Buta Hati Mati Rasa Akibat Sekuler Merajalela


Oleh: Nurmaya (Aktivis Remaja Andoolo Sulawesi Tenggara)

Penganiayaan sangat marak terjadi di negeri kita tercinta ini. Entah sampai kapan akan berakhir, semakin hari tindak kekerasan semakin membabi buta dan beragam jenisnya. Remaja saat ini semakin tidak terarah kehidupannya. Yang ada hanyalah merencanakan hal-hal buruk, seperti menganiaya, memperkosa, bahkan membunuh pun mampu mereka lakukan. Miris sungguh miris. 

Sebagaimana yang telah dilansir oleh cnnindonesia terkait kasus penganiyaan anak pejabat pajak Mario Dandi Satriyo, terhadap putra petinggi GP Ansor Jhonatan Latumahina, David. Penganiayaan tersebut dilakukan oleh MDS secara brutal pada Senin (20/02/2023).

Kasus kekerasan oleh pemuda juga terjadi di Bone, Sulawesi Selatan. Seperti yang dilansir oleh compas.com seorang siswi SMP meninggal setelah diperkosa oleh beberapa rekannya. Kemudian  yang terjadi  di Purwakarta 5 orang pelajar SMK diamankan polisi setelah melakukan percobaan pencurian dan penganiayaan.

Penganiayaan merupakan suatu perkara yang sangat tidak pantas dilakukan oleh manusia terlebih remaja. Manusia yang pada hakikatnya memiliki akal, haruslah mampu menggunakan akalnya untuk mengetahui hal yang benar dan pantas untuk dilakukan, serta harus mengetahui mana yang tidak pantas untuk dilakukan. Karena suatu persepsi yang berasal dari akal akan menjadi panduan atau patokan seseorang untuk bertindak. Oleh karena itu peranan akal sehat sangatlah penting.

Remaja saat ini seolah-olah buta hati mati rasa, terhadap rekannya, hatinya sangat keras hingga kata indah tak mampu membuatnya berubah, perasaan tercela, tak menghargai, perasaan ingin menyakiti, perasaan menguntungkan diri sendiri selalu tertancap didadanya, sehingga menjadi pribadi penyayang sulit untuk dirasakan, melainkan hanya menjadi remaja yang tak tahu arah.

Semakin maraknya kasus penganiayaan oleh remaja menggambarkan kegagalan sistem pendidikan dalam membentuk peserta didik yang beriman, bertaqwa, dan berakhlak mulia, serta lemahnya peran keluarga dalam meletakkan dasar perilaku terpuji hingga rusaknya masyarakat. 

Semua perilaku tidak terpuji dari remaja adalah buah dari kehidupan yang berdasar pada sekulerisme (memisahkan antara agama dengan kehidupan).  Di dalam sistem ini dasarnya sudah sangat jelas yakni pemisahan agama dari kehidupan, sehingga tidak mampu menyelesaikan problematika yang terjadi dengan baik karena pada hakikatnya penyelesaian yang terbaik adalah melibatkan agama di dalamnya. Artinya jika memakai standar manusia mustahil terselesaikan problematika manusia. Yang mengetahui manusia pasti tidak lain pencipta manusia itu sendiri yaitu Allah Subhanahu Wa Taala. Maka hanya sang pencipta yang mengetahui penyelesaian masalah manusia. Olehnya itu, suatu keharusan bagi manusia untuk menjalankan perintah dan larangan dari penciptanya.


Di Dalam Islam Penting dan Perlu Menuntut Ilmu 

Para ulama kaum muslim sepakat, mencari atau meraih ilmu adalah wajib bagi setiap muslim, baik itu laki-laki ataupun perempuan. Dalilnya antara lain sabda Rasulullah saw:
طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ
Mencari ilmu itu wajib atas setiap muslim (HR Ibnu Majah). 

Setiap muslim wajib mengetahui terlebih dulu hukum syariah atas setiap perbuatan yang akan dilakukan apakah wajib, sunnah, mubah (boleh), makruh, dan haram. Sebabnya semua akan dihisab dan dibalas oleh Allah SWT di akhirat kelak.

Ilmu  itu hanya bisa dikuasai dengan belajar, maka perlunya untuk banyak belajar agama. Seseorang yang berilmu dan taat tidak akan melakukan perbuatan yang dilarang oleh Allah, melainkan hanya melakukan perbuatan yang diperintahkan oleh Allah.

Apabila remaja rajin menuntut ilmu agama, maka tujuan remaja tersebut yaitu menggapai ridho Allah Subhanahu Wa Taala. Jalan menuju ridho Allah tidak akan didapatkan dengan perbuatan tercela, melainkan digapai dengan perbuatan mulia.

Di dalam Islam, keluarga, masyarakat, dan negara memiliki peranan penting untuk mengontrol setiap individu agar senantiasa mengikuti aturan Allah. Akan tetapi saat ini tidak ada keseimbangan antara keluarga, masyarakat dan negara. Sehingga hukum Allah terbengkalai dan hanya menjadi teori saja.

Jadi hanya Islam satu-satunya solusi untuk mengatasi kenakalan remaja dan amburadulnya kehidupan mereka. Maka, sebelum menyelesaikan masalah-masalah cabang alangkah pentingnya menyelesaikan akarnya, penyelesaian masalah akan terpecahkan dan terselesaikan dengan menerapkan Islam Kaffah. In Sya Allah. Wallahualam bissawab.




Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.

Posting Komentar

0 Komentar