KHUTBAH JUM'AT : MENELADANI KEPEMIMPINAN RASULULLAH shallallahu ‘alaihi wa sallam


KHUTBAH PERTAMA

إنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ, نَحْمَدُهُ, وَنَسْتَعِينُهُ, وَنَسْتَغْفِرُهُ, وَنَعُوذُ بِاللَّهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا, وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَامَنْ يَهْدِهِ اللَّهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ, وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ,أَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لَاشَرِيْكَ لَهُ، شَهَادَةَ مَنْ هُوَ خَيْرٌ مَّقَامًا وَأَحْسَنُ نَدِيًّا.
 وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا محَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الْمُتَّصِفُ بِالْمَكَارِمِ كِبَارًا وَصَبِيًّا.
 اَللَّهُمَّ فَصَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَانَ صَادِقَ الْوَعْدِ وَكَانَ رَسُوْلاً نَبِيًّا، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ الَّذِيْنَ يُحْسِنُوْنَ إِسْلاَمَهُمْ وَلَمْ يَفْعَلُوْا شَيْئًا فَرِيًّا، أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ رَحِمَكُمُ اللهُ، اُوْصِيْنِيْ نَفْسِيْ وَإِيَّاكُمْ بِتَقْوَى اللهِ، فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ.
قَالَ اللهُ تَعَالَى 
قُلْ اِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّوْنَ اللّٰهَ فَاتَّبِعُوْنِيْ يُحْبِبْكُمُ اللّٰهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ ۗ وَاللّٰهُ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ
(QS ali Imran [3]: 31)


Alhamdulillah, bersyukur kepada Allah atas nikmat dan karunia-Nya, terutama nikmat iman dan Islam serta diutusnya Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam kepada kita. Shalawat dan salam semoga Allah curahkan kepada beliau shallallahu alaihi wa sallam, keluarganya, sahabatnya, dan umatnya hingga akhir zaman.

Marilah kita terus meningkatkan takwa kita kepada Allah dengan ketakwaan yang hakiki. Melaksanakan perintah dan meninggalkan larangan Allah, dalam seluruh aspek kehidupan. Semoga Allah menjadikan kita semua hamba-Nya yang muttaqin.

Hadirin jamaah jumah rahimakumullah,
Tanpa terasa kita sudah berada di bulan Rabiul Awwal. Inilah bulan kelahiran orang paling mulia di dunia, Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam. 

Menurut Al-Allamah Sayyid Muhammad bin Alawi al-Maliki al-Hasani rahimahulLaah, Maulid Nabi shallallahu alaihi wa sallam  bukanlah hari raya. Maulid Nabi shallallahu alaihi wa sallam sesungguhnya jauh lebih agung dan lebih mulia daripada dua hari raya umat Islam, yakni Idul Fitri dan Idul Adha. 

Pasalnya, kata beliau, Andai tak ada kelahiran Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam, tentu tidak akan pernah ada bitsah atau pengutusan Muhammad shallallahu alaihi wa sallam sebagai rasul kepada manusia; tidak akan turun Al-Quran; tidak akan ada Peristiwa Isra Mikraj; tidak akan ada Hijrah:  tidak akan ada kemenangan dalam Perang Badar; juga tak akan ada Penaklukan Kota Makkah. Sebabnya, semua itu berkaitan dengan kelahiran (maulid) Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam. Artinya, Maulid Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam adalah sumber segala kebaikan yang sangat besar.

Hadirin jamaah jumah rahimakumullah,
Maka sepantasnya pada bulan Rabiul Awwal ini kita lebih banyak lagi bershalawat, sebagai wujud rasa cinta kepada beliau. Apalagi bershalawat kepada beliau diperintahkan oleh Allah subhanahu wa taala, sebagaimana firman-Nya:
اِنَّ اللّٰهَ وَمَلٰۤىِٕكَتَهٗ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّۗ يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا
Sungguh Allah dan para malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kalian untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepada dia (TQS al-Ahzab [33]: 56).

Tentu cinta tak cukup hanya diucapkan. Mari kita perhatikan pesan Imam Ibnu Rajab rahimahulLaah berkata:
‏مِنْ عَلاَمَاتِ حُبِّ اللهِ حُبُّ الْقُرْآنِ، وَمِنْ عَلاَمَةِ حُبِّ الْقُرْآنِ حُبُّ مَنْ أُنْزِلَ عَلَيْهِ الْقُرْآنُ: النَّبِيُّ ﷺ
Di antara tanda cinta kepada Allah subhanahu wa ta’ala adalah mencintai Al-Qur’an. Di antara tanda cinta pada Al-Qur’an adalah mencintai manusia yang kepada beliau Al-Qur’an diturunkan, yakni Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam. 

Jadi, cinta itu harus dibuktikan. Dengan apa? Ketakwaan. Menjalankan semua perintah Allah subhanahu wa taala, menjauhi semua larangan-Nya, mengamalkan semua isi Kitab-Nya (Al-Quran) dan senantiasa meneladani Nabi shallallahu alaihi wa sallam dalam seluruh aspek kehidupannya.
 
