Marketplace Guru, Pendidikan Di Era Kapitalis. Mampukah Mensejahterakan Guru?


Oleh : Ummu Umaroin (Aktivis Dakwah)

Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi Nadiem Makarim tengah menyiapkan marketplace guru. Marketplace guru adalah cara Kemdikbud Ristek untuk memenuhi kebutuhan guru. 


Pengertian Marketplace Guru

Berdasarkan pernyataan Nadiem dalam Rapat Kerja Komisi X DPR RI dengan Mendikbud, marketplace guru adalah wadah di mana semua guru yang boleh mengajar masuk ke dalam satu database yang dapat diakses semua sekolah.

Melalui wadah ini, setiap sekolah dapat mencari guru yang dibutuhkan dengan mudah, sehingga bisa menyelesaikan masalah perekrutan. Menurut Nadiem, ada tiga masalah yang terselesaikan dengan adanya marketplace guru ini. Masalah pertama adalah kebutuhan guru secara realtime sehingga tidak perlu menunggu rekrutmen terpusat yang membutuhkan waktu lama. Kedua, perekrutan kini bisa dilakukan sesuai kebutuhan karena selama ini masih ada siklus yang tidak sinkron antara sekolah dan pemerintah pusat. Ketiga adalah selama ini pemerintah daerah tidak mengajukan formasi ASN yang sesuai dengan kebutuhan.


Pro dan Kontra Marketplace Guru.

Berikut ini beberapa sisi positif dan negatifnya :
Kelebihan Marketplace Guru, Guru tidak perlu menunggu pengangkatan dari pemerintah pusat yang lama. Konsep ini bisa memberi kesempatan yang lebih luas dan merata bagi para guru untuk mendapatkan pekerjaan di sekolah-sekolah yang membutuhkan.

Mendorong guru meningkatkan kualitas dan kompetensi karena sekolah bisa akan mencari guru-guru terbaik. Guru lebih fleksibel dalam menentukan lokasi kerja sesuai dengan keinginan dan kesempatan mereka. Namun pada faktanya, guru di era kapitalis tak lebih dari seorang pekerja di zaman digital yang terus dituntut untuk memberikan pikiran dan tenaga mereka untuk memberikan keuntungan bagi perusahaan online. Guru tidak pernah diperhatikan atas kesejahteraannya, bahkan para guru di benturkan kepala keinginan perusahaan, sehingga guru harus berjuang sendiri untuk kesejahteraan mereka.

Kekurangan Marketplace Guru, Muncul ketidakpastian status karena mereka belum menjadi pegawai negeri sipil (PNS) atau pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja (PPPK). Selama belum ada dasar hukum yang jelas, guru mungkin bisa dipecat atau diganti sewaktu-waktu.

Kesejahteraan dan motivasi guru bisa menurun, karena mereka tidak mendapatkan gaji dan tunjangan yang layak seperti PNS atau PPPK. Menyebabkan ketimpangan karena ada persaingan di antara ribuan guru lainnya di marketplace. Nah, beginilah penguasa di sistem kapitalis, tidak mau dibebankan oleh pengurusan dan tanggung jawab mengenai kesejahteraan para guru. Dalam sistem kapitalis, pendidikan hanyalah sebagai perusahaan, guru sebagai pekerja dan murid sebagai produk.  


Sistem Islam Memuliakan Guru.

Peradaban Islam di bangun diatas Pondasi Aqidah yang kokoh dan Cemerlang dilengkapi dengan Ilmu Pengetahuan. Karena itu Pemerintahan dalam Sistem Negara Islam  bertanggung Jawab atas Pendidikan bagi warga Negara. Masyarakat di fasilitasi dengan Perangkat  lengkap demi mendukung proses belajar mengajar. Serta kesejahteraan para guru di jamin oleh Negara supaya mereka bisa fokus sepenuhnya menjadi pendidik yang handal dan punya kompetensi tinggi. Guru ditempatkan pada posisi yang terhormat karena di tangan merekalah pondasi peradaban di bangun. Rasa tanggung jawab menuntut ilmu dan mengajarkan ilmu serta mendidik di dorong dari sifat Taqwa kepada Allah dan sifat Peduli untuk kemaslahatan Umat, dakwah dan Jihad. 

Untuk gaji para pengajar di masa itu (pada masa Khalifah Harun  Ar-Rasyid) sama dengan gaji para muadzin yakni 1.000 dinar per tahun. Ini berarti sekitar Rp3,9 miliar atau Rp. 325 juta/bulan. Sedangkan para ulama yang sibuk dengan Al-Qur'an, mengajar ilmu Al-Qur'an, dan  mengurusi para penuntut ilmu diberikan gaji sekitar 2.000 dinar. Ini sekitar Rp7,8 miliar atau Rp. 650 juta/bulan. 

Ingat pada Masa Keemasan sistem Islam kita jumpai Ilmuwan Muslim yang bukan cuma Ahli sains dan teknologi tetapi mereka juga faqih dalam Urusan Syari'ah. Demikianlah ketika Ilmu dibimbing oleh Wahyu (Al Qur'an), akan melahirkan generasi-generasi Emas yang bertaqwa yang dengan Ilmu tersebut menjadi Rahmat seluruh Alam.

Wallahu 'alam bishowab.




Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.

Posting Komentar

0 Komentar