Kematian, Pemutus Kenikmatan


Oleh : Maya Dhita (Pegiat Literasi)

Tataplah ujung usiamu. 
Bukan seberapa lama waktu, 
tapi kepastian datangnya ajal
Biar ingat kalau tak kekal

Pudarkan rasa pada dunia
Hempaskan gelisah perspektif manusia
Negasikan hingar buana
Bukankah visimu setelah masa?

Tubuhmu melemah
Suaramu merendah
Masihkah bisa pongah?
Tak malukah tetap serakah?

Jangan sampai terdistorsi
Tujuan penciptaan diri
Agar tak berujung sesal
Saat tiba waktu berpulang

(Maya Dhita)

Bicara tentang kematian pasti membuat kita terhenti sejenak. Saat mendengar kabar kematian orang terdekat, keluarga, sahabat atau teman semasa sekolah, pasti mengingatkan kita bahwa diri juga sedang menunggu antrian. Mungkin sekarang kita sedang menuliskan ungkapan bela sungkawa, tetapi siapa yang bisa menjamin besok kita masih bisa berbalas pesan dengan teman dan keluarga.

Kematian memang nasihat terbaik bagi jiwa-jiwa yang lengah.  Mengingatkan kita akan sisa usia yang harus disyukuri. Bersyukur atas segala yang telah Allah berikan kepada kita. Bersyukur karena masih punya waktu untuk berbenah, bertaubat dan mendekat kepada Allah.

Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa ta'ala, "Setiap yang bernyawa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan. Dan kamu akan dikembalikan hanya kepada Kami." (QS. Al-Anbiya 21:35)

Allah berfirman, “Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati.” Pengertian ini mencakup segenap nyawa para makhluk. Dan bahwa ajal ibarat gelas yang harus ditenggak oleh setiap makhluk, kendatipun masa hidup seseorang hamba lama dan dikarunia umur panjang. (Tafsir as-Sa'di / Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di, pakar tafsir abad 14 H)

"Kami akan menguji kalian dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya)." Artinya, Kami benar-benar akan menguji kalian, adakalanya dengan musibah dan adakalanya dengan nikmat, agar Kami dapat melihat siapakah yang bersyukur dan siapakah yang ingkar, siapakah yang bersabar serta siapakah yang berputus asa (di antara kalian). 

Seperti yang telah diriwayatkan oleh Ali ibnu Abu Talhah, dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: Kami akan menguji kalian. Yakni memberikan cobaan kepada kalian, dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Yaitu dengan kesengsaraan dan kemakmuran, dengan sehat dan sakit, dengan kaya dan miskin, dengan halal dan haram, dengan taat dan durhaka, serta dengan petunjuk dan kesesatan.

"Dan hanya kepada Kamilah kalian dikembalikan." Maka Kami akan memberikan balasan kepada kalian sesuai dengan amal perbuatan kalian. (Tafsir Ibn Kathir)

Dengan mengingat kematian maka kita tahu bahwa hidup kita hanya sesaat saja di dunia. Maka tidak pantaslah perkara duniawi menjadi tujuan hidup yang kita kejar mati-matian. 

Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Perbanyaklah mengingat pemutus kelezatan, yaitu kematian, karena sesungguhnya tidaklah seseorang mengingatnya ketika dalam keadaan kesempitan hidup. Melainkan dia akan melapangkannya, dan tidaklah seseorang mengingatnya ketika dalam keadaan lapang, melainkan dia akan menyempitkannya.” (HR. Ibnu HIbban dan dishahihkan di dalam kitab Shahih Al Jami’)

Begitulah, kematian menjadi nasehat terbaik bagi siapa saja yang mau merenunginya. Dan betapa beruntungnya kita karena Allah masih memberikan kita kesempatan untuk mengumpulkan bekal sebanyak-banyaknya. Kita masih diberi waktu untuk belajar menjadi apa yang Allah mau. Lalu dari mana kita tahu apa yang Allah mau? Datangilah taman-taman surga yaitu majelis ilmu. Di sana akan kita temukan jawaban atas segala kegelisahan. Penawar atas segala kekosongan hidup. Dengan mendatangi majelis ilmu, kita akan memahami pesan-pesan cinta Allah.

Semoga kita bisa menjadi lebih baik dan bisa berpulang dengan bahagia. Wallahualam bissawab.




Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.

Posting Komentar

0 Komentar