Remaja Red Flag, Apa Sebab?


Oleh: Alin Arrifinnisa

Apa yang terpikir jika mendengar kata 'remaja'? Tentunya tubuh yang masih kuat dan gagah penuh semangat. Idenya cemerlang, geraknya lincah, enak dipandang, dan menjadi tumpuan. Tapi ternyata itu hanya khayalan atau bahkan sekedar mimpi di siang bolong yang sulit untuk jadi kenyataan melihat kondisi remaja hari ini yang berkebalikan dari harapan.

Hari demi hari kenakalan para remaja semakin sering terjadi. Pada hari Senin 14 Agustus 2023 media kembali merilis berita tentang remaja. Dikutif dari online Kompas, Dua kelompok pelajar terlibat tawuran di depan Hotel Kencana Jaya, Jalan Raya Pangeran Kornel, Kelurahan Regol Wetan, Kecamatan Sumedang Selatan, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, Senin (14/8/2023).

Para remaja seringkali salah arti dalam memaknai proses pencarian jati diri, mereka melakukan berbagai kegiatan, dan mencoba berbagai pengalaman tanpa mempedulikan Syari'at Islam. Tawuran pun seringkali dijadikan sebagai kegiatan untuk memenuhi naluri eksistensi yang ada pada diri mereka.

Akhirnya dengan emosi yang labil, para remaja lebih memilih kekerasan dalam menyelesaikan suatu permasalahan, mereka tak peduli jika pilihan itu tak menjadi solusi dan masalah yang ada malah kian bertambah. 

Berawal dari masalah di antara dua orang remaja dari 2 kelompok yang berbeda, berlanjut menjadi tawuran yang diikuti oleh seluruh anggota, dengan alasan kebersamaan yang mereka salah artikan. Dengan tawuran seringkali terdapat korban-korban yang berjatuhan, bisa sekedar luka-luka atau bahkan hingga meninggal dunia, apalagi jika tawuran itu ditemukan oleh polisi, sebagian dari mereka pun bisa berakhir mendekam di jeruji. Nauzubillah...

Inilah sekian dari potret remaja masa kini, masa-masa yang seharusnya dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya, malah berakhir sia-sia dengan alasan menikmati masa muda, masa 'Golden Age' yang dimiliki para remaja, nyatanya tidak akan menjadi 'Masa Keemasan' yang sesungguhnya tanpa bimbingan dan tuntunan yang diajarkan oleh Islam.

Terlepas dari semua faktor internal yang berpengaruh atas kualitas dan kuantitas para pemuda yang paham serta mengamalkan agama Islam. Para remaja pun sangat membutuhkan bimbingan untuk mendapatkan hasil dari pencarian jati diri yang mereka inginkan. Tanpa kontribusi dari para orang tua, masyarakat, dan juga penguasa, mustahil akan didapatkan kehidupan para remaja muslim yang sesungguhnya.

Kebutuhan tersebut sangat mustahil dapat terpenuhi dalam realitas sistem saat ini dimana masyarakat terjangkiti penyakit individualis. Asal yang melakukan dan korban kekerasan bukan anak atau keluarga, sudahlah gak usah memikirkan orang lain, urus saja diri & keluarga sendiri. Hilang sudah amar ma'ruf nahi munkar di antara sesama. Ditambah keadaan ekonomi yang tidak baik-baik saja, menambah kerepotan masyarakat jika harus mengurus anak/remaja orang.

Negara? Apa yang bisa diharapkan? Negara sedang susah dililit hutang. Pendidikan bagi remaja saja diserahkan kepada swasta saking tak ada waktu untuk mengurusi sendiri. Mengurusi aparat negara yang nakal melakukan KKN saja gak bisa, apalagi kekerasan. Yang ada anak emasnya sudah divonis hukum mati saja jadi seumur hidup. Itu yang jelas-jelas melakukan banyak kekerasan, apalagi ini yang melakukannya remaja, paling cukup dengan pemakluman namanya juga remaja lagi masa-masanya. Entah kalau tak ada niat karena hanya akan menambah beban negara. Nasib jadi remaja di sistem ini.

Berbeda dengan sistem Islam dimana negara berperan sebagai pengurus dan pelindung semua rakyatnya. Negara dalam sistem Islam akan mengkondisikan agar suasana penuh dengan keimanan sehingga seluruh rakyat berlomba-lomba dalam kebaikan termasuk beramar ma'ruf nahi munkar. Remaja pun tidak akan menyia-nyiakan waktu karena faham betul bahwa setiap waktu yang diberikan oleh Allah SWT. harus dipertanggungjawabkan. Sungguh kita semua rindu sistem Islam diterapkan, karena hanya dengannya semua masalah akan terselesaikan hingga ke akar.

Wallahu'alam bishshawab.




Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.

Posting Komentar

0 Komentar