Oleh: Amri (Mahasiswi, Aktivis Dakwah Remaja)
Anak-anak memiliki potensi untuk membawa perubahan luar biasa bagi dunia. Dunia anak adalah dunia bermain. Masa kanak-kanak adalah masa yang harus dieksplor dengan benar. Pendidikan mereka haruslah berdasar kepada akidah Islam agar mereka tidak terjerumus kedalam ha-hal yang salah.
Belakangan ini kasus demi kasus mencuat dengan beragam motif dan aksi yang kian sadis. Korban dan pelaku perundungan (bullying) tidak lagi memandang usia, mulai dari yang anak-anak hingga yang sudah renta. Seperti kasus mengerikan yang terjadi pada baru-baru ini, siswa SD menjadi pelaku kejahatan perundungan di sekolah.
Dikutip dari kompas.com (20/05/2023) - MHD (9) yang tewas setelah dirundung kakak kelasnya. Siswa di salah satu SD Negeri di Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat ini, meninggal setelah tiga hari kritis di rumah sakit. Sebelum meninggal, ia mengaku jika dikeroyok oleh kakak kelasnya di sekolah.
Ada apa dengan generasi hari ini? Generasi yang seharusnya menjadi tongkat estafet peradaban, melejitkan potensi diusia emas, mengukir prestasi demi mempersiapkan masa depan. Namun, generasi muda saat ini sedang tidak baik-baik saja. Usia yang seharusnya mereka berkarya malah sering dihabiskan oleh hal- hal tak bermakna, bahkan malah berhadapan dengan kasus kriminal. Menyandang status sebagai “pembunuh” diusia yang masih dini.
Bullying Terus Meningkat
Setiap tahunnya, bahkan setiap hari, kasus bullying terus bermunculan kasus pada anak. Jika sebelumnya pelaku dan korban bullying adalah pelajar SMP dan SMA, kini pelaku siswa SD pun mulai tumbuh. Jenis bullying yang dialami korban juga beragam, baik dari fisik, verbal, sosial/relasional, ataupun secara daring (cyberbullying).
Dari data yang dirilis KPAI, 13 Februari 2023 tercatat kenaikan angka kasus bullying sebanyak 1.138 kasus kekerasan fisik dan psikis yang disebabkan oleh bullying.Dikutip laman resmi Komnas Anak, Indonesia pada tahun 2018 menempati posisi ke 5 dari 78 negara dengan kasus bullying terbanyak. Lebih memprihatinkan lagi, kasus bullying rata-rata terjadi di lingkungan sekolah dan dilakukan oleh murid sekolah dasar.
Bullying akan terus menjadi ancaman. Mengapa hal ini terus berulang? Di mana letak masalah utamanya? Bagaimana nasib negeri ini berapa tahun kemudian, jika generasi seperti ini semakin bertambah?
Bullying Buah dari Kapitalis
Kasus bullying hanyalah salah satu dampak dari penerapan sistem kapitalis sekuler yang makin menjauhkan generasi dari hakikat manusia sebagai hamba Allah Taala yang taat dan terikat syariat. Krisis iman dan moral tampak jelas. Mereka tumbuh menjadi generasi yang mudah terpengaruh pada tontonan dan konten negatif yang menjamur di media saat ini.
Lihat bagaimana perilaku generasi kita semakin menjauh dari karakter umat terbaik. Bullying, kekerasan seksual, narkoba, perzinahan, tawuran, bunuh diri, dan pembunuhan dilakukan di generasi kita.
Islam Solusi dari Apa yang Terjadi
Kita butuh generasi tangguh, kuat iman, dan cerdas akalnya. Generasi yang berakidah islam sehingga takut akan maksiat. Generasi ini tidak lahir dari sistem rusak sekulerisme.
“Setiap anak dilahirkan dalam keadaan diatas fitrah (bertauhid) maka kedua orang tuanyalah yang menjadikan anak tersebut menjadi Yahudi, Nasrani, atau Majusi” ~HR. Bukhari
Anak-anak membutuhkan lingkungan keluarga, masyarakat yang kondusif yang akan membantu menciptakan suasana sehat untuk pemikiran dan pendidikan mereka. Masyarakat yang menjadikan Islam sebagai standar kehidupan. Masyarakat yang memiliki aturan, perasaan, dan pemikiran yang terikat dengan syariat Islam.
Namun, masyarakat yang seperti itu tak mungkin terwujud di negara yang menerapkan asas sekularisme. Masyarakat yang bertakwa tentu akan terbentuk dalam negara yang bertakwa pula. Negara yang menerapkan islam kaffah sebagai dasar penerapan Rules of Life.
Peran negara dalam menerapkan sistem Islam secara menyeluruh di segala aspek kehidupan. Dengan menerapkan islam tentu akan mempersiapkan generasi muda muslim yang memegang teguh ajaran islam. Islam akan menghasilkan generasi berkepribadian islam sekaligus sebagai calon pemimpin peradaban.
Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.
0 Komentar