Buah Dari Bergesernya Makna Bahagia


Oleh : Ummu Zaid

Kehidupan saat ini bertambah ramai dengan segala pernak-perniknya yang menggoda. Segala umur berpeluang tergoda. Digenapi dengan sistem kehidupan yang sekuler yang memisahkan agama dari kehidupan, menjadi semakin riuh kebebasan yang menjadi penyakit bagi umat hari ini. Kebahagiaan yang seharusnya terletak pada ketaatan kepada Allah Subhanahu Wata'ala, bergeser kepada memperturutkan hawa nafsu untuk materi duniawi. Kejahatan tak hanya dilakukan oleh orang dewasa, bahkan hari ini marak dilakukan pula oleh anak-anak.

Yang lebih ngeri lagi, soal kabar kejadian na'as di Makassar yang menimpa seorang anak berinisial FD (11) yang terbunuh oleh kedua orang temannya yang berinisial AR (17) dan AF (14). Kedua pembunuh cilik itu terobsesi untuk mendapatkan uang dengan cara menjual organ tubuh manusia di sebuah situs online. Keduanya tega membunuh FD dengan sadis.

FD dikelabui akan diberikan upah 50.000 rupiah jika mau melakukan pekerjaan bersih-bersih. FD pun melakukan apa yang diminta tersangka tanpa menaruh curiga. Sungguh malang, kenyataan yang dihadapi FD hari itu tak sesuai harapannya. Ia justru dibunuh dengan sadis oleh kedua temannya, AF dan AR. Ia dicekik dan kepalanya dibenturkan ke tembok. Tak cukup sampai di situ, usai membunuh FD, keduanya langsung menghubungi situs penjualan organ tersebut namun tak mendapatkan respon. Keduanya pun panik, dan memasukkan jenazah korban ke dalam kantong plastik hitam lalu membuangnya ke dalam Waduk Nipah Nipah.

Na'udzubillahimindzalik. Sungguh ini adalah kabar berita yang membuat para orang tua tercengang marah, sedih, khawatir, dan segala perasaan tidak enak kumpul jadi satu. Bagaimana bisa anak-anak ini bisa melakukan tindakan sekeji itu? Pertanyaan ini sebenarnya sudah terjawab dari motif pembunuhan yang mereka lakukan, yaitu mereka menginginkan uang dari hasil menjual organ tubuh teman mereka.

Kejadian ini seharusnya menjadi pukulan telak bagi banyak pihak, yaitu para orang tua, guru/ pendidik, bahkan para pengurus negeri hingga masyarakat secara umum.

Pasalnya, mencetak anak-anak kita menjadi anak-anak yang berperilaku baik, tidak menyimpang, menjauhi kemaksiatan, itu tidak cukup dilakukan oleh orang tua saja. Ini menjadi tugas bagi semua.

Dan hal ini hanya bisa diterima ketika kita benar-benar tidak memisahkan antara aturan agama dengan kehidupan. Aturan agama menyebutkan bahwa kita dihidupkan oleh Allah hanyalah untuk beribadah. Maka hidup itu tujuannya hanya untuk ibadah saja, bukan selainnya. Maka semua pihak harus saling bahu membahu, tolong menolong dalam kebaikan, dalam rangka ibadah, dan menjadikannya sebagai budaya yang paten.

Remaja adalah harapan masa depan negeri ini. Menjaganya agar dalam keadaan terbaik adalah tabungan kebaikan di masa mendatang. 

Banyak catatan sejarah yang mengagumkan tentang kiprah para remaja ataupun pemuda di masa ke-emasan Islam di masa lalu. Tak dipungkiri kini jaman telah berubah semakin canggih, namun sayangnya tak selaras dengan kebaikan akhlak anak-anak yang terlahir dan tumbuh dalam jaman ini. Memang tak semua anak demikian, tetapi kasus kenakalan remaja juga tak bisa dipungkiri kedaruratannya, yang ini menjadi PR besar semua pihak untuk segera diatasi.


Kembali Pada Aturan Islam Adalah Solusi Hakiki

Kembali kepada aturan Islam adalah solusi hakiki bagi permasalahan remaja hari ini. Dengan diterapkannya aturan Islam, niscaya semua pihak bergerak menjaga generasi. 

Kebahagiaan adalah saat umat melakukan ketaatan kepada Allah Subhanahu Wata'ala, bukan saat bermaksiat kepada-Nya. Kebahagiaan bukan lagi yang sifatnya materi belaka, melainkan mengharapkan keridhoan Allah dan keberkahan hidup dengan cara melaksanakan semua perintah dan menjauhi larangan-Nya, atau dengan kata lain menjalankan syari'at Islam secara kaffah atau menyeluruh.

Wallahua'lam bishawwab





Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.

Posting Komentar

0 Komentar