Hadirin jamaah jumah rahimakumullah,
Mari kita lihat bagaimana Nabi shallallahu alaihi wa sallam berjuang membawa dan menegakkan Islam ini. Secara garis besar ada dua periode. Pertama, Periode Makkah; Kedua, Periode Madinah.
 
Selama 13 tahun dakwah di Makkah, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam murni hanya berperan sebagai pengemban dakwah. Namun berikutnya, pasca hijrah ke Madinah, dan mendirikan Negara Islam untuk pertama kalinya, beliau sekaligus menjadi penguasa (kepala negara) yang memerankan seluruh fungsi kekuasaan untuk melaksanakan dan menerapkan syariah Islam, bahkan mengemban risalah Islam ke luar negeri dengan dakwah dan jihad. Hal ini berlangsung sekitar 10 tahun hingga beliau wafat. 

Karena itu di antara hal penting dari Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam yang wajib dan layak dicontoh adalah teladan kepemimpinan beliau sebagai penguasa, yakni sebagai kepala negara. Beliau mengurus dan melayani dengan baik berbagai keperluan rakyat, baik Muslim maupun non-Muslim. Beliau memimpin rakyat dengan adil dan penuh kasih-sayang. Ini karena hakikat kepemimpinankhususnya dalam konteks pemimpin negaraditegaskan oleh sabda beliau sendiri:
سَيِّدُ الْقَوْمِ خَادِمُهُمْ
Pemimpin suatu kaum hakikatnya adalah pelayan mereka (HR Abu Nu‘aim).

Sebagai kepala negara, yakni Negara Islam, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengadili banyak perkara di masyarakat hanya dengan syariah Islam. Bukan dengan hukum-hukum yang lain. Syariah Islam pasti adil karena bersumber dari Allah Yang Mahaadil. 

Beliau mengangkat para wali (gubernur) sekaligus para qaadhi (hakim), juga para aamil. Beliau juga mengutus para utusan (duta) untuk mengajak para pemimpin di seluruh Jazirah Arab saat itu untuk masuk Islam. Beliau pun mengangkat para panglima perang. Bahkan beliau sendiri sering secara langsung memimpin sejumlah perang (jihad). 

Jelas, kepemimpinan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam selaku kepala negara ini layak dan wajib diteladani. Inilah pula yang dicontoh dan diteladani dengan sangat baik oleh para khalifah setelah beliau, yakni Khulafaur Rasyidin. 

Karena itu kaum Muslim generasi berikutnya sampai hari ini layak dan wajib meneladani kepemimpinan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam dan Khulafaur Rasyidin ini. Apalagi Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam telah bersabda:
فَعَلَيْكُمْ بِسُنَّتِي وَ سُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الرَاشِدِيْنَ الْمَهْدِيِّيْنَ، عَضُّوْا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِدِ
Kalian wajib berpegang teguh dengan Sunnahku dan Sunnah Khulafaur Rasyidin yang mendapatkan petunjuk. Gigitlah ia dengan gigi geraham (HR Ibnu Majah dan at-Tirmidzi).

Hadirin jamaah jumah rahimakumullah,
Kepemimpinan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam itu kemudian dilanjutkan oleh Khulafaur Rasyidin. Mereka menerapkan dan menegakkan syariah Islam dalam seluruh aspek kehidupan. Inilah yang layak dan wajib dicontoh oleh para pemimpin Muslim saat ini.

Apalagi penerapan dan penegakan syariah Islam ini akan menjadi kunci mendapatkan penjagaan dari Allah subhanahu wa taala. Rasul shallallahu alaihi wa sallam berpesan:
احْفَظِ اللَّهَ يَحْفَظْكَ احْفَظِ اللَّهَ تَجِدْهُ تُجَاهَكَ
Jagalah Allah niscaya Allah menjagamu. Jagalah Allah niscaya engkau mendapati Allah di hadapanmu... (HR at-Tirmidzi dan Ahmad).

Al-Hafizh Ibnu Rajab di dalam Jâmi’ al-‘Ulûm wa al-Hikam menjelaskan: IhfazhilLâh (Jagalah Allah) maksudnya adalah menjaga hudûd, hak-hak, perintah-perintah dan larangan-larangan-Nya. Menjaga semua itu adalah dengan menaati perintah-perintah Allah, menjauhi larangan-larangan-Nya dan tidak melanggar hudûd (batasan-batasan)-Nya. 

Alhasil, agar mendapat penjagaan Allah subhanahu wa taala secara sempurna, umat Islam harus berjuang untuk mewujudkan penerapan syariah secara kâffah dalam seluruh aspek kehidupan. Penerapan syariah secara kâffah ini hanya mungkin terwujud dalam institusi Khilafah ‘ala minhâj an-nubuwwah. []

بَارَكَ الله لِي وَلَكُمْ فِى اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَافِيْهِ مِنَ الْآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيمِ وَتَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ وَإِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ العَلِيْمُ، وَأَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا فَأسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْم






KHUTBAH KEDUA

اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا
أَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ الْمُسَبِّحَةِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِى بَكْرٍ وَعُمَر وَعُثْمَان وَعَلي وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ

اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآء مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيْنَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَاإنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ.

عِبَادَاللهِ ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُبِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ




Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.

Posting Komentar

0 Komentar