Persoalan Nasib Petani yang Tidak Ada Solusi


Oleh : Wina Apriani

Berbicara kata petani, adalah suatu pekerjaan yang dilakukan oleh sebagian rakyat negeri ini. Tentu sebagai masyarakat tidak akan bisa hidup tanpa sosok petani, dan tak bisa dipungkiri juga bahwa makanan pokok yakni beras yang tiap hari kita makan adalah hasil yang dipetik dari jerih payah petani. Dimana ia merupakan salahsatu mata pencaharian masyarakat Indonesia yang sangat mulia, karenanya bisa menghidupi banyak orang.

Tapi sangat disayangkan sekali petani negeri ini belum sejahtera. Banyak persoalan dan permasalahan yang dibiarkan begitu saja, tidak ada solusi yang signifikan, salah satunya petani yang ada di kabupaten Sumedang yang saat ini mempunyai persoalan yaitu gagal panen akibat pintu air yang rusak. 

Di halaman Inimah Sumedang.com dikabarkan bahwa pintu air rusak, sehingga mengakibatkan puluhan hektar padi milik petani di Sumedang terancam gagal panen. Seperti yang di sampaikan dadi Supriadi 23 Januari 2023, gagal panen padi para petani di Desa Padasuka Kecamatan Sumedang Utara, yang akhirnya masyarakat gotong royong perbaiki irigasi yang rusak puluhan tahun. Para petani di Desa Padasuka Kecamatan Sumedang Utara Kabupaten Sumedang gotong royong memperbaiki pintu air di Daerah Irigasi (DI) Kandang Ranjang. Pasalnya, bila tidak diperbaiki akan mengakibatkan gagal panen puluhan hektar padi yang berada di kawasan tersebut.

Ketua Kelompok Tani (Poktan) Kutamaya Rudi Hartono merasa kesal, sudah lebih dari 10 tahun pasca pintu air ada yang maling. Para petani sering kali melakukan gotong royong, apalagi di musim penghujan seperti sekarang. “Dalam satu bulan hampir 10 kali kami melakukan gotong royong dan itu sudah berjalan bertahun-tahun. Jalur DI. Kandang Ranjang, itu mengairi sawah lebih dari 80 hektar dan tiga kelompok tani. Diantaranya Kelompok Tani Kutamaya, Poktan Mapan, Poktan Paseh dan ditambah dengan blok Yayasan, dengan total keanggotaan lebih dari 200 petani”. Terang Rudi kepada awak media Senin 23 Januari 2023 melalui pesan Whatsapp.

Rudi mengatakan, entah sampai kapan para petani yang ada di wilayah Desa Padasuka harus kerja bakti terus, sudah lebih dari ratusan kali harus seperti ini. Warga menginginkan ada perbaikan pintu irigasi. “Yang kami inginkan perbaikan pintu irigasi segera diperbaiki, dikarenakan sudah tidak berfungsi lagi. Sudah hampir 10 tahun lebih pintu irigasi belum juga diperbaiki, bagaimana kami para petani bisa mengairi sawahnya dengan efektif,” tegas Rudi.

Rudi memohon dengan segala hormat kepada Pemerintah Kabupaten Sumedang, irigasi di Kandang Ranjang Desa Padasuka Kec. Sumedang Utara segera diperbaiki. “Kami sudah melaporkan hal ini berkali-kali, tapi tetap saja tidak ada tanggapannya. Kami harus berjuang terusa-terusan karena lumpur naik dan itu mengakibatkan air meluap kemana mana. Akhirnya kami bekerja terus mengatasi irigasi yang entah kemana pemerintahnya,” kata Rudi dengan nada kesal.

Kalau hal itu dibiarkan, sambung Rudi, puluhan hektar sawah (padi) akan gagal panen. Karena saluran air tidak produktif mengairi sawah, sehingga petani harus meradang. “Sawah yang kami garap ini, selalu bayar pajaknya, kewajiban kami selalu diutamakan, tapi kenapa hak kami para petani ketika memohon mohon soal perbaikan pintu air saja harus nunggu bertahun-tahun sampai sekarang terabaikan,” ujar Rudi menandaskan.

