KHUTBAH JUM'AT : MENYOAL MODERASI AGAMA


KHUTBAH PERTAMA

إنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ, نَحْمَدُهُ, وَنَسْتَعِينُهُ, وَنَسْتَغْفِرُهُ, وَنَعُوذُ بِاللَّهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا, وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَامَنْ يَهْدِهِ اللَّهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ, وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ,أَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لَاشَرِيْكَ لَهُ، شَهَادَةَ مَنْ هُوَ خَيْرٌ مَّقَامًا وَأَحْسَنُ نَدِيًّا.
 وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا محَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الْمُتَّصِفُ بِالْمَكَارِمِ كِبَارًا وَصَبِيًّا.
 اَللَّهُمَّ فَصَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَانَ صَادِقَ الْوَعْدِ وَكَانَ رَسُوْلاً نَبِيًّا، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ الَّذِيْنَ يُحْسِنُوْنَ إِسْلاَمَهُمْ وَلَمْ يَفْعَلُوْا شَيْئًا فَرِيًّا، أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ رَحِمَكُمُ اللهُ، اُوْصِيْنِيْ نَفْسِيْ وَإِيَّاكُمْ بِتَقْوَى اللهِ، فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ.
قَالَ اللهُ تَعَالَى  
وَمَنْ يَّبْتَغِ غَيْرَ الْاِسْلَامِ دِيْنًا فَلَنْ يُّقْبَلَ مِنْهُۚ وَهُوَ فِى الْاٰخِرَةِ مِنَ الْخٰسِرِيْنَ‏
(QS Ali-‘Imran [3]: 85)


Alhamdulillah, segala nikmat hanya milik Allah. Dia-lah Yang Mahapemurah, Mahapenyayang, dan sang Pemilik Keadilan. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada junjungan alam, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam.

Tak ada pesan yang paling utama, selain pesan takwa. Taatlah kepada Allah subhanahu wa taala. Laksanakan perintah-perintah-Nya. Jauhi larangan-Nya. Jangan sampai Dia murka kepada kita semua karena kita melanggar aturan-Nya.

Hadirin jamaah jumah rahimakumullah,
Siapa yang tidak ingin hidup damai, rukun, dan penuh keharmonisan di tengah masyarakat? Semua pasti menginginkan itu. Makanya, segala potensi yang bisa merusak perdamaian, kerukunan dan toleransi antarumat beragama harus dijauhkan. 

Tapi ingatlah, ini bukan karena adanya sikap beragama secara moderat, yang sekarang dikampanyekan yakni moderasi beragama. Bukan. Mengapa? Ketahuilah, istilah Islam moderat, moderasi beragama, adalah istilah yang cenderung rancu, tak jelas, liar serta berpotensi merugikan Islam dan ajarannya.  Apalagi isu moderasi agama ini selalu dikaitkan dengan isu radikalisme yang juga terus-menerus digembar-gemborkan. Padahal jelas, sebagaimana moderasi agama, isu radikalisme juga tak jelas juntrungannya. 

Sebagaimana isu terorisme, isu radikalisme selalu menyasar kalangan Muslim. Tidak pernah ada radikalisme menyasar Katolik, Protestan, Hindu, Budha, maupun Konghuchu. Tidak ada. Makanya, isu ini sangat tendensius. Menyasar umat Islam, terutama mereka yang berusaha terikat dengan syariahnya, bahkan yang menginginkan penerapan syariah Islam secara kaaffah dalam seluruh aspek kehidupan.
 
Hadirin jamaah jumah rahimakumullah,
Sepintas, istilah moderasi beragama seolah bagus. Padahal itu adalah racun bagi umat Islam. Ini perlu kita ketahui, agar kita tak terjebak dan latah menjadi pelaku-pelaku kampanye moderasi beragama. Apalagi, baru saja diumumkan sedang dicanangkan 1000 kampung moderasi beragama.

Ketahuilah, moderat adalah istilah politik. Sengaja digunakan oleh musuh-musuh Islam untuk menggiring umat Islam agar memiliki paham keagamaan (Islam) sesuai kemauan Barat. Umat Islam digiring untuk bertoleransi pada nilai-nilai Barat, apakah itu HAM, kebebasan berperilaku, hingga LGBT sekalipun. Kita diarahkan untuk menerima kemaksiatan. Kita tidak boleh menolak apapun budaya Barat. Harus terima. Lalu, siapapun yang tidak mau menerima, disebut radikal.

Hadirin jamaah jumah rahimakumullah,
Ketahuilah, sejak peledakan Gedung WTC 11 September 2001, Amerika memanfaatkan isu terorisme sebagai bagian dari skenario globalnya untuk melemahkan Islam dan kaum Muslim. Untuk itu, para peneliti kemudian menganjurkan beberapa pilihan langkah bagi AS. Salah satunya adalah mempromosikan jaringan Islam moderat untuk melawan gagasan-gagasan Islam radikal. 

