Menyoal Darurat Kenakalan Remaja, Butuh Solusi Tuntas?


Oleh: Yayat Rohayati

Di masyarakat, makna kenakalan masih disandingkan dengan kecerdasan. Mereka beranggapan dibalik kenakalan tersimpan kecerdasan.

Namun, menurut psikologi ada batasan antara keduanya. Dimana terdapat persamaan dan perbedaan.

Sebagai contoh, anak nakal dan cerdas sama-sama memiliki kreativitas dan terkadang keras kepala. Perbedaannya, anak cerdas keras kepala tapi memiliki dasar yang jelas. Sedangkan anak nakal kerap membangkang tanpa alasan yang jelas.

Usia anak yang melakukan kenakalan pun beragam, mulai dari anak di bawah 10 tahun maupun yang menginjak remaja.

Untuk kenakalan anak di bawah 10 tahun, mungkin bisa diatasi dengan pendekatan dan memberikan pemahaman kepada anak. 

Adapun kenakalan remaja sampai hari ini menjadi PR besar bagi kita. 

Tak sedikit dari kenakalan remaja yang menyisakan duka bagi keluarganya. 

Seperti dikutip dari laman detikjabar.com, 12 Agustus 2023, dikabarkan seorang pelajar SMP di Karawang berinisial KS (14) meninggal terkena bacokan usai tawuran di jalan raya Kutagandok, kecamatan Kutawaluya, kabupaten Karawang pada Jum'at (11/8/2023).

Di Purwakarta, seorang pemuda berinisial DR (24) ditangkap polisi setelah kedapatan membeli ganja lewat Instagram (JabarNews.com, 8 Agustus 2023).

Melihat paradigma kenakalan remaja yang kian meningkat, pihak Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) kabupaten Purwakarta melakukan langkah meminimalisir kenakalan remaja.

Salah satunya dengan mengadakan sosialisasi Peraturan Daerah (Perda) kabupaten Purwakarta,  mengenai Penyelenggaraan Ketenteraman, Ketertiban Umum dan Pelindungan Masyarakat khususnya yang berkaitan dengan Tertib Peserta Didik. 

Kegiatan sosialisasi tersebut dikemas dalam Satpol PP Goes To Schools . 

Tak ada yang salah dengan sosialisasi atau penyuluhan untuk membudayakan ketertiban sebagai kebutuhan. 

Namun, apakah langkah tersebut mampu meminimalisir atau menghilangkan kasus kenakalan remaja? 

Sejatinya kenakalan remaja akhir-akhir ini,  merupakan buah dari landasan kehidupan yang masih berpegang pada aturan buatan manusia.

Dimana semuanya lebih berorientasi pada materi (kapitalisme) dan memisahkan antara agama dan kehidupan (sekularisme).

Sistem pendidikan dalam sistem ini hanya fokus pada pencapaian nilai akademik. Sehingga peserta didik fokus pada bagaimana mendapatkan nilai tinggi. Tanpa peduli cara yang dilakukan dibolehkan atau dilarang oleh agama. Karena sekularisme melarang agama dibawa ke dalam ranah kehidupan.

Hal ini bisa dilihat dari pelajaran agama yang diberikan di sekolah-sekolah negeri, hanya dua jam dalam sepekan.

Minimnya pendidikan agama melahirkan generasi emosional. Sehingga mudah sekali terpengaruh oleh hal-hal buruk, seperti tawuran, bullying dan aksi-aksi kriminal.

Kenakalan remaja lainnya lahir dari anak-anak yang dipaksa bodoh. Mereka tidak mengenyam bangku pendidikan dikarenakan tingginya biaya pendidikan.

Akibat mahalnya biaya pendidikan dan biaya hidup,  para orangtua lebih memilih melibatkan anak untuk mencari nafkah. 

Alhasil, lahirlah generasi-generasi nir ilmu dan akhlak.

Dalam Islam, generasi merupakan aset terpenting sebuah negara.

Ketika kondisi generasi rusak, maka rusak pula peradaban yang dihasilkannya.

Oleh karena itu, guna membentuk peradaban yang cemerlang dibutuhkan generasi-generasi Khoirul ummah yang dididik dengan sistem yang berasal dari Allah SWT, yakni sistem Islam.

Dalam sistem Islam negara akan memberikan pendidikan yang bertujuan, diantaranya:

1. Membentuk peserta didik memiliki kepribadian Islam (syaksiyah Islam)
2. Membekali peserta didik dengan ilmu-ilmu keislaman (tsaqofah Islam)
3. Membekali peserta didik dengan ilmu-ilmu yang dibutuhkan dalam kehidupan seperti sains dan teknologi

Selain itu negara akan menjaga dan mengawasi media dari konten-konten yang bertentangan dengan Islam. 

Sehingga dengan edukasi dan penjagaan negara seperti ini, problem kenakalan remaja akan teratasi dengan tuntas. Serta akan melahirkan generasi Sholih Sholihah penerus peradaban.

Wallahu'alam.




Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.

Posting Komentar

0 Komentar