Oleh : Ummu Zalfa
Makna Cita-cita dan Cinta yang Hakiki
Sebelum membahas cita-cita dan cinta yang hakiki, maka harus dipahami dahulu siapa kita. Mengapa harus kita? Karena yang memiliki cita-cita dan cinta adalah kita yapss kita sebagai manusia. Manusia adalah makhluk sempurna yang diciptakan oleh Allah SWT dari sekian banyak makhluk ciptaan-Nya.
Inilah kelebihan manusia dibandingkan dengan makhluk yang lain, yaitu memiliki akal. Dengan adanya akal, manusia dapat berfikir, sehingga tidak sembarang dalam menjalani hidup ini, tidak sembarangan dalam melakukan sesuatu.
Setiap manusia baik dari zaman nabi adam hingga sekarang, pasti memiliki kebutuhan jasmani (hajat al-'udhawiyah) misalkan:
· Makan
· Minum
· Tidur
· Buang air besar/kecil
· Menghirup oksigen
dan lainnya. Kebutuhan yang satu ini adalah kebutuhan yang tidak bisa diwakilkan, dan harus segera dipenuhi. Apabila tidak dipenuhi, makan akan berdampak pada kesehatan ataupun jiwa bahkan mati.
Selanjutnya adalah potensi hidup kebutuhan naluri atau disebut dengan gharaiz. Kebutuhan yang satu ini juga adalah fitrah setiap manusia, yang memang ada sejak lahir. Misalkan adalah:
· Suka dengan lawan jenis
· Kagum terhadap sesuatu
· Marah kalau dilecehkan
· Ingin punya rumah, mobil, barang-barang mewah, dan lain sebagainnya
Kebutuhan Naluri dalam dibagi menjadi 3 yaitu:
1. Naluri mempertahankan diri ( Gharizah baqa)
Setiap manusia pasti memiliki naluri dalam mempertahankan diri atau disebut dengan egoisme atau ekstensi diri. Misalkan:
· Marah jika diejek, dibuka aib
· Senang jika dipuji
· Ingin balas dendam
· Mengejar cita-cita
· dan lainnya
2. Naluri melestarikan keturunan (Gharizah Nau')
Manusia juga memiliki naluri untuk melestarikan keturunan atau disebut dengan gharizah nau'. Misalkan:
· Melestarikan keturunan dengan menikah (cinta)
· Menghormati orang lebih tua
· dan lainnya
3. Naluri mengagungkan (Gharizah Tadayyun)
Manusia juga memiliki naluri mengagungkan atau disebut dengan gharizah tadayyun. Contohnya adalah:
· Menuhankan sang pencipta
· Memuja patung
· Mendengarkan musik
· Berdoa
· Bersumpah atas sesuatu
Wahh ternyata rasa mengejar cita-cita dan cinta adalah rasa naluria yang Allah berikan kepada kita. Maka cita-cita dan cinta yang hakiki dan tertinggi adalah menghamba pada sang pencipta yaitu kepada Allah SWT.
Bagaimana Cara Menggapai Cita-cita dan Cinta yang Hakiki
Semua perbuatan termasuk mengejar cita-cita dan cinta harus berdasarkan hukum syara agar perbuatannya menjadi perbuatan yang terbaik (ihsanul amal). Amalan terbaik itu sendiri tentunya ada beberapa syarat agar diterima di sisi Allah SWT. Lalu, apa sajakah syarat itu?
1. Niat karena Allah (ikhlas).
Agar amalan seorang muslim tidak sia-sia tentu saja diniatkan hanya karena Allah semata. Niat karena Allah bisa diartikan dengan ikhlas. Ikhlas itu sendiri memurnikan kemungkinan-kemungkinan mengharapkan dari selain Allah SWT. Ikhlas merupakan syarat diterimanya amal yang dilakukan hanya untuk Allah semata. Dari imam Al-Hafizh Abu Zakaria An Nawawi berkata: "Ikhlas itu membersihkan akal (dan jiwa) dari perhatian manusia."
Dalam hadist yang diriwayatkan Imam Bukhori dan Muslim, Rasulullah SAW bersabda: "Dari Umar Radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah Shalallalu ‘alaihi wasallah bersabda: 'Amal itu tergantung niatnya, dan seseorang hanya mendapatkan sesuai niatnya. Barang siapa yang hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, dan barang siapa yang hijrahnya karena dunia atau karena wanita yang hendak dinikahinya, maka hijrahnya itu sesuai ke mana ia hijrah'." (HR. Bukhari dan Muslim dan empat imam Ahli Hadits).
