Kasus Pembunuhan Mahasiswa, Bukti Nyata Buruknya Sistem Pendidikan Sekuler


Oleh : Ranti Nuarita, S.Sos. (Aktivis Muslimah)

Semua orang pasti setuju, bahwa masa depan suatu bangsa sangat ditentukan oleh generasi muda saat ini. Peran pemuda yang selalu diidentikkan sebagai agen perubahan menjadi penentu baik kemajuan ataupun kemunduran bangsa.

Namun, bagaimana jadinya jika pemuda yang diharapkan dapat menjadi penerus bangsa ke arah yang lebin baik, justru mengalami krisis pendidikan bahkan tak bermoral?

Menjadi pembunuh, terlibat pergaulan bebas, tawuran, menjadi pelaku bulliying,  dan lain sebagainya. Percaya atau tidak, inilah fenomena yang sedang melanda pemuda hari ini.

Yang paling anyar sebagaimana mengutip dari tirto.id, Sabtu (05/08/2023). Seorang Mahasiswa Universitas Indonesia, MNZ (19) ditemukan tewas di dalam kamar indekos di wilayah Kukusan Beji, Depok, Jawa Barat, pada Jumat (4/8/2023). Korban diduga dibunuh seniornya, AAB (23) dan jenazahnya ditemukan di kolong tempat tidur dengan kondisi terbungkus plastik hitam, kaki terikat lakban, dan terdapat sejumlah luka di tubuh korban.

Miris, satu kata yang sepertinya tidak cukup untuk menggambarkan kondisi pemuda hari ini. Menurut informasi motif pelaku melakukan tindakan sadis tersebut karena iri dengan kehidupan korban, masalah investasi kripto,  juga akibat terlilit utang pinjol, di mana setelah korban terbunuh, pelaku merampas barang berharga milik korban yang akan digunakan untuk membayar utang. 

Ini bukan hanya masalah individu, adanya kejadian  mengerikan yang pelakunya pemuda, bahkan seseorang yang memiliki gelar sebagai mahasiswa, menjadi bukti kesekian tentang potret buram sistem pendidikan hari ini yang berbasis sekuler kapitalis, di mana sistem ini tidak menyandarkan aturannya pada Islam, sebab memisahkan agama dari kehidupan merupakan asas dari sistem sekuler kapitalis yang diterapkan negara hari ini.

Jika kita cermati, sistem pendidikan sekuler kapitalis tidak memberikan kontribusi pada pembangunan manusia. Sistem ini memaksa pemuda mengikuti standar kehidupan sekuler kapitalis yaitu materi akan terus menuntut negeri ini bergaya bebas dan tidak menjadikan standar agama sebagai agama sekaligus ideologi dalam mengatur segala aspek kehidupan, khususnya sistem pendidikan sehingga hal ini merusak karakter pemuda.

Alih-alih  menjadi agent of change, pemuda hari ini sibuk mengejar materi dan segala hal yang mengikuti hawa nafsunya,  berperilaku bebas sehingga muncul berbagai penyimpangan, pergaulan bebas, tawuran, hingga menjadi pelaku pembunuhan.

Belum cukup sampai di situ, pengaturan media pun juga berasaskan sekuler kapitalis sehingga pemuda hari ini terus dicekoki tayangan-tayangan beracun yang jauh dari syariat agama seperti gaya hidup hedonis, pragmatis, konsumtif, bahkan materialistis yang dapat memengaruhi alam bawah sadar, yang akhirnya dijadikan tuntunan kehidupan. Akibatnya pemuda hari ini sibuk mengikuti tren, mengejar materi, memuaskan hawa nafsunya tanpa melihat halal ataupun haram.

Ironisnya negara seolah abai terhadap kerusakan yang ada pada generasi. Padahal masalah ini perlu solusi komprehensif, dan solusi tuntas hanya dapat diperoleh dengan mengubah asas yang diterapkan negara saat ini, yaitu dengan menjadikan akidah Islam sebagai asas.

Islam sebagai din yang datang dari Allah Swt. hadir tidak hanya sebagai agama, tetapi sekaligus mabda atau ideologi yang memiliki aturan yang kompleks, sebagai solusi bagi segala masalah kehidupan, termasuk sistem pendidikan.

Negara yang menerapkan sistem Islam paham betul bahwa masa depan generasinya berada di bawah tanggung jawabnya. Negara akan berperan penting dalam menentukan arah pendidikan yang terbaik, berkualitas, juga sesuai tuntunan syariat bagi warga negaranya, yakni dengan menerapkan sistem pendidikan Islam. 

Sistem pendidikan Islam berangkat dari kurikulum yang berbasis akidah Islam. Kurikulum ini akan merujuk ke arah penguatan akidah dan pemikiran Islam. Penanaman juga pemahaman akidah Islam mengenai Islam sebagai way of ljfe akan diberikan  mulai dari usia prabaligh sampai dengan pendidikan tinggi. Tidak hanya sekadar belajar, tetapi juga berkonsekuensi atas ketaatan pada syariat Allah. Dengan demikian setiap individu generasi muda akan tergambar pola pikir juga pola sikap sesuai dengan tuntunan Islam. Sehingga akan terbentuk generasi saleh/salihah. 

Negara juga akan bertanggung jawab, menjamin, memberi fasilitas pendidikan layak dan gratis bagi warga negaranya. Sehingga setiap warga negara dapat mengenyam pendidikan terbaik. Terbukti dengan penerapan sistem pendidikan Islam, sejarah mencatat, peradaban Islam pernah mengalami masa keemasan bahkan menjadi mercusuar dunia (golden age) bahkan pada masa Dinasti Abbasiyah era kepemimpinan khalifah Harun Al-Rasyid peradaban Islam menjadi semakin gemilang.

Islam berkembang pada masa itu, sebab karena para pemuda, ulama, bahkan juga penguasa memiliki antusiasme juga perhatian mereka kepada perkembangan  ilmu pengetahuan dan memajukan peradaban Islam.

Kurikulum pendidikan Islam menjadikan para generasinya memiliki kesadaran penuh bahwa mereka adalah hamba Allah, kesadaran ini menjadikan mereka selalu berhati-hati dalam beramal, sibuk menghasilkan karya-karya terbaik demi kemajuan peradaban Islam. Tidak disibukkan pada kegiatan bisnis yang mengandung keharaman semisal investasi digital demi mendapatkan uang,  sebab negara dalam bingkai Islam juga menjamin kebutuhan pokok bagi seluruh warga negaranya. 

Masyarakat dalam bingkai Islam terbiasa melakukan amar makruf nahi mungkar. Negara pun bahkan mengontrol agar tidak ada tayangan dari media-media toksik yang berpotensi meracuni generasi. Sistem sanksi yang ada dalam Islam pun tidak hanya memberikan efek jera, tetapi juga hadir sebagai penebus dosa di akhirat.

Demikianlah dengan segala pengaturan tersebut maka sudah dipastikan generasi yang ada akan menjadi insan yang memiliki intelektualitas, spiritualitas, berakhlak mulia yang dapat diandalkan untuk pembangunan masa depan bangsa.

Wallahualam bissawab.




Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.

Posting Komentar

0 Komentar