SDA Melimpah, Papua Masih Juga Kelaparan


Oleh: Diana (Relawan Opini Andoolo)

Di tengah kekayaan alam yang tumpah ruah, ada pemandangan yang miris terjadi. Nampaknya sumberdaya alam yang kayak tidak seindah dipandang mata. Ratusan alat berat mengeruk kekayaan alam nyatanya tak mampu mensejahterakan rakyatnya, malah ditemukan beberapa warga meninggal. Kejadian ini tentu membuat pilu.

Sebagaimana yang dilansir oleh (kompas.com, 27/7/2023) sebanyak enam orang warga meninggal dunia akibat bencana kekeringan yang melanda Distrik Lambewi dan Distrik Agandugume, Kabupaten Puncak, Papua Tengah. Dari enam orang tersebut, satu orang di antaranya adalah anak-anak. "Bencana kekeringan telah menyebabkan enam orang meninggal dan kelaparan bagi masyarakat di daerah terdampak," kata Bupati Puncak Willem Wandik dalam keterangan tertulisnya. 

Miris, kelaparan di Papua sampai menghilangkan nyawa. Ironisnya, Papua kaya SDA, bahkan ada PT Freeport sejak lama. Kasus ini menggambarkan betapa ada ketimpangan pembangunan di wilayah Papua yang sejatinya kaya, apalagi negeri ini sudah merdeka 78 tahun lamanya. 

Mestinya negara hadir dan bertanggung jawab atas kejadian ini, agar kasus yang sama tidak terulang kembali. Misalnya saja menghadirkan berbagai pihak dalam lingkungan pemerintahan. Sayangnya itu tidak dilakukan. Jika alasan gangguan keamanan, negara itu kan punya seluruh perangkat kewenangannya. Ada aparat keamanan, ada tentara, ada polisi, ini harusnya bisa diantisipasi. Hanya saja, semua ini tidak berjalan secara efektif. 

Ternyata setelah ditelisik, tidak lain faktor yang mempengaruhi adalah sistem yang diterapkan hari ini yaitu sistem kapitalisme. Kapitalisme sering kali menjadikan faktor kelangkaan barang sebagai dalih saat terjadi krisis kesejahteraan, padahal yang sesungguhnya terjadi adalah buruknya distribusi ekonomi/kekayaan.

Tentunya situasi ini tidak akan terjadi ketika aturan Islam diberlakukan. Di mana pemerintahan Islam begitu serius mengurus rakyatnya. Seperti yang dikisahkan tentang Umar bin Khaththab sebagai khalifah saat negaranya mengalami paceklik. Saat itu Umar ra. mencegah dirinya makan enak, demi empatinya pada rakyat. Umar berkata, “Bagaimana saya bisa mementingkan nasib rakyat, kalau saya sendiri tidak merasakan kesulitan yang  mereka alami. ”Salah satu langkah yang lain Umar lakukan ialah dengan berpatroli dari satu rumah penduduk ke rumah lainnya untuk memastikan keadaan rakyatnya baik-baik dan tidak ada yang kelaparan. 

Olehnya itu, para pemimpin saat ini mestinya mencontoh pemimpin Islam yang betul-betul mengurusi rakyatnya, sebagaimana di masa Khulafaur Rasyidin, bagaimana mereka mengurusi rakyat dengan baik. 

Kisah pemerintahan Islam ini menjadi tamparan keras bagi sebagian pemimpin negeri ini yang kadang mengabaikan kepentingan rakyat, sementara kebutuhan pribadi menjadi prioritasnya. Apakah dia pernah berpikir di akhirat kelak, bagaimana nanti saat dimintai pertanggung jawaban di hadapan Allah swt?

Rasulullah pernah menyampaikan: “Ketahuilah Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap kalian akan dimintai pertanggungjawabannya atas yang di pimpin, penguasa yang memimpin rakyat banyak dia akan dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya, setiap kepala keluarga adalah pemimpin anggota keluarganya dan dia dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya, istri pemimpin terhadap keluarga rumah suaminya dan juga anak-anaknya. Dia akan dimintai pertanggungjawabannya terhadap mereka, dan budak seseorang juga pemimpin terhadap harta tuannya dan akan dimintai pertanggungjawaban terhadapnya, ketahuilah, setiap kalian adalah bertanggung jawab atas yang dipimpinnya." (HR Bukhari).

Maka, hanya dalam Khilafah akan dihasilkan sosok-sosok pemimpin sekelas Umar bin Khaththab. Beliau ra. bukanlah sosok yang sibuk berkelit, alih-alih mencari kambing hitam saat ada rakyatnya yang kelaparan, beliau justru langsung sadar diri akan kelalaiannya, mohon ampun kepada Allah, dan segera melakukan langkah menanggulangi kesusahan rakyatnya. Wallahualam bissawab.




Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.

Posting Komentar

0 Komentar