KASUS GIZI BURUK KIAN TERPURUK, BUAH BUSUK SISTEM KAPITALISME


Oleh : Ummu Hayyan, S.P.

Tak sedikit anak-anak di Indonesia yang mengalami stunting dan gizi buruk. Salah satunya adalah Rizki Mubarok, bocah berusia 7 tahun, warga Dusun Ciheras, RT 11/ 12, Desa Selacai, Kecamatan Cipaku, Kabupaten Ciamis diduga mengalami gizi buruk.

Kondisi Rizki yang tinggal dengan neneknya itu sangat memprihatinkan dan harus segera mendapat tindakan operasi. Menurut informasi dari bibinya Rizki yang bernama Marni,  sebelumnya Rizki sempat berobat ke Puskesmas, namun akhirnya dibawa pulang kembali karena tidak bisa membayar. Dari keterangan Marni, kondisi terakhir Rizki cukup kritis karena susah buang air besar, tidak bisa makan, dan setiap diberikan makanan langsung dimuntahkan lagi.

Neneknya Rizki mengalami kesulitan untuk membawa Rizki ke rumah sakit karena kendala biaya. Sementara ibunya Rizki merantau ke Jakarta untuk bekerja dan ibunya tersebut seorang single parent.  Keluarga Rizki juga tidak memiliki Kartu Indonesia Sehat (KIS) karena saat itu belum memiliki Kartu Keluarga (KK). Marni berharap ada uluran tangan dari pemerintah terkait atau pihak lainnya untuk membantu Rizki agar bisa mendapatkan tindakan operasi di rumah sakit. Jabar.tribunnews.com.

Kondisi seperti Rizki tentunya masih banyak dialami oleh anak lainnya. Berdasarkan Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) Kementerian Kesehatan, prevalensi balita stunting di Indonesia mencapai 21,6% pada 2022. Pada tahun 2020 Indonesia dinyatakan berada pada urutan ke-4 dunia dan ke-2 di Asia Tenggara dalam hal stunting. Tentunya ini bukan angka yang kecil. 

Ironis, di negeri yang kaya akan Sumber Daya Alam nyatanya tidak mampu membebaskan anak-anak dari gizi buruk. Mengapa terjadi hal yang demikian?


Buah Busuk Kapitalisme 

Memang tak dapat dipungkiri, bahwa kemiskinan dan kelaparan adalah dua faktor utama penyebab stunting dan gizi buruk. Di Indonesia, tingkat kemiskinan September 2022 tercatat sebesar 9,57% atau sebanyak 26,36 juta orang berada di bawah garis kemiskinan. Angka ini mengalami peningkatan dibanding bulan Maret 2022. Sedangkan untuk angka kelaparan, saat ini lebih dari 3 miliar orang tidak mampu mengakses makanan sehat. Dan sebanyak 811 juta orang kekurangan gizi di dunia. 

Kemiskinan adalah persoalan yang tidak akan pernah dapat diselesaikan oleh sistem hari ini. Yakni sistem kapitalisme. Ini karena sistem kapitalisme lahir dari lemahnya akal manusia. Kapitalisme menjunjung tinggi kebebasan manusia, yang salah satunya adalah kebebasan dalam hak milik. Dari kebebasan hak milik yang lahir dari sistem ekonomi kapitalisme ini, menjadikan Sumber Daya Alam mayoritas dikuasai asing atau aseng atau swasta. Sistem kapitalis juga menjadikan kekayaan terkonsentrasi pada segelintir elite saja. Sementara itu, segala kebutuhan dasar menjadi kebutuhan yang amat mahal harganya. Sebab hubungan rakyat dan penguasa layaknya hubungan bisnis. Kesehatan, pendidikan, keamanan serta kebutuhan pokok seperti sandang, pangan, papan menjadi barang mewah yang hanya bisa diakses oleh mereka yang berduit.

Maka, mayoritas rakyat yang tidak memiliki kekuasaan dan kekayaan akan terhambat dan kesulitan memenuhi kebutuhan dasar hidupnya. Dari sini, maka jelas sistem kapitalisme ini tidak mungkin menyelesaikan persoalan gizi buruk dan stunting.


Islam, Solusi Alternatif

Walhasil, perlu adanya sistem alternatif yang Paripurna, yakni sistem Islam. Sistem ekonomi Islam mampu menyelesaikan persoalan kemiskinan dan stunting tersebab dua poin penting. 
Pertama, Pembatasan aturan kepemilikan.
Dalam Islam, negara mengatur kepemilikan menjadi tiga golongan yakni kepemilikan individu, kepemilikan umum, dan negara. Dan pengaturan ini tentunya disesuaikan dengan syariat. Untuk sumber daya alam, tentu ini adalah harta milik umum yang diharamkan dikuasai atau dimonopoli oleh individu. Sehingga SDA akan dikelola oleh negara dan hasilnya dikembalikan kepada rakyat. Selanjutnya negara berperan dalam distribusi kekayaan. 

Kedua, Mekanisme nafkah. Negara wajib menjamin seluruh kebutuhan dasar umatnya. Negara akan benar-benar mensensus warganya. Negara akan memastikan para kepala keluarga bisa menafkahi tanggungannya, sekaligus negara menyediakan lapangan pekerjaannya. Jika kepala keluarga dan kerabatnya tidak sanggup menafkahi, negara wajib membantu warganya untuk bisa memenuhi kebutuhan pokoknya. Dengan demikian, maka setiap anak yang dilahirkan di dalam sistem Islam akan dijamin kebutuhan gizinya terpenuhi. Sistem ekonomi Islam ini tidak mungkin diterapkan tanpa adanya institusi yang menerapkan syariat Islam secara menyeluruh.

Wallaahu a'lam bish-shawwab




Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.

Posting Komentar

0 Komentar