Bukan Sekadar Lomba Melamun


Oleh : Ismawati

Ada-ada saja perlombaan yang diikuti muda-mudi asal Kota Tasikmalaya, Jawa Barat. Sebanyak 18 orang itu mengikuti lomba melamun yang diadakan di depan Gedung Creative Center (GCC) Kota Tasikmalaya, Senin (27/2/2023). Lomba ini bertujuan mendapatkan bantuan ide dan gagasan dari hasil lamunan para generasi milenial tersebut. 

Dikatakan bahwa para peserta lomba melamun ini antusias mengikuti lomba dengan membawa properti sendiri seperti bantal duduk, sarung, payung, alat mandi sampai jas hujan plastik. Waktu yang diberikan pada lomba ini sekitar 60 menit. Selama 60 menit mereka harus fokus serta tak boleh memainkan gadget, makan, ngobrol, hingga tertidur (kompas.com, 28/2/2023).

Terlepas dari lomba, sebenarnya masyarakat Indonesia adalah pemenang abadi melamun dalam memikirkan peliknya permasalahan hidup. Ketika sulit memenuhi kebutuhan hidup mereka hanya bisa melamun. Hingga lamunannya berubah menjadi hal yang diharamkan. Seperti seorang pria yang nekat mencuri kotak amal di salah satu masjid di Palembang, Sumatera Selatan (Sumsel). Pria tersebut nekat mencuri karena lapar. Pelaku yang merupakan pengangguran kelaparan karena sudah tidak makan dua hari (detik.com, 03/11/22).

Tak hanya itu, lamunan akibat tekanan ekonomi juga menghantarkan masyarakat ke pinjaman online (pinjol). Pinjaman berbunga riba yang mencekik leher nasabahnya. Pasalnya, karena pinjaman uang yang tak seberapa nyawa bisa jadi taruhannya. Telah banyak di sosial media berita mengenai bunuh diri akibat terjerat pinjol. Sebab, renternir pinjol ini kerap mengancam nasabah jika terlambat membayar. Meneror kontak nasabah, hingga ancaman lainnya.

Semua ini dikarenakan perut mereka yang kosong karena lapar. Kebutuhan mendesak meminta segera dipenuhi. Sementara itu, pemasukan minim, lapangan kerja sulit dicari. Akhirnya mengambil jalan pintas dengan mencuri atau meminjam uang. Sedangkan keluarga sama saja susahnya, pilihan kedua adalah pinjaman berbunga. Tanpa disadari, ini justru yang menjadikan diri jatuh ke jurang keburukan. 

Kita ketahui bahwa, jumlah penduduk miskin pada September 2022 sebesar 26,36 juta orang, meningkat 0,20 juta orang terhadap Maret 2022 dan menurun 0,14 juta orang terhadap September 2021. Meski begitu ekonomi Indonesia digadang-gadang naik sebesar 5%. Namun, faktanya tak berpengaruh pada kemiskinan di negeri ini. Kriminalitas akibat periuk nasi tak berisi semakin banyak. Lalu, dimana naiknya? Sedang faktanya, kesulitan hidup masih merajalela.

Sementara penerapan sistem ekonomi kapitalisme liberal memberikan ruang bagi para pemilik modal mengeruk kekayaan negeri. Negara justru sebagai regulator antar pengusaha. Memberikan karpet merah bagi para kapitalis asing di negeri ini. 

Itulah yang terjadi pada cadangan batu bara Indonesia hanya 4,3 miliar ton, 0,5 persen cadangan dunia. Namun, dari 340 juta ton produksi setiap tahun, 240 juta ton diekspor melansir British Petroleum Statistical Review. Sementara Potensi gas alam di Indonesia sangat banyak. Diperkirakan cadangan gas alam Indonesia sekitar 2,8 triliun meter kubik. Cadangan gas alam Indonesia hanya 1,5 persen dari cadangan gas alam dunia. Namun, gas alam diekspor ke Jepang, Korea, Taiwan, China dan Amerika Serikat.

Rakyat hanya bisa pasrah atas kondisi ini. Tidak bisa berbuat banyak, melamuni kondisi sulit. Habis lamunan terbitlah tindakan kriminalitas melampaui batas. 

Sungguh, amat berbeda dengan paradigma sistem Islam. Dalam Islam, mewajibkan setiap individu memiliki iman dan takwa. Semakin dekat dengan Allah, maka semakin kecil celah dalam melakukan kemaksiatan. Langkah kehidupan akan terarah sesuai syariat Islam, dan pengambilan kebijakan pun akan senada dengan apa yang diperintahkan Rabb-Nya.

Dengan mekanisme penerapan sistem ekonomi Islam, negara mampu bangun dari kesulitan ekonomi. Keberlimpahan sumber daya alam merupakan berkah dari Allah Swt. yang diperuntukkan bagi umatnya. Negara dalam hal ini harus mengelolanya untuk kemaslahatan umat. Baik secara langsung maupun tidak langsung. Haram hukumnya dikelola asing untuk memperkaya diri atau kelompok tertentu. 

Dengan ini, maka negara punya harta untuk menyejahterakan rakyatnya. Kebutuhan dasar rakyat akan dipenuhi oleh negara. Bahkan, layanan publik seperti pendidikan, kesehatan, keamanan pun akan dipenuhi negara dengan gratis dan pelayanan terbaik.

Mekanisme kesejahteraan rakyat di masa Islam adalah mewajibkan laki-laki untuk bekerja, memberikan nafkah bagi diri dan keluarganya. Jika masih ada yang mengalami kemiskinan, sistem sosial Islam mengatur bahwa keluarga atau tetangga turut membantu meringankan sedekah harta. 

Dengan pemenuhan kebutuhan seperti ini, Islam mampu menciptakan perekonomian yang kondusif. Sehingga tidak dibiarkan warga negaranya hidup dalam kemiskinan, kosong pikiran hingga lelah namun, tak jua mendapatkan hasil. Semoga pertolongan Allah segera terwujud, dengan tegaknya sistem ekonomi Islam dalam naungan sistem negaranya  (Khilafah). Aamiin. 

Wallahu a'lam bis ash shawab.




Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.

Posting Komentar

0 Komentar