Simalakama Guru di Sistem Kapitalisme


Oleh: Habsah

Pendidikan untuk kemanusiaan diakui telah mampu menghasilkan kemajuan peradaban yang luar biasa di muka bumi ini. Belajar adalah inti dari kegiatan pendidikan. Tanpa belajar, sesungguhnya tidak ada kegiatan pendidikan. Namun, sungguh miris dalam proses pendidikan terjadinya kekerasan seperti penganiayaan. Ironisnya, kekerasan justru kerap terjadi di institusi Pendidikan yakni sekolah.

Sebagaiamana kejadian miris yang menimpa seorang guru SMA di Kabupaten Rejang Lebong, Bengkulu diduga mengalami penganiayaan yang dilakukan oleh orangtua siswa, pada selasa (1/8/2023) pagi. Guru SMA bernama Zaharman (58) mengalami luka parah di bagian mata sebelah kanan akibat diketapel. Diduga pemicu aksi penganiayaan yang dialami korban Zaharman karena orangtua siswa tidak terima sang anak dipukul karena ketahuan merokok di lingkungan sekolah saat jam sekolah.

Jika ditelisik wajar jika Guru tersebut memberikan sanki kepada siswa yang melanggar aturan sekolah, sebagaimana tercantum dalam Pasal 39  PP NO.74/2008, namun sanksi yang diberikan juga harus sesuai kode etik guru dan tidak melampaui batas. Pun bagi siswa maupun orang tua siswa seharusnya menyadari adanya payung hukum tersebut dan menerima apabila anaknya diberikan hukuman karena melanggar peraturan sekolah. Namun, apakah peraturan tersebut dapat terimplementasikan dengan sempurna di sistem kapitalis sekarang saat ini? sangat sulit tentunya.

Di sisi lain siswa SMA yang nakal tersebut juga terpengaruh akibat sistem kapitalis, dimana memang dalam negara demokrasi sekuler serta liberal kebanyakan generasi muda saat ini akan mudah sekali terjerumus menjadi generasi yang alay, amoral dan pembebek. Tidak heran jika tidak adanya kontrol dari masyarakat bahkan pemerintah dengan keadaan seperti sekarang ini. Kalaupun ada pemberantasan, hal tersebut bukanlah akar dari solusi permasalahan yang menimpa moral generasi muda dalam melakukan perbuatan tercela tersebut.

Masa remaja merupakan masa peralihan dimana para remaja mencari jati dirinya, Namun biasanya mereka mempelajarinya dari orang-orang disekitranya, bahkan dari tontonan yang mereka konsumsi karena tidak adanya kontrol dari orang tua. Selain itu keadaan psikologi remaja juga diperparah dengan kehidupan kapitalis sekuler-liberal yang memang tidak pernah mengarahkan remaja pada figur yang patut di contoh.

Beginilah apabila negara masih menganut sistem kapitalis, pendidikan bukanlah sarana perubahan sosial untuk mengatasi ketimpangan kesejahteraan, tetapi merupakan pemeragaan langsung masyarakat kapitalis untuk mempertahankan dan mempertahankan status quo. Bobroknya sistem kapitalisme membuat para guru di suguhkan dua pilihan yang tidak mengenakan bagaikan buah simalakama, bila siswa nakal diberikan sanksi oleh guru dikatakan penganiayaan peserta didik. Kemudian apabila guru tidak memberikan sanksi perilaku siswa akan semakin menjadi.

Berbeda dengan islam. Islam memiliki sistem kehidupan sempurna yang akan melahirkan generasi yang beriman dan bertakwa serta menjadikan poros kehidupan mereka untuk meraih kemuliaan hidup baik di dunia maupun di akhirat. Kalau kita menelisik bagaimana sitem islam mampu melahirkan generasi terbaik seperti Muhammad Al-Fatih, diusianya yang masih 21 tahun beliau dipercaya menjadi gubernur ibukota. Bahkan saat usianya 23 tahun ia mampu mengukir prestasi yang luar biasa yaitu menaklukan konstantinopel.Inilah salah satu produk pemuda yang dihasilkan dari sistem islam. Bukan hanya Muhammad Al-Fatih saja, seperti Amr Bin Ash, Thariq Bin Ziyad dan masih banyak lagi.

Itu karena masyarakatnya hidup berdampingan dengan adanya kontrol(amar ma'ruf) di tengah kehidupan mereka dan tentu nya negara sebagai pelaksana system pengaturan pergaulan, dan memberikan pemahaman yang komprehensif tentang pergaulan serta sanksi sesuai islam bagi rakyatnya jika telah melanggar.




Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.

Posting Komentar

0 Komentar