Dua Negara, Bukan Solusi Masalah Palestina


Oleh : Siami Rohmah (Pegiat Literasi)

Kembali, Palestina, bumi Syam yang diberkahi bergolak. Tepatnya pada 7 Oktober Hamas melancarkan Operasi Badai yang  memporak-porandakan pertahanan Israel. Kemudian Israel memberikan serangan balasan ke Gaza. Setidaknya 532 korban meninggal pada jangka dua hari serangan. Bumi para nabi ini kembali membara. Mereka memberikan serangan tanpa pandang bulu, fasilitas-fasilitas publik juga menjadi sasaran. Sekolah, masjid, bahkan rumah sakit. Dan yang terbaru mereka juga menghentikan aliran listrik serta air. (VOA Indonesia). 

Petaka yang menimpa Palestina dimulai ketika Perang Dunia I. Di mana digagas ide Tanah yang Dijanjikan Tuhan untuk Yahudi  di Palestina. Melalui Deklarasi Balfour dan gerilya kaum Freemason dan juga gerakan besar Zionisme yang meruntuhkan Khilafah Islam Utsmani di Turki, Yahudi akhirnya berhasil mencaplok dan menduduki wilayah Palestina. Lord Balfour, yang kala itu adalah Menteri Luar Negeri Inggris, pada 12 November 1917 mengumumkan Inggris Raya akan mewujudkan Rumah Nasional untuk bangsa Yahudi di Palestina. Dan ketika penjajahan Inggris atas Palestina pada 1 Oktober 1917 dibuatlah Perjanjian Balfour, yang saat itu tak kurang 56.000 warga Yahudi menetap di Palestina, dengan menguasai 2% tanah. Kemudian pada 15 Mei 1948 warga imigran Yahudi dengan paksa mendeklarasikan negara Israel, saat itu tanah yang mereka rampas mencapai 11%. Peristiwa perampasan terus terjadi sampai pada Perjanjian Oslo, September 1993, wilayah Palestina tinggal 1,5 % saja. 


Israel Penguasanya

Dengan ketidakadilan yang terus dialami rakyat Palestina, adalah sebuah keharusan ketika rakyat melakukan perlawanan, tetapi dengan kekuatan yang tidak sebanding, maka tak bisa ditolak wilayah Palestina semakin habis dirampas oleh Israel. Lembaga-lembaga dunia juga hanya seperti sapi ompong ketika berbicara penyelesaian masalah Palestina. 

Negeri-negeri kaum muslimin juga seolah tertidur melihat saudara mereka harus berjuang menghadapi serangan Israel. Di tengah berlarutnya penjajahan di Palestina, ada berbagai opini solusi muncul, seperti  solusi dua negara. Salah satu negara yang memberi opini ini adalah China, melalui Jubir Kementerian Luar Negeri Mao Ning. (Republika)

Setiap orang boleh tinggal di setiap wilayah muka bumi ini, tetapi bukan untuk merampas dari pemiliknya. Palestina adalah tanah kaum muslimin yang diserahkan oleh penduduk Yerusalem melalui pendeta Sophronius kepada Khalifah Umar bin Khattab. Di mana saat itu pasukan kaum muslimin di bawah pimpinan Abu 'Ubaidah bin Jarrah hendak membebaskan Yerusalem. Pendeta Sophronius mengatakan, "Dinyatakan dalam kitab kami bahwa orang yang akan menaklukkan kota Yerusalem ini adalah seorang sahabat Muhammad yang bernama 'Umar, atau dikenal dengan sebutan Al- Faruq, yaitu orang yang mampu membedakan yang hak dan yang batil. Dia dikenal sebagai orang yang tegas, yang tidak pernah takut menyalahkan orang lain dalam perkara-perkara yang berkaitan dengan Allah. Namun kami tidak melihat orang dengan sifat-sifat seperti itu diantara kalian." Maka Abu 'Ubaidah menyampaikan hal itu kepada Khalifah Umar, kemudian Khalifah menemui pendeta Sophronius, dan masyaAllah, dia mengenali Umar. Kemudian dengan sukarela membuka gerbang benteng Yerusalem, dan mengajak Khalifah 'Umar membuat perjanjian damai. Yerusalem menjadi bagian dari negara Khilafah.

Ketika  solusi dua negara diambil, berarti mengakui keberadaan Israel, padahal dunia juga melihat bagaimana liciknya mereka merampas dan menguasai tanah Palestina, kemudian dengan sombongnya mereka membuat rakyat Palestina terusir dari Palestina. Dan tidak ada jaminan bahwa Israel akan berhenti menyerang Palestina. Sejarah sudah membuktikan hal itu. 

Jadi dua negara bukanlah solusi. Solusinya, dicari dari akar masalahnya. Akar masalah dari konflik di Palestina adalah perampasan tanah mereka setelah Khilafah Islam runtuh. Di mana Khilafah adalah perisai bagi rakyat, yang akan melindungi mereka dari serangan musuh-musuhnya. Ketika perisai ini hilang maka dengan mudah serangan itu datang menghantam.

Maka, untuk membela Palestina, tak lain adalah kembalikan Khilafah Islam, yang akan memobilisasi kaum muslimin untuk membela Palestina dan mengusir Israel dari bumi para Nabi. Sehingga bumi Mi'raj itu akan kembali mulia, insyaAllah.

"Wahai kaumku, masuklah ke tanah suci (Palestina) yang telah ditentukan oleh Allah bagimu, dan janganlah kamu lari ke belakang (karena takut kepada musuh), maka kamu menjadi orang yang merugi." (TQS. Al-Maidah: 21)

Wallahualam bissawab. []



Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.

Posting Komentar

0 Komentar