Oleh : Kiki Fatmala (Aktivis Muslimah, Alumni Mahasiswa UINSU)
Habis manis sepah dibuang, pepatah yang mengingatkan akan janji janji manis calon walikota Medan beberapa waktu lalu, apabila ingin Medan bebas banjir maka pilih Bobby-Aulia. Kalimat yang seakan akan membuat warga Kota Medan terhipnotis janji-janji manis Wali Kota pada saat kampanye. Namun apa daya beberapa tahun telah dilewati namun permasalahan banjir di Kota Medan belum tertuntaskan sama sekali. Kota Medan yang merupakan kota Metropolitan hampir tenggelam diterjang permasalahan banjir yang tak kunjung usai.
Banjir yang terjadi di kota Medan mengakibatkan terganggunya aktivitas warga setempat, salah satunya ialah banyak terjadinya kemacetan dan kendaraan yang mogok, aktivitas belajar mengajar yang terkendala, kesulitan air bersih dan masalah kesehatan, hingga berpengaruh terhadap aktivitas ekonomi masyarakat. Banjir yang terjadi secara berkala sangat rentan mencemari air bersih sehingga membuat ketersediaannya menipis dan tak jarang pula kita harus membayar lebih untuk mendapatkannya.
Begitu pula akan terjadi pencemaran air yang berdampak terhadap masalah kesehatan dan air yang kotor menyebabkan penyakit rentan mewabah. Terlebih pada anak-anak dan orang lanjut usia. Contoh penyakit akibat air kotor adalah muntaber, demam berdarah, malaria, dan lain sebagainya. Dampak banjir juga merambah ke bidang ekonomi. Pasalnya, banjir bisa menyebabkan kerusakan rumah dan barang-barang di dalamnya, serta aktivitas warga yang terhambat dalam mencari penghasilan.
Menyoroti hal ini, masalah banjir yang terjadi kita pahami sebagai akibat dari faktor cuaca, seperti adanya fenomena La Nina, peningkatan suhu permukaan laut, perubahan pola angin, dan lain-lain sering disebut-sebut sebagai penyebab utama banjir. Masalahnya, bencana banjir ini bukan perkara baru. Nyaris setiap musim penghujan bencana banjir pasti jadi langganan. Risiko ekonomi dan sosial yang ditimbulkan pun sudah tidak terhitung lagi. Sementara masyarakat dipaksa menerima keadaan, dengan dalih semua terjadi lantaran faktor alam.
Penyebab banjir tidak bersifat tunggal, demikian pula penanganannya. Meski curah hujan akibat perubahan iklim selalu dituding sebagai penyebab banjir yang utama, tetapi kajian penyebab banjir dapat melebar ke berbagai aspek. Begitupun dengan dampak yang ditimbulkan. Seringkali negara gagap melakukan mitigasi bencana sehingga berbagai dampak tidak terantisipasi sebaik-baiknya.
Benar-benar malang negeri ini, sistem kufur yang tengah berlangsung mustahil memberikan keberkahan. Sistem kufur juga melahirkan para pejabat yang tidak amanah dan melaksanakan tugas secara ala kadarnya. Sungguh, kita semua tentu mendambakan kondisi suatu negeri yang aman, sentosa, serta jauh dari bencana dan mara bahaya. Inilah negeri impian bagi setiap orang. Hanya dengan Islam sebagai mabda yang mampu mewujudkan negeri yang aman dan sejahtera melalui penerapan sistem Islam yang sesuai dengan hukum Syara'.
Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.
0 Komentar