Fenomena El Nino Muhasabah Ditengah Musibah


Oleh: Kiki Fatmala (Aktivis Muslimah Medan)

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memperingatkan bencana kekeringan yang akan melanda Indonesia pada semester dua tahun ini, tepatnya akan dimulai pada bulan Juli hingga akhir tahun 2023. Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menjelaskan, ancaman kekeringan ini disebabkan dua fenomena. Yaitu El Nino dan Indian Ocean Dipole atau naik turunnya suhu permukaan laut di Samudera Hindia yang makin menguat.

Fenomena ini akan menyebabkan semakin berkurangnya curah hujan di sebagian wilayah Indonesia selama periode musim kemarau pada semester kedua tahun ini. Sebagian wilayah Indonesia diprediksi akan mengalami curah hujan dengan kategori di bawah normal, atau lebih kering dari kondisi normalnya. Ancaman kekeringan berpotensi menimbulkan sejumlah dampak, salah satunya pada sektor pertanian terutama yang masih mengandalkan sistem tadah hujan.

Selain itu kekeringan akan menyebabkan ketersediaan air tanah berkurang sehingga bisa terjadi kelangkaan air bersih dan peningkatan potensi terjadinya kebakaran hutan dan lahan. Dampak selanjutnya, tentu saja masalah ketahanan pangan. Ketahanan pangan kita masih bermasalah lantaran impor pangan yang menggila untuk berbagai komoditas, apalagi jika kekeringan benar-benar melanda. 

Sayangnya, perihal ini, Presiden Jokowi justru telah bersiap untuk meningkatkan volume impor beras, terbanyak dari India, Pakistan, Vietnam, dan Thailand. Pada saat yang sama, impitan ekonomi berupa inflasi dan krisis finansial mengintai rakyat dari berbagai sisi. Belum lagi minimnya mitigasi hingga tidak adanya kebijakan yang antisipatif terhadap dampak panjang masa kekeringan. Akibatnya, hajat hidup rakyat bisa-bisa malah tidak terpenuhi saat terpaksa harus berada di tengah bencana.

Sikap penguasa terhadap potensi bencana sejatinya makin menegaskan abainya mereka terhadap rakyat. Setiap terjadinya bencana pemerintah selalu gagap dalam memberikan solusi. Meskipun bencana alam sendiri memang bagian dari fenomena alam yang pada saat terjadinya menuntut kesabaran dan keikhlasan kita. Namun, fenomena tersebut semestinya membuat kita juga introspeksi, tidak hanya secara individu, melainkan juga politik sehingga akan lahir kebijakan yang memihak kemaslahatan rakyat. Disinilah peran Negara sebagai pelindung dan pelayan rakyat harus berfungsi bukan demi kepentingan pribadi.

Allah Taala berfirman, “Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” (QS Ar-Ruum [30]: 41). Juga dalam ayat, “Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.” (QS A-A’raf [7]: 96).




Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.

Posting Komentar

0 Komentar