalir sebagai penyebab kematian, padahal sebagian besar pemicunya bisa dicegah. (voaindonesia.com, 24/02/2023)
Apa yang ditawarkan PBB, sekilas begitu membius. Sepertinya benar dan memihak kepada kaum ibu sebagai korban. Tetapi, sejatinya solusi yang ditawarkan hanya utopis belaka. Karena dalam kapitalisme, kesehatan dikapitalisasi dan kemiskinan yang sistemik tidak mungkin bisa dihilangkan. Di alam kapitalisme seperti saat ini, para ibu merasakan beban yang luar biasa. Beban ekonomi yang mereka derita menyebabkan para ibu tidak bisa memenuhi kebutuhan gizi yang seimbang.
Ditambah lagi peran suami yang tidak berjalan secara optimal karena kesulitan mencari pekerjaan, hal ini juga turut memicu angka kematian ibu melahirkan semakin tinggi. Pelayanan kesehatan pun apa adanya, karena prinsip kapitalisme yang memiliki uang lah yang bisa dilayani dengan cepat dan memuaskan, sementara rakyat miskin tidak mendapatkan pelayanan yang baik dan memadai. Mau bukti apa lagi? Sistem kapitalisme adalah biang kerok semua kerusakan yang terjadi termasuk angka kematian tinggi yang terjadi pada ibu.
Berbeda dalam Islam. Layanan kesehatan termasuk pada ibu hamil adalah hak bagi rakyat untuk mendapatkannya, dan kewajiban negara untuk memenuhinya. Negara akan memberikan pelayanan yang maksimal dengan membangun sarana kesehatan yang merata di setiap daerah. Negara juga akan menyiapkan tenaga medis yang memadai dengan gaji yang sangat layak, agar mereka bisa bekerja melayani rakyat dengan optimal tanpa memikirkan kebutuhannya.
Maka untuk mengakhiri angka kematian ibu yang tinggi saat melahirkan solusinya adalah memberikan kemudahan bagi masyarakat ke tempat layanan kesehatan. Kemudahan tersebut bukan hanya akses jarak tempuh tetapi juga kemudahan mendapatkan layanan kesehatan secara gratis. Kalaupun berbayar, dengan bayaran yang murah dan tidak membebani rakyat.
Dalam pembiayaan, Islam memiliki mekanisme pendapatan yang khas mulai dari kharaj, ganimah, fai, harta tidak bertuan, pengelolaan SDA, dan lain-lain. Semua pendapatan itu akan dikelola di baitulmal kemudian disalurkan ke pos-pos yang membutuhkan, salah satunya pelayanan kesehatan. Dengan demikian, pelayanan terhadap ibu hamil akan terjamin dan AKI pun bisa diminimalisir bahkan dihilangkan.
Semua kemudahan ini hanya bisa dirasakan dalam sistem pemerintahan yang menerapkan hukum Islam secara kafah. Mustahil diterapkan pada negara yang menganut sistem kapitalisme seperti saat ini. Oleh karena itu, hanya khilafah yang bisa menyelesaikan masalah AKI dengan tuntas.
Karena jaminan kesehatan dalam khilafah adalah konsep yang berasal dari Allah Swt. Terpancar dari mata air pemikiran yang bersumber dari Al-Qur'an dan As-Sunnah. Dipersiapkan oleh Allah Swt. agar menjadi rahmat, kesejahteraan bagi seluruh umat manusia, bahkan alam semesta.
"Siapa saja yang ketika memasuki pagi hari mendapati keadaan kelompoknya sehat badannya, memiliki bahan makanan untuk hari itu, maka seolah-olah dunia telah menjadi miliknya." (HR Bukhari)
Wallahu a'lam bishshwab
Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.
0 Komentar