Memaknai Hari Santri dan Kewajiban Menuntut Ilmu


Oleh: Maria Ulfa, S.S (Anggota Lingkar Studi Muslimah Bali)

Secara umum istilah santri merupakan penamaan atau sebutan bagi seorang pelajar yang mengikuti pendidikan agama Islam di pesantren. Namun sejak diresmikannya Hari Santri oleh presiden Jokowi, tahun 2015 Islam, semua kalangan pelajar Islam baik yang belajar di pesantren ataupun di sekolah umum juga dapat mengikuti perayaan hari santri yang menyiratkan bahwa merekapun termasuk santri. Walaupun dari istilahnya lebih tepat jika disandingkan dengan pesantren; santri itu belajarnya di pesantren.

Dalam KBBI online arti kata santri terkesan lebih luas cakupannya. Di dalamnya disebutkan bahwa santri adalah orang yang mendalami agama Islam, orang yang beribadah dengan sungguh-sungguh, orang yang saleh. Di sini tidak disebutkan secara khusus bagi pelajar yang belajar di pesantren.

Terkait hal ini, ada pelajaran berharga yang bisa dipetik. Sangat tepat kiranya menjadi perenungan dan membangkitkan kesadaran bagi setiap muslim bahwa dirinya adalah santri. Karena menuntut ilmu agama hukumnya adalah wajib.

Rasulullah bersabda,
طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيْضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ
"Menuntut ilmu itu wajib atas setiap Muslim" (HR. Ibnu Majah no. 224, dari sahabat Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu, dishahihkan Al Albani dalam Shahiih al-Jaami'ish Shaghiir no. 3913).

Jika aktivitas menuntut ilmu itu wajib, maka kita akan berdosa jika tidak melakukannya. 

Hari santri semoga bisa membangkitkan kesadaran bagi generasi muslim bahwa kewajiban mendalami ilmu agama itu tidak hanya bagi santri di pesantren saja, melainkan juga bagi yang belajar di sekolah umum atau bagi setiap orang yang mengaku muslim. 

Di sisi lain, ada hal yang menarik saat presiden Jokowi menyinggung soal jihad dan syahid dalam Peringatan Hari Santri 2023 di Tugu Pahlawan Kota Surabaya, Jawa Timur, Minggu (22/10).

Di situ presiden juga menyatakan bahwa santri merupakan pilar  dan fondasi kekokohan bangsa. Ia berkata, "Sebagai negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia, kita memiliki lebih dari 36.000 pondok pesantren, sebuah kekuatan besar penentu masa depan bangsa, penentu lompatan kemajuan bangsa, dan penentu keberhasilan cita-cita bangsa,".

Ia juga mengenang perjuangan para santri yang mati syahid dalam memperjuangkan bangsa. Namun, presiden juga menyinggung soal krisis yang menurutnya disebabkan oleh perang. 

"Ada krisis ekonomi akibat perang, ada krisis pangan akibat perang, ada krisis energi juga akibat perang. Sebelumnya hanya satu, yaitu di Ukraina, sekarang tambah lagi perang di Palestina dan Israel," ujarnya.

Benarkah sejumlah krisis tersebut disebabkan oleh perang? Sebagai pelajar atau intelektual, generasi muslim harus peka terhadap apa yang terjadi di kehidupannya, termasuk masalah sosial dan apa yang sedang menimpa saudaranya di manapun mereka berada, termasuk di Palestina. 

Peran seorang pelajar muslim atau santri adalah menghidupkan pemikirannya dalam kehidupan. Karena Islam itu sendiri adalah the way of life, atau cara hidup itu sendiri. Sehingga dalam menjalani kehidupan, seorang muslim sudah seharusnya berpanduan kepada pemikiran Islam.

Terkait persoalan apapun, Islam punya solusinya. Termasuk persoalan krisis ekonomi, krisis pangan dan energi. 


Santri Sebagai Kekuatan Besar

Santri yang prioritasnya adalah mendalami agama, tepat sekali jika disebut sebagai kekuatan besar. Dalam pendidikan Islam, tentu para santri tidak luput mendapatkan pemahaman terkait kewajiban jihad. Jihad secara syar'i adalah perang. Sedangkan secara istilah bisa diartikan bersungguh-sungguh dalam mencapai tujuan. Maka tujuan yang benar dalam melakukan sesuatu adalah demi mendapatkan ridhonya Allah.

