Dunia Pendidikan Tak Lagi Menyenangkan Tapi Menyeramkan


Oleh : Dini Harefa

Mahasiswa Jurusan Sastra Rusia Universitas Indonesia (UI) bernama Muhammad Naufal Zidan (19) tewas setelah ditikam berkali-kali oleh seniornya sendiri, yakni Altafasalya Ardnika Basya (23).

Wakasat Reskrim Polres Metro Depok AKP Nirwan Pohan mengatakan, tersangka mengaku memiliki utang untuk menutupi kekalahannya bermain kripto karena mengalami kerugian hingga mencapai Rp80 juta.

“Menurut pengakuannya, kerugian tersangka mencapai Rp80 juta, akhirnya tersangka meminjam uang kepada temannya, termasuk pinjol,” ujar Nirwan dikutip dari Liputan6, Sabtu (5-8-2023).

Mengulas hal ini, pengamat kebijakan pendidikan Noor Afeefa menilainya sebagai cermin kelalaian negara. “Pembunuhan mahasiswa UI merupakan cermin kelalaian negara yang kehadirannya demi politik pendidikan sekuler Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM),” ucapnya kepada MNews, Senin (7-8-2023). Nilai moralitas tak lagi menjadi prioritas, sebab di kurikulum ini mendesak peserta didik berdaya guna dan saing dalam dunia kerja, bukan mencetak penuntut ilmu yang berkarakter, tapi gamblang menjelaskan bagaimana dunia ini bekerja dengan uang bukan ilmu yang kita tuntut kurang lebih 12 tahun lama nya. 

Mungkin ini contoh jika pendidikan tak segera di kembalikan pada fungsi awal nya, menjadi kan nya manusia, bukan binatang dalam alam rimba yang saling cakar untuk menyelesaikan masalah mereka.

“Bahkan sempat memberi kesempatan kepada korban untuk membunuh pelaku juga agar sama-sama mati. Sungguh mental seperti ini amat parah sebab tidak hanya membahayakan diri sendiri, tetapi juga orang lain,” ucapnya miris.

Menurutnya, pembunuhan mahasiswa UI oleh seniornya ini menambah buruk wajah dunia pendidikan tinggi. “Meski tampak kasuistik, tetapi peristiwa keji ini nyata terjadi di tengah masyarakat kampus. Apalagi peristiwanya tak lama dari pembunuhan atau mutilasi mahasiswa UMY,” ungkapnya.

Ia prihatin, betapa para orang tua merasa pilu dan bertambah was-was. “Sebegitu parahkah ancaman dunia mahasiswa sehingga nyawa tampak begitu murah. Sebagaimana diberitakan, orang tua korban, baik mahasiswa UI maupun UMY, berharap agar para pelaku dihukum mati. Hal ini menunjukkan kepiluan yang amat mendalam,” jelasnya.

Peristiwa ini pun layak menjadi perhatian, lanjutnya, sebab pelaku merupakan mahasiswa UI, salah satu perguruan tinggi paling bergengsi, terlebih kehidupan di kota besar memang menuntut biaya hidup tinggi selain uang kuliah baik untuk makan, kontrakan, juga kebutuhan lainnya.

“Tak bisa dipungkiri juga, beratnya beban ekonomi nyata-nyata dialami banyak mahasiswa lain, terutama karena naiknya biaya kuliah dan tentu saja biaya hidup yang makin tinggi. Bahkan dirilis oleh BPS bahwa biaya pendidikan menjadi salah satu penyumbang inflasi di awal tahun ajaran baru ini, yakni Juli—September” paparnya.

Ia menyatakan, rapuhnya sendi-sendi ekonomi telah menunjukkan bahaya kapitalisme yang makin dirasakan masyarakat.“Terlebih jika kemampuan mahasiswa, khususnya dari sisi mental, untuk menghadapi beratnya beban hidup tidak dikuatkan dalam sistem pendidikan saat ini, maka berbagai tindakan keji bisa saja terjadi, mulai dari yang biasa hingga sadis" urainya.

Hal ini cukup memperlihatkan bahwa dunia pendidikan hari ini sedang tak baik baik saja, tujuan mencerdas kan anak bangsa raib entah kemana. Problematika ini jika kita telusuri akar permasalahannya bukan hanya bersumber dari pribadi pelaku nya saja yang seorang mahasiswa, namun dari segala hal yang memicu perbuatan keji tersebut.

Bukan pula bersumber dari pola pembelajaran oleh tenaga pendidik dan pola asuh di lingkungan ia di besarkan. Sebab nya bahkan lebih besar dari yang di beber kan selama ini, bahwa peran penguasa dalam tatanan pemerintahan sangat menentukan kehidupan manusia dalam sebuah peradaban.

Sungguh miris, sumber masalah nya bahkan kita anggap terlalu rumit untuk di selesaikan hingga memunculkan pendapat bahwa hal itu mustahil untuk di selesaikan, bagaimana tidak ini soal tugas pemeliharaan rakyat yang merupakan tugas seorang penguasa.

Hebat nya, itulah peran penguasa mampu menyelesaikan masalah tanpa masalah. Bagaimana tidak, permasalahan yang menjerat mahasiswa karena marak nya pinjol, dan biaya hidup dan pendidikan yang kelewat tinggi bisa selesai, jika semua sumber daya alam yang menjadi sumber kekayaan negeri ini di fokuskan untuk di kelola oleh negara langsung tanpa memberi kesempatan asing untuk mengeruk nya habis habisan, hasil nya tak akan ada pengangguran dan kekayaan alam yang di olah tadi mampu menghidupi seluruh rakyat Indonesia bukan hanya menyelesaikan masalah mahasiswa yang tadi saja. 

Namun jika hal itu benar terjadi di negeri ini bebas dari cengkraman asing yang mengeruk dan mengangkut habis kekayaan alam kita. Dan yang membuat kita tercekik dengan kebutuhan hidup, hingga pinjol menjadi solusi nyawa teman tak lagi berarti. Sungguh bukan suasana seperti ini yang di harapkan, dunia pendidikan itu harus menyenangkan bukan menyeramkan karena dari Padanya menciptakan peradaban yang mulia.




Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.

Posting Komentar

0 Komentar