KHUTBAH JUM'AT : PALESTINA BUTUH PENGUASA YANG MELINDUNGI


KHUTBAH PERTAMA

إنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ, نَحْمَدُهُ, وَنَسْتَعِينُهُ, وَنَسْتَغْفِرُهُ, وَنَعُوذُ بِاللَّهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا, وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَامَنْ يَهْدِهِ اللَّهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ, وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ,أَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لَاشَرِيْكَ لَهُ، شَهَادَةَ مَنْ هُوَ خَيْرٌ مَّقَامًا وَأَحْسَنُ نَدِيًّا.
 وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا محَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الْمُتَّصِفُ بِالْمَكَارِمِ كِبَارًا وَصَبِيًّا.
 اَللَّهُمَّ فَصَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَانَ صَادِقَ الْوَعْدِ وَكَانَ رَسُوْلاً نَبِيًّا، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ الَّذِيْنَ يُحْسِنُوْنَ إِسْلاَمَهُمْ وَلَمْ يَفْعَلُوْا شَيْئًا فَرِيًّا، أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ رَحِمَكُمُ اللهُ، اُوْصِيْنِيْ نَفْسِيْ وَإِيَّاكُمْ بِتَقْوَى اللهِ، فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ.
قَالَ اللهُ تَعَالَى  
وَاِنْ تُطِعْ اَكْثَرَ مَنْ فِى الْاَرْضِ يُضِلُّوْكَ عَنْ سَبِيْلِ اللّٰهِ ۗاِنْ يَّتَّبِعُوْنَ اِلَّا الظَّنَّ وَاِنْ هُمْ اِلَّا يَخْرُصُوْنَ
Jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang ada di muka Bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkan kamu dari jalan Allah. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan belaka dan mereka tidak lain hanyalah berdusta. (QS al-Anam [6]: 116)

Alhamdulillah, Dia-lah Allah Sang penguasa jagad raya. Yang kekuasaan-Nya melingkupi seluruh alam semesta. Dia-lah yang memberikan dan mencabut kekuasaan siapa yang dikehendaki-Nya. Shalawat dan salam semoga senantiasa dicurahkan kepada Baginda Nabi shallallahu alaihi wa sallam, nabi akhir zaman yang kita harapkan syafaatnya di hari pembalasan.

Bertakwalah kepada Allah. Bukan sekadar berucap, tapi wujudkan dengan ketaatan sepenuhnya kepada syariah Islam. Laksanakan perintah-Nya dan tinggalkan larangan-Nya dengan sekuat tenaga.

Hadirin jamaah jumah rahimakumullah,
Sudah hampir sebulan kaum Muslim Palestina dibantai secara keji oleh Zionis Yahudi. Sudah sekitar 10 ribu korban syahid. Sebagian besar adalah bayi/anak-anak dan para wanita. Puluhan ribu lainnya terluka parah. 

Puluhan ribu ton bom dijatuhkan ke Gaza. Jauh melebihi kedahsyatan bom di Hiroshima dan Nagasaki. Rumah sakit dan pasar jadi sasaran. Tak terhitung gedung yang rata dengan tanah. 

Sungguh kaum Zionis Yahudi memang sudah tak punya hati. Tak ada lagi rasa kemanusiaan. Mereka sudah seperti binatang. Bahkan lebih keji dari binatang yang paling buas sekalipun.

Hadirin jamaah jumah rahimakumullah,
Habis rasanya air mata ini melihat para korban kebiadaban mereka. Mereka tak ada yang menolong. Harus berjuang sendiri. Sementara para penguasa Arab dan Muslim hanya basa-basi. Mengutuk dan mengecam. Tanpa bergerak nyata menghentikan pembantaian itu. Kalau pun memberikan bantuan kemanusiaan, itu hanya sekadar pencitraan di mata rakyatnya, dan sama sekali tak menghentikan kebiadaban Zionis Yahudi laknatullah itu. 

Padahal, para penguasa Arab dan Muslim punya militer. Kekuatan mereka sebenarnya cukup menghentikan aksi kebinatangan teroris Yahudi itu. Dan semua tahu, kaum Zionis Yahudi sungguh amat lemah. Mereka tampak kuat, lebih karena sikap pengecut para penguasa Arab dan Muslim. 

Kita patut bertanya, buat apa mereka berkuasa atau berebut kekuasaan, kalau kekuasaannya tak berguna bagi Islam dan kaum Muslimin?

Hadirin jamaah jumah rahimakumullah,
Ketahuilah, dalam Islam kekuasaan adalah keniscayaan. Islam dan kekuasaan tak dapat dipisahkan. Ulama menyebut:
اَلدِّيْنُ وَ السُّلْطَانُ تَوْأَمَانِ وَ قِيْلَ الدِّيْنُ أُسٌّ وَ السُّلْطَانُ حَارِسٌ فَمَا لاَ أُسَّ لَهُ فَمَهْدُوْمٌ وَ مَا لاَ حَارِسَ لَهُ فَضَائِعٌ 
Agama dan kekuasaan itu ibarat dua saudara kembar. Dikatakan pula, agama adalah fondasi, sementara kekuasaan adalah penjaganya. Apa saja yang tidak berpondasi bakal hancur. Apa saja yang tidak memiliki penjaga akan lenyap (Abu Abdillah al-Qali, Tadrîb ar-Riyâsah wa Tartîb as-Siyâsah, 1/81).