Miris sekali apa yang disampaikan diatas mengapa, pemerintah daerah Sumedang terus membiarkan, tanpa perbaikan.yang seharusnya segera mungkin diatasi untuk kesejahteraan petani dan kemakmuran masyarakat sendiri, justru  hal ini dibiarkan begitu saja.akibatnya tak sedikit para petani yang mengalami kerugian akibat gagal panen  padahal mereka sudah mengeluarkan biaya yang tidak sedikit, tapi karena keegoisan para pemimpin di sistem kapitalisme para petani termasuk masyarakat pun menjadi korban.

Berbeda ketika hukum Islam diterapkan para petani akan makmur sejahtera tidak akan dampai kesulitan air, bahkan para petani tidak akan  gagal panen  karena tidak adanya air, justru para petani akan diberikan kemudahan baik dari segi pasilitas maupun produk yang di panen tidak akan ada kesulitan irigasi setiap permasalahan yang dialami para petani.

Dalam Islam seperti yang disampaikan sabda Nabi Muhammad SAW, hasil bercocok tanam yang dimakan manusia ataupun hewan bernilai sedekah bagi orang yang bercocok tanam itu. 

عَنْ جَابِرٍ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ دَخَلَ عَلَى أُمِّ مُبَشِّرٍ الْأَنْصَارِيَّةِ فِي نَخْلٍ لَهَا فَقَالَ لَهَا النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ غَرَسَ هَذَا النَّخْلَ أَمُسْلِمٌ أَمْ كَافِرٌ فَقَالَتْ بَلْ مُسْلِمٌ فَقَالَ لَا يَغْرِسُ مُسْلِمٌ غَرْسًا وَلَا يَزْرَعُ زَرْعًا فَيَأْكُلَ مِنْهُ إِنْسَانٌ وَلَا دَابَّةٌ وَلَا شَيْءٌ إِلَّا كَانَتْ لَهُ صَدَقَةٌ
Dari Jabir bin Abdullah RA, Nabi Muhammad SAW menemui Ummu Mubasyir Al Anshariyah di kebun kurma miliknya. Lantas Nabi Muhammad SAW bersabda kepadanya, "Siapakah yang menanam pohon kurma ini? Apakah ia seorang Muslim atau kafir? Ummu Mubasyir Al Anshariyah menjawab, "Seorang Muslim." Nabi Muhammad SAW bersabda, "Tidaklah seorang Muslim yang menanam pohon atau menanam tanaman (bercocok tanam) lalu tanaman tersebut dimakan oleh manusia, binatang melata atau sesuatu yang lain kecuali hal itu bernilai sedekah untuknya." (HR Muslim)

عَنْ جَابِرٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا مِنْ مُسْلِمٍ يَغْرِسُ غَرْسًا إِلَّا كَانَ مَا أُكِلَ مِنْهُ لَهُ صَدَقَةً وَمَا سُرِقَ مِنْهُ لَهُ صَدَقَةٌ وَمَا أَكَلَ السَّبُعُ مِنْهُ فَهُوَ لَهُ صَدَقَةٌ وَمَا أَكَلَتْ الطَّيْرُ فَهُوَ لَهُ صَدَقَةٌ وَلَا يَرْزَؤُهُ أَحَدٌ إِلَّا كَانَ لَهُ صَدَقَةٌ

Diriwayatkan dari Jabir bin Abdullah RA, Rasulullah SAW bersabda, "Tidaklah seorang Muslim yang bercocok tanam, kecuali setiap tanamannya yang dimakannya bernilai sedekah baginya, apa yang dicuri orang darinya menjadi sedekah baginya, apa yang dimakan binatang liar menjadi sedekah baginya, apa yang dimakan burung menjadi sedekah baginya, dan tidaklah seseorang mengambil darinya melainkah itu menjadi sedekah baginya." (HR Muslim)

Melalui hadits ini menunjukan bahwa agama Islam sangat menghormati profesi petani yang bertani atau berkebun. Agama Islam tidak melupakan jasa mereka yang bercocok tanam sehingga hasil bertaninya atau berkebunnya dapat bermanfaat bagi kehidupan manusia dan hewan.

Lantas mengapa kita juga mempertahankan sistem kehidupan yang menyusahkan rakyatnya? Sekarang saat kita mengibarkan Panji Rasullullah saw.menjalankan syariah yang beliau bawa dan meneggakan kembali sistem Islam sembari mencabut sistem kapitalisme dari akarnya yang sudah jelas terbukti telah membuat negeri ini terjatuh ke dalam jurang kesusahan. Tak inginkah kita merasakan sistem yang begitu sempurna?

Wallahu 'alam bi ash shawwab []





Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.

Posting Komentar

0 Komentar