Gambaran Pendidik Generasi dalam Sistem Sekuler


Oleh : Lia Ummu Thoriq (Aktivis Muslimah Peduli Generasi)

Kasus staycation yang menyeret salah satu karyawan disalah satu perusahan di Bekasi kasusnya belum berakhir. Kasusnya terus bergulir dan ditangani pihak berwajib. Ada yang justru menggelitik dari kasus ini, tak hanya kasusnya yang melawan hukum. Namun ternyata pelaku staycation ini adalah seorang dosen yang notabenenya seorang pendidik generasi di salah satu perguruan tinggi swasta yang ada di Bekasi Jawa Barat. Naudzubillah min dzalik. Seharusnya seorang pendidik memberikan contoh teladan hal ini justru berbuat kriminal.

Dilansir dari detiknews.com, Kasus karyawati berinisial AD yang mengaku diminta 'staycation bareng bos' untuk memperpanjang kontrak kerja masih diusut pihak berwajib. Ternyata bos berinisial B itu juga berprofesi sebagai dosen. Universitas Pelita Bangsa (UPB), Kabupaten Bekasi, buka suara. Rektor UPB Hamzah Muhammad Mardi Putra membenarkan B yang dilaporkan merupakan dosen di UPB.

Dia menegaskan kampus tidak memberi toleransi terkait dugaan pelecehan seksual. Dia menyesalkan nama kampus terseret kasus staycation yang diduga melibatkan B. "Sehubungan dengan adanya pemberitaan yang beredar terkait dugaan pelecehan seksual, yang dilakukan oleh terduga salah satu dosen Universitas Pelita Bangsa," kata Hamzah dalam keterangannya kepada detikcom, Selasa (16/5/2023). (Detiknews.com,  selasa 16/5/2023)

Kasus serupa tak hanya terjadi saat ini saja. Jauh sebelumnya banyak pendidik generasi yang melakukan tindakan kriminal yang tak sepantasnya dilakukan. Pertanyaannya bagaimana nasib negeri kedepan jika para pendidik generasi berbuat kriminal?? Tak ayal pribahasa "guru kencing berdiri, murid kencing berlari" bisa dengan mudah kita temukan faktanya di depan kita. Artinya murid akan mencontoh apa yang dilakukan oleh gurunya. Naudzubillah min dzalik.

Lantas yang menjadi pertanyaan apa yang membuat hal ini terjadi? Harapan bangsa kedepan adalah pada pendidik atau guru. Karena dari pendidik inilah lahir generasi yang akan memimpin bangsa ini kedepan. Miris sekali kondisi ini. Sekulerisme adalah pangkal dari permasalahan saat ini. Sekulerisme adalah faham yang memisahkan antara agama dan kehidupan. Ranah agama hanya mengatuh hubungan individu dengan tuhannya. Sedangkan dalam kehidupan sehari-hari individu diatus dengan aturannya sendiri. Sangatlah wajar pendidik generasi saat ini banyak yang berbuat maksiat atau kriminal. Mereka menganggap agama sebagai candu buat mereka.

Selain itu Kebebasan individu juga sangat diagungkan dalam sistem sekuler. Individu bebas melakukan apa saja. Tak peduli juka itu melanggar aturan agama. Tak ayal kebebasan individu ini menyeret pendidik generasi melakukan perbuatan kriminal dengan dalil kebebasan individu.

Selain itu, banyak pendidik yang hanya transfer ilmu pengetahuan kepada peserta didiknya. Jika sudah mengajarkan ilmu ke peserta didiknya tugas sudah selesai. Tak jarang hubungan antara guru dengan murid adalah kontrak kerja.

Inilah gambaran pendidik dalam sistem sekuler saat ini. Sistem pendidikan sekuler tak mampu melahirkan pendidik yang berkuitas dan berakhlakul karimah. Sekuler telah terbukti membawa kerusakan yang nyata. Butuh sistem yang mampu melahirkan pendidik yang berkualitas dan berakhlakul karimah. Hanya islam yang mampu menjawabnya. Karena islam bersumber dari Allah SWT al khaliq pencipta manusia. Allah SWT memberikan aturan yang mampu mensejahterakan manusia di dunia dan akhirat. 


Sistem Islam Mampu Melahirkan Pendidik yang Berkepribadian Islam

Islam merupakan sebuah sistem yang memberikan solusi terhadap berbagai problematika yang dihadapi manusia. Setiap solusi yang disajikan Islam pasti selaras dengan fitrah manusia,termasuk perkara pendidikan. Dalam Islam negaralah yang berkewajiban untuk mengatur segala aspek yang berkenaan dengan sistem pendidikan yang diterapkan. Bukan hanya persoalan yang berkaitan dengan kurikulum, akreditasi sekolah, metode pengajaran, tetapi juga mengupayakan agar pendidikan dapat diperoleh rakyat secara mudah. Berkenaan dengan hal ini, Rasulullah memerintahkan dalam hadits: "Seorang Imam atau kepala negara adalah pemelihara urusan dan pengatur rakyat dan ia akan dimintai pertanggungjawaban atas urusan rakyatnya" (HR. Bukhari dan Muslim)

Selain hal diatas yang perlu diperhatikan adalah output dari pendidikan, baik dari pendidik maupun peserta didik. Karena output inilah yang akan menentukan warna manusia yang akan mengisi peradaban di masa mendatang. Out put pendidikan dalam Islam adalah sebagai berikut:
1. Membentuk manusia yang berkepribadian Islam. Konsekuensi keimanan dari seorang muslim adalah teguhnya memegang hukum Allah dalam kehidupan sehari-hari. Halal haram menjadi standar seseorang dalam bertingkah laku, jika suatu perbuatan haram maka ditinggalkan dan jika suatu perbuatan halal dilakukan. Halal haram menjadi kontrol seseorang dalam bertingkah laku.

2. Menguasai Tsaqofah Islam yang handal. Berdasarkan takaran kewajibannya menurut Al Ghazali dibagi dalam dua kreteria, yaitu: 1) Ilmu yang terkategori fardlu ain yaitu ilmu yang wajib dipelajari oleh setiap kaum muslimin, yaitu bahasa arab, sirah nabawiyah, ulumul quran, ulumul hadits, usul fiqih dan lain-lain. 2) Ilmu yang terkategori fardlu kifayah, biasanya ilmu-ilmu yang mencakup sains dan teknologi, serta ilmu-ilmu terapan keterampilan, seperti biologi, fisika, kimia kedokteran, pertanian dan lain lain. 

3. Menguasai ilmu-ilmu terapan (pengetahuan, ilmu, dan teknologi IPTEK). Menguasai IPTEK agar umat Islam mampu mencapai kemajuan material sehingga dapat menjalankan fungsinya sebagai khalifatullahi di muka bumi dengan baik. 

4. Memiliki keterampilan yang tepat guna dan berdaya guna. Penguasaan keterampilan yang serba material ini merupakan tuntunan yang harus dilakukan umat Islam dalam rangka pelaksanakan amanah Allah SWT. Hal ini diindikasikan dengan terdapatnya banyak nash yang mengisyaratkan kebolehan mempelajari Ilmu pengetahuan umum dan keterampilan.

Itulah gambaran out put pendidikan dalam Islam, baik generasi maupun pendidik. Dengan kualitas out put pendidikan yang sangat tinggi maka akan mempu mengisi peradaban dengan keimanan dan keilmuannya.




Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.

Posting Komentar

0 Komentar