Meneladani Kepemimpinan Rasulullah


Oleh: Sanijah (Jembrana)

Bulan maulid datang setiap tahun. Perayaan hari lahirnya Rasulullah dirasakan di seluruh penjuru negeri. Tema-tema kajian semuanya berkaitan dengan pribadi Rasulullah. Namun, aspek kepemimpinan Rasulullah dalam bernegara nyaris tak terdengar, hingga masyarakat pun awam dengan hal itu. Aneh jika ada yang membahas politik, bernegara, kepemimpinan umat di dalam suatu kajian di masjid.

Padahal, kepemimpinan Rasulullah harusnya menjadi pembahasan di tengah-tengah umat, sebab saat ini kepemimpinan penguasa sangat jauh berbeda dengan Rasulullah. Umat harus sadar bahwa kepemimpinan saat ini sangat zalim dan enggan kembali pada hukum Allah.

Kepemimpinan penguasa yang zalim akan membuat masyarakat sarat dengan kezaliman dan kejahatan pula. Keamanan dan rasa nyaman dalam bermasyarakat pun hilang. Semestinya negeri-negeri muslim segera bersatu untuk menerapkan hukum Islam untuk mengatur kehidupan ini dan menuntaskan segala problematika yang terjadi.

Hukum Islam mampu membuat keberkahan datang kembali ke muka bumi ketika memang diamalkan sesuai ketentuan syariat. Hanya saja, meneladani sikap Rasulullah dalam mengamalkan syariat di dalam kehidupan hanyalah sebatas angan. Karena yang diambil hanyalah yang bersifat individual saja, bukan skala kepemimpinan secara totalitas.

Alhasil, kezaliman yang terjadi semakin merajalela karena pemimpin negeri sudah mensuasanakan untuk berbuat zalim, fasik, bahkan enggan untuk menerapkan aturan Islam secara totalitas. Padahal, Negara bertanggung jawab penuh atas hal itu. Negara bukan hanya sebagai sosok pemegang kekuasaan tanpa ada edukasi, apalagi hanya menamakan diri sebagai Negara tanpa tahu tugas dan fungsi sesungguhnya dari sebuah Negara.

Hanya Negara yang berlandaskan Islam yang mampu menerapkan semua aturan Allah, karena rasa tanggung jawab dan takut di hadapan Allah. Maka sudah seharusnya kepemimpinan Rasulullah dalam bernegara perlu diteladani dan dilanjutkan oleh kaum muslimin. Dengan begitu, keberkahan dari langit dan bumi akan diturunkan sesuai dengan janji Allah.




Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.

Posting Komentar

0 Komentar