Terkait itu Mantan Presiden AS George W Bush pernah menyebut ideologi Islam sebagai ideologi para ekstremis. Bahkan oleh mantan PM Inggris Tony Blair, ideologi Islam dijuluki sebagai ideologi setan. Hal itu ia nyatakan di dalam pidatonya pada Konferensi Kebijakan Nasional Partai Buruh Inggris (2005). Blair lalu menjelaskan ciri-ciri ideologi setan yaitu: (1) Menolak legitimasi Israel; (2) Memiliki pemikiran bahwa syariah adalah dasar hukum Islam; (3) Kaum Muslim harus menjadi satu kesatuan dalam naungan Khalifah; (4) Tidak mengadopsi nilai-nilai liberal dari Barat.
Maka siapa yang termasuk ciri-ciri itu disebut kelompok radikal. Dan sikap sebaliknya disebut kelompok moderat. Lalu, umat Islam mereka adu domba, agar terlena, lemah, dan tercerai berai.

Hadirin jamaah jumah rahimakumullah,
Berhati-hatilah dengan propaganda Islam moderat ini. Seolah umat Islam ini umat yang intoleran. Mereka coba mengajari kita bagaimana bertoleransi. Padahal, secara historis, tanpa moderasi agama pun, Islam memang agama yang menjunjung tinggi toleransi. Bahkan toleransitanpa moderasi agamamerupakan salah satu bagian dari sejarah keagungan dan kegemilangan Khilafah Islam yang telah memayungi dunia selama 13 abad.

Janganlah kita rendah diri karena tidak mau mengikuti propaganda mereka. Yakinlah, Islam adalah agama (ad-diin) yang diturunkan oleh Allah subhanahu wa taala kepada Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam untuk mengatur hubungan manusia dengan tuhannya, diri, dan sesamanya. Dengan demikian, Islam bukan hanya mengatur masalah akidah, ibadah dan akhlak, tetapi juga mengatur masalah ekonomi, pemerintahan, sosial, pendidikan, peradilan dan sanksi hukum serta politik luar negeri. 

Inilah yang dimaksud dengan Islam kaaffah, sebagaimana yang dinyatakan oleh Allah subhanahu wa taala:
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا ادْخُلُوْا فِى السِّلْمِ كَاۤفَّةً ۖوَّلَا تَتَّبِعُوْا خُطُوٰتِ الشَّيْطٰنِۗ اِنَّهٗ لَكُمْ عَدُوٌّ مُّبِيْنٌ
Hai orang-orang yang beriman, masuklah kalian ke dalam Islam secara keseluruhan, dan janganlah kalian turut langkah-langkah setan. Sungguh setan itu musuh yang nyata bagi kalian (TQS al-Baqarah [2]: 208).

Karena itu Islam adalah agama yang lengkap dan sempurna. Islam tidak butuh agama atau ajaran lain. Ini ditegaskan oleh Allah subhanahu wa ta’ala:
اَلْيَوْمَ اَكْمَلْتُ لَكُمْ دِيْنَكُمْ وَاَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِيْ وَرَضِيْتُ لَكُمُ الْاِسْلَامَ دِيْنًاۗ
Pada hari ini Telah Aku sempurnakan untuk kalian agama kalian, telah Aku cukupkan nikmat-Ku kepada kalian dan telah Aku ridhai Islam itu menjadi agama kalian (TQS al-Maidah [5]: 3).

Alhasil, kita harus menolak dan melawan ide moderasi agama dalam semua bentuknya.  Meskipun bisa jadi saat ini dikampanyekan oleh mereka yang menyebut dirinya ulama maupun cendekiawan. Sekali lagi, moderasi beragama bukan ajaran Islam. Bahkan membahayakan Islam. Kita didorong toleran terhadap kemaksiatan. Didorong membenarkan agama selain Islam. Didorong meninggalkan ajaran Islam dengan istilah jangan fanatik. Awas, semua itu adalah racun yang berbahaya.
 
Sekarang saatnya, kita tambah taat kepada ajaran Islam. Yang putih katakan putih, yang hitam bilang hitam. Jangan menjadi abu-abu, karena itulah yang diharapkan oleh musuh Islam. 

Ingatlah, syariah Islam adalah standar perbuatan seorang Muslim, bukan toleransi dan moderasi. Keimanan harus diwujudkan dalam bentuk taat, patuh dan menerima sepenuhnya syariah Islam. []

بَارَكَ الله لِي وَلَكُمْ فِى اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَافِيْهِ مِنَ الْآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيمِ وَتَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ وَإِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ العَلِيْمُ، وَأَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا فَأسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْم





KHUTBAH KEDUA

اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا
أَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ الْمُسَبِّحَةِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِى بَكْرٍ وَعُمَر وَعُثْمَان وَعَلي وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ

اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآء مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيْنَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَاإنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ.

عِبَادَاللهِ ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُبِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ




Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.

Posting Komentar

0 Komentar