Oleh: Yuyun Yuningsih (Ummahat Peduli Umat)
Indonesia tengah heboh dengan aksi kekerasan yang dilakukan oleh anak pejabat pegawai pajak yang menganiaya anak pengurus suatu ormas. Korban dikabarkan koma dan mendapat banyak luka kekerasan di tubuhnya.
Tak hanya itu, bahkan kekerasan seksual pada anak muda menimpa seorang siswi SMP di Sulawesi Selatan. Ia meninggal usai menjadi korban pemerkosaan beberapa rekannya. Itu hanyalah dua dari sekian banyak tindak kekerasan yang marak dilakukan para pemuda saat ini. Bukan tanpa dasar, semua ini berawal dari sistem yang salah.
Kurangnya peran keluarga dan minimnya ilmu agama menjadi salah satu faktor lahirnya generasi yang rusak/bobrok. Belum lagi ditambah dengan gagalnya sistem pendidikan dalam mendidik generasi muda. Sistem sekular yakni pemisahan agama dari kehidupan telah menjadikan generasi muda semakin jauh dari etika bahkan cenderung lebih emosional yang mengakibatkan aksi kekerasan.
Tidak hanya menjadi peran keluarga dan dunia pendidikan saja, seharusnya negara juga ikut berperan dalam masalah generasi muda ini. Bagaimana tidak? Kasus kekerasan ini lahir dari sistem yang dianut oleh negara itu sendiri. Generasi muda cenderung bertindak sesuai hawa nafsu dan kesenangan semata tanpa mempedulikan halal-haram. Kebebasan menjadi asas mereka dalam bertindak.
Lantas, bagaimana Islam memandang Masalah ini? Tentunya, Islam akan memberikan solusi terbaik. Sebagai sebuah sistem, Islam akan memberikan tsaqofah Islam untuk generasi muda. Penguatan aqidah akan senantiasa dilakukan demi mencetak generasi yang bersyakhsiyah Islam yakni remaja dengan aqliyah (pola pikir) dan nafsiyah (pola sikap) Islam.
Islam akan menjaga dan mengarahkan generasi muda agar hatinya senantiasa terpaut pada kebaikan. Tak ada lagi sikap emosional dan hawa nafsu yang terlampiaskan di tempat yang keliru. Aktivitas mereka akan diarahkan pada syariat Islam. Dengan begitu, mereka akan senantiasa berpikir panjang sebelum bertindak sebab segala sesuatu akan dimintai pertanggungjawabannya oleh Allah.
Wallahualam bi shawwab
Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.
0 Komentar