Konten Pornografi Menjamur, Islam Punya Solusi


Oleh: Rani (Pemerhati Remaja Andoolo Sulawesi Tenggara)

Rasa malu adalah sebagian dari iman. Jika tak punya malu, berbuat sesuka hati adalah hal yang lumrah dan wajar. Bahkan puncak tertingginya merasa kemaksiatan yang dilakukan dan ditampilkan dengan penuh rasa bangga tanpa canggung lagi.

Menceritakan dan menyebarkan ke khalayak atau mempublikasikan dengan sengaja dan menjadikannya konten atau tontonan adalah tindakan kebodohan dan menjijikan. Salah satu yang menjadi perhatian di kalangan masyarakat ini yaitu konten prostitusi. 

Konten berbau pornografi rupanya tak bisa dibendung lagi. Seperti yang viral salah satu konten youtube artis Nikita Mirzani yang mengundang salah satu artis dan terkenal sebagai wanita prostitusi. Naudzubillah.

Dikutip Viva.com, selebgram seksi tanah air, Siskaeee belum lama ini mengaku pernah berhubungan seksual dengan 216 laki-laki. Salah satunya adalah dari kalangan artis. Hal itu disampaikan oleh Siskaeee saat berbincang dengan Nikita Mirzani di youtube nexera entertainment.

Namun sebelum hal itu dibongkar, ternyata Siskaeee memang sudah pernah mengaku bahwa ia sudah pernah melakukan hubungan seksual dengan 200 pria lebih. Hal itu dibeberkannya pada tahun 2022 lalu. "Body count 200, body countnya 200," ucap Siskaeee saat itu.

Apalagi, pengalamannya sebagai bintang porno juga telah mendorongnya untuk lebih memilih mencoba berhubungan intim di lokasi yang beragam. Bahkan, ia pernah mendapatkan diagnosis parafilia, yang mengacu pada kondisi di mana aktivitas seksualnya berada di luar batas normal (9/11/2023).

Aib yang dikenal sangat malu untuk diketahui banyak orang, namun dikondisi sekarang sangat berbeda, sudah tidak memiliki rasa malu lagi untuk disembunyikan. Konten minim edukasi mudahnya diakses oleh generasi muda dan akan dijadikan panutan dalam bersikap, sehingga menjual diri alias prostitusi dengan dalih apapun akan dibenarkan. 

Banyaknya kaula muda yang terjerat kasus ini menjadikan konten ini, salah satu akses yang paling diminati dan sebagian besar di kalangan anak muda yang bebas mengakses. Lihat saja data yang ada, Indonesia dijuluki negara munafik nomor satu di dunia. Sebab apa? Akses pornografi tertinggi, padahal mayoritasnya beragama Islam. Ini menunjukan keseriusan pemerintah abai dalam menghapus konten-konten berbau pornografi.

Bukan rahasia lagi gaya hidup remaja kian bebas, krisis jati diri berdampak dalam memaknai hidup ini, bahwa hidup mengikuti standar ala barat dan konten yang disodorkan. Berbagai konten kerap dilahap begitu saja tanpa ada standar halal dan haram, padahal kasus prostitusi ini dimulai dari gaya hidup yang hedon dan lifestyle yang kian menstandarkan kebahagiaan ada pada materi dan gemerlapnya dunia.

Tidak sedikit dari para remaja rela melakukan apapun demi memenuhi sifat konsumtif ini, dari circle pertemanan maupun bergaul dengan begitu bebasnya. Padahal rasul sudah mengingatkan kita, agar berhati-hati memilih dengan siapa kita berteman. Selain itu,  Kasus HIV menyumbang sebagian besar dari kasus prostitusi ini.

Bayangkan saja platform media sosial menyediakan sekali klik, sudah bisa menyediakan nafsu birahi dengan konten vulgar dan terhubung pelampiasan syahwat. Walhasil, bisnis dunia nyata maupun online menguntungkan para kapitalis dan menjamur dikalangan masyarakat dengan berbagai layanan jasa hingga sulit dibasmi.

Islam merupakan agama sekaligus pandangan hidup aturan yang menyeluruh. Institusi negara berdasarkan hukum dari Allah adalah solusi yang paling tepat untuk menyelesaikan problematika hari ini. segala tindakan prostitusi adalah haram dalam daulah Islam dan tentunya akan melarang sepenuhnya, baik konten sampah, PSK maupun orang yang memanfaatkan jasa serta mucikari. 

Abdullah bin Mas'ud berkata, "Jika perbuatan zina telah tampak disuatu negeri, Allah akan membinasakan negeri tersebut". Jangan sampai kita dilaknat oleh Allah akibat kemaksiatan yang dibiarkan. 

Jadi, tidak ada solusi lain kecuali Islam untuk menghentikan konten pornografi. Dan semua itu akan terwujud manakala Islam diterapkan dalam kehidupan secara kaffah. Wallahu A'lam bishawab.




Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.

Posting Komentar

0 Komentar