Ganti Pemimpin, Bisa Ganti Nasib Gak sih?


Oleh: Nur Hidayati (Jembrana-Bali)

Tak lama lagi Indonesia akan mengadakan pemilihan pemimpin baru. Ini adalah agenda rutin tiap 5 tahun sekali. Masing-masing parpol menyiapkan calonnya, tentu dengan visi dan misi yang sekiranya bisa menarik perhatian para pemilih nanti.

Segala cara dilakukan para calon pemimpin untuk meraih suara terbanyak dan menjadi pemenang. Mereka rela masuk ke tengah-tengah masyarakat, masuk ke pondok-pondok, pengajian-pengajian, dan masih banyak lagi yang lainnya untuk menyampaikan visi dan misi mereka supaya para responden tergerak untuk memilih mereka.

Tak tanggung-tanggung, dana yang mereka keluarkan demi melicinkan jalan mereka menjadi pemenang di pemilu nanti bisa mencapai ratusan juta. Entah uang darimana dan bagaimana cara memperolehnya. Halal ataukah haram sudah tak terlihat bedanya.

Meski sudah menjadi rutinitas dan nyaris berakhir naas, rakyat Indonesia masih tak sadar jika sudah dibutakan oleh janji-janji manis dan bantuan-bantuan yang diberikan para calon pemimpin tersebut. Mereka lupa, siapapun yang menjadi pemimpinnya, kehidupan mereka tidak akan pernah berubah selama mereka hanya mengganti pemimpin bukan mengganti sistem yang ada. Siapapun yang menjadi pemimpin jika sistem yang digunakan tetap demokrasi, hanya akan menimbulkan permasalahan baru.

Ketahuilah, pemilihan di alam demokrasi ini hanyalah menguntungkan para penguasa dan pengusaha, dan tentunya membuat masalah baru yang akan merugikan rakyat nantinya. Memilih seorang pemimpin adalah salah satu aspek penting dalam kehidupan beragama dan bermasyarakat, karena itu dalam Islam seorang pemimpin adalah seseorang yang memiliki peran besar bagi umat. Seorang pemimpin mempunyai tugas dan tanggung jawab besar kepada umat. Maka dari itu, seorang pemimpin haruslah sosok yang amanah, bijaksana, bertanggung jawab, dan adil merata terhadap seluruh rakyatnya. Maka sebagai seorang muslim, haruslah memilih seorang pemimpin yang benar-benar taat akan syariat Allah dan mengerti tentang hukum dan aturan-aturan Allah.

Sistem demokrasi yang digunakan saat ini sangat bertentangan dengan sistem Islam. Dalam sistem demokrasi, seorang pemimpin adalah orang yang memiliki jabatan menjanjikan. Karena dalam pikirannya, ia mampu berkuasa dan berhak memimpin atas kehendaknya. Berbeda dengan sistem Islam, mereka (para pemimpin dalam Islam) memiliki tanggung jawab yang sangat besar, kekuasaan yang diperoleh bukanlah ajang untuk mencari keuntungan, mereka menjalankan pemerintahannya dengan sangat hati-hati karena kepemimpinannya akan dipertanggungjawabkan di dunia maupun di akhirat.

Dengan demikian, bergantinya pemimpin dalam sistem kufur, mustahil akan membuat bergantinya nasib rakyat. Bisa jadi tambah runyam karena saling berebut kekuasaan demi kepentingan pribadi dan golongan, bukan menjadi pelayan masyarakat seperti yang digaungkan saat kampanye.

Wallahu a'lam bish showab.




Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.

Posting Komentar

0 Komentar