Bikin Konten Berujung Maut Potret Generasi Semrawut


Oleh: Nisa Rahmi Fadhilah, S.Pd (Praktisi Pendidikan)

Saat ini menjadi seorang konten kreator merupakan sesuatu hal yang sedang digandrungi oleh masyarakat muda. Bagaimana tidak, dengan menjadi konten kreator kita bisa viral, menaikan eksistensi diri ditengah tengah media sosial. Media sosial saat ini menjadi wadah yang efektif untuk menaikan eksistensi diri sebab dengan media sosial kita dapat melakukan sosialisasi pada jangkauan yang sangat luas. Selain itu, dengan media sosial kita dapat menemukan berbagai kabar atau informasi yang ter-update dengan mudah dan cepat.

Untuk menaikan eksistensi diri di sosial media yaitu dengan cara membuat konten. Agar menjadi viral, tentulah perlu konten yang sensasional sehingga banyak yang berlomba-lomba untuk membuat konten sensasional tanpa melihat baik atau buruk yang dilakukan.

Konten-konten sensasional seperti halnya membuat konten prank, konten berlagak orang kaya, hingga konten yang membahayakan  nyawa seperti yang terjadi pada seorang perempuan di bogor, niat bercanda membuat konten bunuh diri berakhir tewas gantung diri.

Dilansir dari news.detik.com(03/03/23) Ia tewas ketika membuat konten melalui panggilan video atau video call dengan teman-temannya, ia menuturkan kepada teman-temannya hendak membuat konten, tak sengaja ia terpeleset dari kursi yang dipijaknya alhasil tergantung hingga nyawanya tak tertolong.

Demi mengejar eksistensi, hal-hal yang membahayakan nyawa pun dilakukan. Niat memviralkan kontennya, nyawa pun menjadi taruhan. 

Dalam sistem kapitalisme, yang berlandaskan dengan asas manfaat atau keuntungan semata, masyarakat terkadang tidak berpikir matang dalam melakukan suatu hal. Semisal membuat konten di media sosial, konten yang di produksi kebanyakan konten sensasional yang tak melihat lagi norma dan etika. Seperti halnya aktivitas seksual ataupun aib yang sebaiknya tidak diceritakan, kini berlomba lomba untuk menceritakan aktivitas seksual atau aib masing-masing di media sosial.

Hal yang dirasa memalukan kini dijadikan ladang meraup cuan atau keuntungan, seperti sempat viralnya mandi lumpur. Ada pula yang mencari eksistensi diri dengan pamer harta, bergaya seperti orang kaya di depan kamera, tetapi faktanya tidak sesuai ekspetasi. Hingga Hal-hal berbahaya, nyawa yang tak terselamatkan pun bukan hanya hari ini saja yg terjadi, sebelumnya pun  banyak para konten kreator yang gegabah membuat konten yang mempertaruhkan nyawa.

Fenomena yang terjadi saat ini disebut flexing, yaitu kebiasaan seseorang untuk memamerkan apa yang dimilikinya di media sosial demi mendapatkan pengakuan oleh orang lain. Hal yang membuat seseorang melakukan flexing bisa untuk menarik lawan jenis, atau persaingan sosial karena tuntutan gaya hidup di lingkungan sekitar.

Faktanya justru konten konten tidak berfaedah ini membludak bagai jamur dimusim hujan. Hal ini dianggap sebagai hal yang positif karena mendatangkan materi. Kehidupan kapitalistik mengajarkan untuk hidup mendapatkan keuntungan materi semata. Pemahaman sekuler pun menggeser taraf berpikir manusia. Tak ada keterikatan terhadap yang pencipta melainkan tunduk atas hawa nafsu yang diperturutkan atas nama kebebasan.

Sistem kapitalisme mengalihkan tujuan hidup manusia yang berawal untuk beribadah dan taat kepada aturan Allah Swt., Menjadi serba materialistik. Tujuan hidup mencari kebahagiaan dan keuntungan tanpa peduli standar agam sebagai pedoman hidup yang sesungguhnya. Saat ini , pemikiran sekuler kapitalisme menggerogoti generasi muda.maka lahirlah budaya liberal dan gaya hidup hedonis yang beranggapan bahwa hidup hanya untuk bersenang-senang dan bahagia standarnya manusia.

Sangat disayangkan, negara tak hadir dalam melakukan peran strategisnya. Negara malah menjadi pengikut ideologi kapitalisme yang terus membajak potensi generasi muda dengan pemberdayaan ekonomi semu. Negara membiarkan gaya hidup sekuler membudaya dan merusak kehidupan generasi.

Islam merupakan agama yang sempurna, mengatur segala aspek kehidupan. Dalam Islam, generasi muda adalah aset peradaban yang wajib dijaga dan dibina. Sehingga, Islam memberikan perhatian khusus pada generasi muda, yaitu mendidik dan membina mereka menjadi generasi yang bertakwa, cerdas, mulia, dan berkepribadian Islam.

Pada sistem pendidikan Islam akan menghasilkan anak didik berkepribadian Islam. Ditunjang dengan pendidikan keluarga yang menanamkan akidah Islam kepada anak-anak sejak usia dini. Sehingga visi misi tercipta dalam dirinya sesuai dengan fitrah penciptaannya, yaitu beribadah serta taat pada aturan Allah Swt.

Selain itu , Islam menyediakan fasilitas penunjang belajar yang mumpuni agar generasi dapat mengembangkan diri pada berbagai disiplin ilmu manapun. Islam melahirkan banyak tokoh berilmu yang tak hanya cerdas dalam ilmu dunia, tetapi juga ilmu akhirat. Ada ulama sekaligus seorang ilmuwan, adapula ilmuwan hafal Al-Qur'an. Artinya, tidak ada pemisah antara ilmu agama dan dunia.

Islam juga memfilter berbagai tayangan dan konten yang merusak pemikiran Islam. Dengan perkembangan teknologi yang canggih, kecerdasan dan keilmuan generasi muda bisa digunakan untuk membuat tayangan dan konten yang edukatif, mengajak untuk amar makruf nahi mungkar, bahkan membuat aplikasi yang memudahkan masyarakat mengenal dan memahami Islam lebih luas hingga mendunia.

Islam juga memberdayakan potensi pemuda yang energik dan fisik yang kuat dengan membentuk mereka menjadi mujahid yang siap bertempur di medan peperangan, yaitu berjihad di jalan Allah Taala.

Semua ini hanya bisa berjalan tatkala negara menerapkan Islam secara fundamental dan menyeluruh. Satu-satunya bentuk negara yang bisa merealisasikannya adalah sistem khilafah ala minhaj nubuwwah. Wallahu'alam bii shawwab




Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.

Posting Komentar

0 Komentar