Miris, Perilaku Anak-Anak Makin Sadis


Oleh : Masrina Sitanggang 

Usia anak-anak adalah usia yang sedang aktifnya untuk bermain dan bersosialisasi dengan anak yang seusianya. Namun bak disambar petir sang orang tua harus kehilangan buah hatinya dengan peristiwa yang sangat mengenaskan dan menyayat hati. Anak yang belum berdosa itu harus menahan rasa sakit berkali-kali akibat pukulan dari kakak kelas hingga menghembuskan nafas terakhirnya dalam keadaan sekarat dan hasil visum menunjukkan bahwa bocah kelas 2 SD ini mengalami luka pecah pembuluh darah, dada retak, dan tulang punggung retak.

Setiap kepergiaan seseorang, pasti akan menyisakan pilu dihati para kerabatnya terutama orang tuanya, usia yang masih lucunya menjadi target bulliying di sekolah oleh 3 orang kakak kelasnya. Tidak bisa dibayangkan bagaimana besarnya trauma seorang bocah ketika harus memaksakan diri hadir disekolah sedangkan dirinya masih saja dijadikan target oleh kakak kelas yang tampaknya polos namun ternyata jiwa psikopat bak memiliki dendam membara ada padanya. Kejadian seperti ini membuat para orang tua semakin khawatir ketika anak jauh dari jangkauan tangannya. Sebenarnya ini  bukanlah kali pertama terjadi, namun sudah banyak hal yang serupa terjadi diberbagai penjuru daerah.

Dunia pendidikan yang diharapkan mampu mencetak generasi hebat penuh taat, nyatanya jauh panggang dari api. Jelas sekolah bukanlah satu-satunya yang disalahkan dalam hal ini,  begitupun orang tua yang sibuk mengejar karir untuk mencukupi kehidupan sehingga tidak lagi memiliki waktu untuk menemani tumbuh kembang anak, akhirnya perilaku sang anak tidak lagi terkontrol, begitu pula dunia gadget dengan ragam tontonan yang meluncur bebas menjadi pemicu anak untuk meniru hal yang sama. Mengingat bahwa usia anak anak merupakan usia yang dijuluki sebagai peniru ulung. Diatas masalah-masalah  cabang yang telah disebutkan, kita harus melihat dengan indera lebih luas ternyata puncak kerusakan itu adalah penerapan sistem kapitalis sekuler yang merusak segala lini kehidupan. 

Pendidikan sekuler menjadikan siswa sebagai objek yang siap untuk terjun ke dunia kerja, manusia yang memiliki derajat paling tinggi, nyatanya didalam sistem kapitalis sekuler hanya dijadikan sebagai babu dunia. Pendidikan bukan lagi fokus menata akhlak peserta didik melainkan sibuk mengejar seabrek target kurikulum yang harus dikerjakan. Wajar saja ketika anak tidak lagi diperlakukan sebagaimana Islam memperlakukan anak dengan mulia.

Dalam sistem  Islam, hal pertama yang dilakukan dalam pendidikan adalah penanaman akidah, sehingga setiap perbuatan akan diandasi atas keimanan. seseorang yang memahami Islam dengan benar akan menjauhkan dirinya  dari perbuatan tercela. 

Pendidikan dalam sistem Islam akan melahirkan insan yang berakhlakul karimah, negara akan menerapkan hal yang sama disemua jenjang pendidikan tanpa membedakan yang satu dengan yang lain, ketika sistem yang digunakan berlandaskan keimanan akan secara otomatis menghasilkan individu yang cerdas dan berkualitas.

Dalam hal pola asuh, orang tua akan paham akan amanah yang harus dilaksanakan, tentu dengan adanya kontrol dari masyarakat dan penerapan aturan oleh negara. Begitu pula dengan berbagai media akan menutup semua tontonan buruk termasuk kekerasan dan pornografi. Ini merupakan tugas dari negara yang memiliki wewenang dalam menjaga keimanan seluruh masyarakat didalamnya. Dan penerapan sistem pergaulan sosial akan melahirkan masyarakat yang taat dengan syariat, sehingga setiap individu akan hidup damai ditengah masyarakat yang taat dan senantiasa melakukan amar ma'ruf nahi mungkar. Sehingga siapapun tidak akan menoleransi tindakan yang bertentangan dengan syariat Islam, termasuk pembullyan.




Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.

Posting Komentar

0 Komentar