Hadirin jamaah jumah rahimakumullah,
Terkait pentingnya kekuasaan untuk menegakkan Islam, Allah subhanahu wa taala berfirman:
وَقُلْ رَّبِّ اَدْخِلْنِيْ مُدْخَلَ صِدْقٍ وَّاَخْرِجْنِيْ مُخْرَجَ صِدْقٍ وَّاجْعَلْ لِّيْ مِنْ لَّدُنْكَ سُلْطٰنًا نَّصِيْرًا
Katakanlah, "Tuhanku, masukkanlah aku dengan cara yang benar, dan keluarkan (pula) aku dengan cara yang benar, dan berikanlah kepadaku dari sisi Engkau kekuasaan yang menolong. (TQS al-Isra [17]: 80).

Kekuasaan yang menolong adalah kekuasaan yang mampu menegakkan Islam. Imam Ibnu Katsir, seraya mengutip Qatadah (w. 117 H), saat menjelaskan frasa kekuasaan yang menolong, menyatakan: (yakni kekuasaan) untuk membela Kitabullah, menerapkan hukum-hukum-Nya, melaksanakan berbagai kewajiban dari-Nya dan menegakkan agama-Nya. (Ibnu Katsir, Tafsîr al-Qurân al-Azhîm, 5/111).

Ini yang kita lihat dalam sejarah Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Pasca hijrah dari Makkah ke Madinah, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam berhasil menegakkan kekuasaan Islam, mendirikan Negara Islam yang pertama. Nabi shallallahu alaihi wa sallam menggunakan kekuasaannyasebagai kepala negarauntuk  menegakkan syariah Islam secara kâaffah dalam seluruh aspek kehidupan. 

Dengan kekuasaannya itu, Nabi shallallahu alaihi wa sallam melindungi kaum Muslim. Beliau memerangi dan mengusir kaum Yahudi dari Madinah, gara-gara mereka berani membunuh seorang Muslim yang membela kehormatan seorang Muslimah yang dilecehkan oleh seorang Yahudi.
  
Dengan kekuasaannya pula, Khulafaur Rasyidin dan para khalifah berikutnya menjadi pelindung sejati kaum Muslim. 

Hadirin jamaah jumah rahimakumullah, 
Kekuasaan adalah amanah. Allah subhanahu wa taala berfirman:
اِنَّ اللّٰهَ يَأْمُرُكُمْ اَنْ تُؤَدُّوا الْاَمٰنٰتِ اِلٰٓى اَهْلِهَاۙ وَاِذَا حَكَمْتُمْ بَيْنَ النَّاسِ اَنْ تَحْكُمُوْا بِالْعَدْلِ
Sungguh Allah menyuruh kalian memberikan amanah kepada orang yang berhak menerimanya, juga  (menyuruh kalian) jika menetapkan hukum di antara manusia agar kalian berlaku adil (TQS an-Nisa [4]: 58).

Imam Ibnu Katsir menjelaskan, Pada dasarnya, amanah adalah taklif (syariah Islam) yang harus dijalankan dengan sepenuh hati, dengan cara melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. Jika ia melaksanakan taklif tersebut maka ia akan mendapatkan pahala di sisi Allah.  Sebaliknya, jika ia melanggar taklif  tersebut maka ia akan memperoleh siksa. (Ibnu Katsir, Tafsîr Ibnu Katsîr, III/522).

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam memperingatkan: Tidaklah seorang penguasa yang diserahi urusan kaum Muslim, kemudian ia mati, sedangkan ia menelantarkan urusan tersebut, kecuali Allah mengharamkan surga untuk dirinya. (HR al-Bukhari dan Muslim).

Apa yang dimaksud menelantarkan? Imam Fudhail bin Iyadh rahimahulLaah, sebagaimana dikutip oleh Imam an-Nawawi rahimahulLaah dalam Syarh Shahîh Muslim, menuturkan, Penelantaran itu bisa berbentuk: tidak menjelaskan urusan-urusan agama kepada umat, tidak menjaga syariah Allah dari unsur-unsur yang bisa merusak kesuciannya, mengubah-ubah makna ayat-ayat Allah dan mengabaikan hudûd (hukum-hukum Allah).  Penelantaran itu juga bisa berwujud pengabaian terhadap hak-hak umat, tidak menjaga keamanan mereka, tidak berjihad untuk mengusir musuh-musuh mereka dan tidak menegakkan keadilan di tengah-tengah mereka. Setiap orang yang melakukan hal ini dipandang telah berkhianat kepada umat. 

Maka, jelas, para penguasa yang  berkhianat dengan berdiam diri dan enggan membela kaum Muslim di mana pun, haram baginya surga. 

Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda pada Hari Arafah:
إِنَّ دِمَاءَكُمْ وَأَمْوَالَكُمْ حَرَامٌ عَلَيْكُمْ كَحُرْمَة يَوْمِكُمْ هَذَا فِي شَهْرِكُمْ هَذَا فِي بَلَدِكُمْ هَذَا
Sungguh darah dan harta kalian itu haram (suci) seperti sucinya hari kalian ini, di negeri kalian ini dan pada bulan kalian ini (HR Muslim).

Haram hukumnya penguasa Muslim diam melihat pembantaian terhadap kaum Muslim. Wajib hukumnya menolong sesama Muslim, atas dasar akidah Islam. Tinggalkan paham kebangsaan yang justru menyekat-nyekat persatuan umat. Inilah kekuasaan yang menolong. []

بَارَكَ الله لِي وَلَكُمْ فِى اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَافِيْهِ مِنَ الْآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيمِ وَتَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ وَإِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ العَلِيْمُ، وَأَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا فَأسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْم




KHUTBAH KEDUA

اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا
أَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ الْمُسَبِّحَةِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِى بَكْرٍ وَعُمَر وَعُثْمَان وَعَلي وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ

اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآء مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيْنَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَاإنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ.

عِبَادَاللهِ ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُبِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ




Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.

Posting Komentar

0 Komentar