Sungguh, perkara niat ini bukan perkara yang bisa diremehkan. Niat merupakan perkara yang mendasar karena niat bisa menyebabkan suatu perbuatan yang besar menjadi kecil atau sebaliknya, perbuatan kecil yang menjadi besar karenanya. Dikisahkan juga seperti para syuhada, penghafal Alquran yang dilemparkan ke neraka akibat salah niat, seperti ingin dikatakan pemberani di hadapan manusia atau ingin diberi gelar qari dan lain sebagainya.
2. Sesuai dengan syariat Allah.
Syariat atau aturan bisa kita sebut dengan hukum ‘syara, yaitu seruan dari sang pembuat hukum, yakni Allah SWT yang berkaitan dengan amal perbuatan manusia, baik berupa ketetapan yang sudah pasti bersumber dari Alquran dan As-Sunnah (Hadits) maupun dari sumber yang dugaannya kuat atau zhanni tsubut (hadits yang bukan mutawattir).
a. Jika tidak ikhlas dan tidak sesuai dengan syariat atau contoh Rasulullah SAW maka akan tertolak.
b. Jika tidak ikhlas tapi sesuai dengan syariat atau contoh Rasulullah SAW maka akan tertolak.
c. Jika ikhlas tapi tidak sesuai dengan syariat atau contoh Rasulullah SAW maka akan tertolak.
d. Jika ikhlas dan sesuai dengan syariat atau contoh Rasulullah SAW maka akan diterima sebagai ahsanul amal.
Sebagai seorang muslim sudah seharusnya perilaku dan pemikirannya bersandar kepada Islam. Setiap perbuatan yang kita kerjakan akan dihitung dan kelak akan dimintai pertanggungjawabannya. Maka kita harus memperhatikan apa-apa yang kita kerjakan. Amalan-amalan yang kita kerjakan hendaknya harus karena Allah semata dan sesuai dengan syariatnya.
Bagaimana Jika Cita-cita dan Cinta Tidak Sesuai dengan Harapan
Memang saat harapan kita tak berjalan sesuai dengan kenyataan, pastinya kita akan bersedih. Sebab usaha yang sudah kita lakukan tak membuahkan hasil yang baik, tetapi kita tidak boleh sedih hingga berlarut-larut yang justru malah semakin membuat kita rugi sendiri. Lebih baik kita bangkit tumbuhkan semangat baru untuk berjuang lebih kuat dan tetap optimis.
Cara-cara menyikapi kenyataan apabila tidak sesuai harapan
1. Syukuri atas apa yang sudah kamu terima sekarang. Hasil yang tidak sesuai dengan rancangan dan harapan pasti mengajarkan hal baru dan pengalaman baru, seperti mengajarkan kita untuk lebih banyak bersabar jadi syukuri saja apa yang menjadi takdir walaupun tidak sesuai dengan harapanmu.
2. Cobalah untuk menghadapi kenyataan yang jauh dsri bayangan. Meskipun berat tetap jalani dan hadapi saja apa yang ada di depanmu karena hal tersebut akan membuat dirimu menjadi lebih tangguh, yakin, dan berani.
3. Bangkit dengan semangat baru. Jangan karena harapan kita tak sesuai dengan kenyataan malah membuat kita menjadi putus asa. Justru ketika harapan tak sesuai dengan kenyataan memberikan kesempatan untuk terus berkembang dan memperbaiki diri. Jadi lebih baik bangkit dan tumbuhkan semangat baru agar bisa berjuang lebih kuat lagi dari sebelumnya.
4. Buatlah plan B atau jalani plan B sesuai dengan rencana yang sudah disusun. Dalam membuat rencana tentu kita harus membuat plan B sebagai cadangan agar ketika rencana awal yang dibuat tidak berjalan dengan baik maka segera tinggalkan dan segera lakukan rencana yang kedua.
5. Jangan lupa untuk melibatkan Allah dalam perjuanganmu. Mungkin perjuanganmu sebelumnya kamu hanya berjuang sendiri, tetapi perjuanganmu selanjutnya selalu libatkanlah Tuhan dalam segala tujuanmu. Karena semua cita-citamu ada dalam genggaman-Nya.
Ingat hidup tak selalu sesuai dengan impian, maka sabar dan terus berikhtiarlah kuncinya. Tetap bersyukur apapun yang sedang kamu jalani dan terus berdoalah. Karena Allah selalu memberi yang terbaik untuk Umat-Nya.
Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.
0 Komentar