Oleh: Rani (Pemerhati Sosial)
Bagaimana perasaan ketika pedoman hidup, petunjuk hidup berulang kali dinista bahkan dibakar didepanmu? Bagaimana responmu? Apakah B aja alias biasa aja jika merujuk istilah remaja jaman now. Pembakaran Al-Qur'an belakangan ini selalu kian terjadi dan terjadi lagi, bahkan tanpa sedikit rasa takut dipamerkan dan ingin menunjukan kebencian secara terang-terangan bernaung dibalik kebebasan.
Dikutip oleh kaltimpost.com, seorang perempuan keturunan Iran membakar Al-Qur'an pada 3 Agustus. Komunitas internasional kembali mengecam dan meminta Swedia mengambil sikap tegas kepada pelaku agar kejadian serupa tak terulang. Tak hanya Swedia, pembakaran Al-Qur'an juga terus berulang di Denmark. Kedua negara memang memiliki Undang-Undang kebebasan berekspresi sehingga aksi seperti itu sulit bahkan tidak mungkin diintervensi pemerintah (3/8/2023).
Dikutip juga oleh dw.com media, pembakaran al-Quran dalam beberapa pekan terakhir semakin menjadi masalah bagi Denmark dan Swedia. Ada beberapa tindakan di kedua negara di mana Al-Qur'an dirusak atau dibakar. Baru pada hari Senin dua aktivis Irak dikatakan telah melecehkan di Swedia. Peristiwa tersebut menyebabkan ketegangan yang signifikan antara dua negara Eropa Utara itu dengan negara-negara Muslim. Tapi hal itu juga menimbulkan masalah politik domestik bagi negara-negara tersebut. Perdana Menteri Swedia Ulf Kristersson mengatakan di Instagram pada hari Minggu, Swedia berada dalam "situasi keamanan paling tegang" sejak Perang Dunia II (4/8/2023).
Jika kita menelisik kebelakang masalah pembakaran Al-Qur'an ini selalu menjadi topik masalah di belahan dunia barat. Kebencian terhadap Islam menjadi indikasi pembakaran dari dulu, ini terbukti sejak awal 2005 terjadi skandal kartun Nabi Muhammad di Denmark diterbitkan surat kabar "Jyllands-posten" dan memicu protes diiringi kekerasan umat Islam yang terjadi di seluruh dunia diawal tahun 2006.
Kejadian ini selalu berulang kali dan hanya bentuk kecaman yang hanya bisa dilakukan dunia Islam. Tak ada aksi yang lebih bisa dilakukan minimal menghentikan, sebaliknya mereka malah gencar menunjukkan kepada dunia mengenai Islamphobia yang sangat mereka benci. Dunia barat sudah mendarah daging kebenciannya, ini terbukti berbagai bentuk ditunjukkan untuk memusnahkan Islam.
Dalam perkara ini harusnya negara mengambil sikap tegas untuk bertemu, berbincang, berdiskusi, bukan malah hanya mengecam. Ini membuktikan pemerintah tidak serius memberantas aksi pembakaran ini dan terkesan hanya membiarkan, apalagi jika didasarkan atas nama diplomasi. Ini mengkhawatirkan masih ada hubungan yang dimaksud. Memutuskan hubungan diplomasi merupakan tindakan tegas yang harus dilakukan agar memberi pelajaran.
Kitab Al-Qur'an adalah kitab suci umat muslim, apalagi negara ini adalah mayoritas penduduknya beragama Islam. Membakar Al-Qur'an adalah simbol penghinaan umat muslim. Relakah jika kitab yang diagungkan dibakar dengan begitu kejinya? Iman apa yang kita bawa bertemu Allah, jika di depan mata Al-Qur'an dinista dengan mudahnya?
Negara yang berpendudukan Islam di dunia banyak, tapi tak satupun mengambil sikap tegas selain hanya bisa mengecam. Bukti hari ini umat Islam lemah dari segi kepemimpinan, menentang barat saja tak bisa, apalagi menghentikan. Sumber daya alam banyak dikeruk hingga melahirkan budak abad baru. Dengan begitu mudah dan bangga membakar tanpa rasa bersalah dan takut, yang dibentengi oleh kebebasan berekspresi dan berpendapat serta dilindungi atas nama hak asasi. Omong kosong jika barat menyuarakan HAM, tapi standar ganda ditentukan pihak mereka juga.
Umat Islam butuh negara global yang berlandaskan aturan yang maha benar berdasarkan Al-Qur'an dan Sunnah. Tanpa tegaknya Islam mustahil pembakaran bisa dibendung, bahkan banyak melahirkan varian penghinaan berikutnya. Wallahu'alam Bishowab.
Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.
0 Komentar