Pernikahan Dihancurkan Perselingkuhan


Oleh : Meilani Sapta Putri

Indonesia adalah sebuah negara yang mayoritas penduduknya Muslim. Namun ternyata negeri ini menempati posisi kedua se-Asia dan keempat di dunia dalam kasus perselingkuhan. Sungguh miris bukan?

Tingginya angka perselingkuhan menunjukkan lemahnya ikatan pernikahan. Pernikahan yang seharusnya disakralkan, kini hancur berantakan karena perselingkuhan. Hal ini sangat wajar terjadi di sistem sekuler. Sebab sistem ini sangat mengagungkan gaya hidup bebas, hedonis, dan materialistik.

Gaya hidup bebas membuat manusia hanya mengejar manfaat dan kepuasan hawa nafsu. Budaya hedonis merubah manusia menjadi serakah dan merasa tak pernah puas. Kehidupan yang materialistik menjadikan manusia nekad menempuh segala cara untuk mengejar ambisinya.

Ditambah pola pikir yang sekuler menjadikan manusia cenderung menjauhkan agama dari kehidupan. Sehingga terbentuk masyarakat rusak yang tak terkendali. Tata pergaulan yang serba bebas tanpa aturan, bobroknya sistem pendidikan, menjamurnya tayangan negatif dari berbagai media, dan buruknya tata peradilan negeri ini memicu melonjaknya angka perselingkuhan.

Namun, Islam menghadirkan tata aturan pernikahan sebagai sebuah solusi yang sempurna dan dijalankan sebagai sebuah ibadah demi meraih ridho Allah SWT. Pernikahan adalah sebuah ikatan perjanjian yang kuat, bukan permainan ataupun kontrak. Pernikahan bukan demi mengejar kesenangan jasmani semata. Tetapi ia memiliki tujuan yang mulia demi meraih keberkahan dan kesucian sebuah ikatan.

Islam akan mewujudkan pernikahan yang tentram-menentramkan, sakinah mawaddah wa rohmah, dan pasangan suami istri yang penuh kesholihan. Sistem pergaulan sosial yang kondusif (islami), sistem pendidikan yang mencetak generasi berkeperibadian Islami, dan sistem negara Islam yang memberlakukan aturan dan sanksi di seluruh aspek kehidupan mampu menciptakan ikatan pernikahan yang kuat dan harmonis. Mari kita selamatkan pernikahan dari serangan budaya sekuler dan melindunginya dengan sistem Islam!

Wallahu'alam bishowabb.




Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.

Posting Komentar

0 Komentar