Jihad, Aksi Nyata untuk Palestina


Oleh : Alfaqir Nuuihya (Ibu Pemerhati Umat)

Refleksi Qur'an surat Al-Fath ayat 29. "Orang-orang yang bersama dengan dia (Muhammad) bersikap keras terhadap orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka (muslim)," ternyata belum terwujud hingga saat ini. 

Apalagi jika yang tengah kita bahas adalah persoalan genosida yang dialami oleh saudara kita di Palestina. Negara-negara dengan mayoritas penduduknya muslim, bahkan negara-negara Arab yang berada di sekitar Palestina, sampai saat ini lebih memilih berdiri di antara dua kaki. Mencari muka, mulut bersungut-sungut, mengecam dan terus mengecam, beretorika atas kebiadaban entitas Zionis. 

Namun di sisi lain, mereka tak ayalnya kerbau yang hidungnya dicocok oleh tuannya, Amerika. Entitas Zionis nyatanya adalah tuan bagi para negara Arab. Simbol "aku merasakan apa yang kamu rasakan" hanyalah sekadar bualan belaka. "Big time"-nya Riyadh Season terselenggara di bawah guyuran pembantaian besar-besaran yang tengah dialami Palestina. 

Sebuah bentuk nyata bahwa kecaman dan bantuan yang diberikan oleh Arab Saudi untuk Palestina adalah simbolis belaka. Bahkan, Riyadh menjadi transit bagi tentara Amerika ketika akan menuju Israel, untuk membombardir Palestina.

Begitu pun dengan mayoritas negeri muslim lainnya, Turki misalnya. Habis-habisan mengkritisi kebejatan entitas Zionis sampai-sampai memanggil Dubes Turki di Israel untuk pulang. Namun di titik lain, Erdogan memberikan pernyataan bahwa memutuskan hubungan sama sekali tidak mungkin dilakukan, terutama dalam diplomasi internasional (voaindonesia, 04/11/2023)

Hampir di setiap negara berlangsung demo besar-besaran dalam rangka mengecam setiap perlakuan biadab entitas Zionis. Bahkan boikot produk yang menyokong "negara" entitas Zionis terjadi di mana-mana. 

Sebuah wujud bahwa kita masih memiliki perasaan yang sama, ghirah perjuangan dalam jiwa umat Islam itu masih menancap kuat. Tak ketinggalan medsos pun saat ini diisi oleh geliat dakwah yang signifikan agar bisa mengekspos kekejian entitas Zionis ke hadapan dunia.

Adanya dua sikap yang berbeda antara rakyat dengan para penguasanya telah menyadarkan kita, sejatinya sikap rakyat tak seiring dengan sikap pemerintah. Betul, para negarawan hadir di dalam demo, mengecam genosida, bahkan mengulurkan bantuan besar-besaran, tetapi hanya dalam bentuk materi. Sementara pemerintah tidak ada itikad baik untuk memboikot setiap produk yang dipasarkan di dalam negara, yang nyata telah menyokong entitas Zionis.

Seandainya negara berani mengadang setiap produk penyokong entitas Zionis, negara menjadi garda terdepan dalam memboikot, menghentikan setiap penguasa pendukung entitas Yahudi, tentulah itu akan lebih efektif. Sebab, sejatinya negaralah pemilik kekuatan politik, pemilik kewenangan dalam setiap kebijakan.

Sebuah kenyataan yang harus diakui bahwa bukan Palestina yang dijajah, nyatanya kitalah yang tengah berada di bawah penjajahan dan kendali entitas Zionis, Politik dunia dikendalikan oleh PBB, dan PBB di bawah kontrol entitas Zionis.

Begitu pun tata ekonomi, ekonomi kapitalisme adalah buatan entitas Yahudi yang dikendalikan di bawah dolar Amerika. Budaya pun tidak terkecuali, di mana masyarakat berkiblat terhadap hiburan Hollywood, dan di mana pemiliknya adalah entitas Yahudi.

Seluruh negara Islam telah menjadi budak entitas Zionis, disadari ataupun tidak. Mereka sami'na wa atha'na kepada kaum penjajah demi ideologi kapitalisme yang mereka emban meski harus mengucurkan darah para syuhada di tanah Palestina. Sungguh mengerikan.

Maka suatu hal yang mustahil, jika negara ikut memboikot produk-produk yang menyokong entitas Yahudi Kadung dengan investasi yang diberikan oleh negara adidaya, menjadikan jaminan kemajuan ekonomi, bagi mereka. Oligarki dituhankan, meski nyatanya oligarki kapitalislah yang telah membabat habis Palestina.

KTT OKI dan Liga Arab pun baru-baru ini terselenggara di Riyadh, membahas solusi terbaik untuk Palestina. Namun umat kembali harus menelan pil pahit, sebanyak apa pun pemimpin muslim berkumpul, tetap hanya menghasilkan bualan semata. Tidak ada solusi tepat untuk Palestina selain mengecam dan mengecam, sebuah hal yang sangat basi. Bahkan permintaan Iran kepada Arab Saudi untuk mengembargo minyak pun ditolak mentah-mentah. Bahkan pada akhirnya mereka meminta PBB untuk bertindak agar kekejaman bisa diakhiri. 

Namun apakah mereka bodoh? Bahwa PBB dan entitas Zionis adalah satu tubuh. "Two state solution" adalah hasil akhir KTT OKI untuk permasalahan Palestina. Sebuah solusi yang sangat menyakitkan bagi umat Islam umumnya, dan khususnya saudara kita di Palestina. Secara tidak langsung negara yang tergabung dalam OKI ini mengakui keabsahan eksistensi entitas Yahudi Israel dan membenarkan perampasan tanah atas Palestina. Atas keadaan ini, mereka pun mengakui ketidakberdayaan atas apa yang menimpa saudaranya di Palestina. 

Mereka mengakui bahwa mereka lemah, bahkan tidak ada rasa memiliki terhadap Baitul Maqdis. Bahkan mereka merendahkan diri dan mengakui bahwa mereka adalah kacung Amerika dan sekutunya.

Two state solution bermakna bahwa kita bersikap lemah lembut terhadap kaum kafir, tetapi keras terhadap saudara muslim. Bermakna bahwa kita loyal terhadap musuh. Padahal memberikan loyalitas kepada musuh akan menimbulkan mudarat atau bahaya bagi muslim. Two state solution bermakna bahwa Palestina bukan negara Syariah atau Daulah Islamiyyah, tetapi sebuah negara nasionalis yang bersifat sekuler.

Dari apa yang kita saksikan, sungguh pembebasan Palestina membutuhkan kesatuan umat seluruh dunia untuk akhirnya melakukan tindakan nyata dari negara yaitu dengan mengirimkan pasukan dan persenjataan. Wujud persatuan tersebut adalah Khilafah Islamiyyah.

Khilafah ini sebelum berdiri pun telah ditakuti orang-orang kafir apalagi nanti sudah berdiri. Itulah alasan mengapa mereka sekuat tenaga menghalang-halangi berdirinya Khilafah dengan propaganda jahat berupa narasi terorisme, dll. Kelak, di bawah naungan khilafah, negara tidak akan segan untuk mengirimkan pasukan tanpa memikirkan untung rugi. Militer yang tangguh, ekonomi yang tidak bergantung kepada negara lain, yang bisa menandingi kekuatan dan kejumawaan Israel dan negara-negara yang ada di belakangnya. Dengan Khilafah, kita akan menjadi umat yang sangat kuat dan independen.

Wallahualam bissawab.




Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.

Posting Komentar

0 Komentar