Jihad secara fisik dalam arti berperang, hari ini seolah dinegatifkan maknanya. Banyak orang yang mengaku membenci peperangan, bahkan ada beberapa negara yang disebut sebagai negara super power yang mengaku benci peperangan tetapi ternyata mereka mempersenjatai negara lain untuk perang. 

Sebagai contoh perang di Palestina. Rakyat global terpecah menjadi dua, ada yang pro Israel dan pro Palestina. Di belakang Israel ada Amerika yang membantu persenjataan, sedangkan Palestina berjuang sendirian. Jika jujur melihat fakta sejarah, maka seharusnya kita memandang Palestina sebagai pemilik sah tanah mereka. Sedangkan Israel adalah pendatang yang kemudian menjajah. 

Jika kita mengaku pancasilais, maka seharusnya kita meyakini bahwa penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan peri kemanusiaan dan peri keadilan.

Jika kita mengaku sebagai muslim, maka sudah seharusnya kita menyadari bahwa yang menimpa saudara kita di Palestina itu merupakan urusan kita juga, urusan kaum muslimin keseluruhan. 

Karena Rasulullah bersabda, "Perumpamaan orang-orang mukmin dalam hal saling mencintai, menyayangi, dan mengasihi bagaikan satu tubuh. Apabila ada salah satu anggota tubuh yang sakit, maka seluruh tubuhnya akan ikut terjaga (tidak bisa tidur) dan panas (turut merasakan sakitnya)." (HR. Bukhari dan Muslim).

Tugas para santri adalah belajar, mengamalkan, dan mensyi'arkan atau mendakwahkan ilmunya, termasuk soal jihad. 

Yang terjadi di Palestina, Israel bersikukuh menganggap bahwa serangan bombardir yang mereka lakukan semata ditujukan kepada HAMAS, tapi faktanya mereka juga menyerang rakyat sipil, baik wanita bahkan bayi-bayi juga menjadi korban. Mereka membumi hanguskan Palestina. 

Israel VS HAMAS bukanlah lawan yang seimbang, bukan apple to apple. Bahkan di belakang Israel ada Amerika. Sedangkan di belakang HAMAS, ada negara-negara Islam yang tidak kompak, yang para pemimpinnya hanya bisa mengutuk dan mengecam saja. Seharusnya negara dilawan oleh negara, bukan Israel dan Amerika versus HAMAS, tetapi Israel dan Amerika versus Palestina dan negeri-negeri muslim.

Dengan apa kesadaran perlawanan atas penjajahan itu bisa dibangun? Yaitu dengan mengobarkan kembali semangat jihad fi sabilillah. Bukan hanya dengan doa dan donasi saja. Doa tentu tidak boleh terputus, donasi silakan berkelanjutan digalang. Tapi jangan lupakan perbuatan keji harus dibalas dengan perlawanan. Jika jihad dikosongkan dari pemikiran kaum muslimin, maka itu sama saja mengompongi singa. Bukankah tentara kaum muslimin dalam sejarahnya ditakuti oleh orang-orang kafir, dan dianggap sebagai singa perang yang tidak takut mati dan justru mencari kematian syahid? 

Semangat jihad ini sudah sepatutnya digaungkan oleh para santri. 

Kembalikan peran santri yang disebutkan oleh presiden sebagai kekuatan besar penentu masa depan bangsa dan penentu lompatan kemajuan bangsa, maka para santri harus benar-benar melakukan perannya untuk membangunkan singa-singa yang melawan penjajah, termasuk Israel.

Terkait krisis kehidupan yang ada jika dikritisi lagi, sebetulnya bukan hanya karena dampak perang. Tetapi karena pengaturan hidup hari ini yang dalam kendali ideologi kapitalisme yang asasnya adalah sekularisme (konsep pemikiran memisahkan agama dari kehidupan). Sehingga aturan ekonomi, hukum, politik dll tidak boleh diatur dengan Islam. Padahal jika kita mendalami Islam, sebagaimana itu adalah tugas para santri, dan hakikatnya kita semua adalah santri, maka akan kita dapati bahwa Islam itu adalah bukan sekedar agama yang mengajarkan ibadah sholat, puasa, zakat, haji saja. Bukan hanya ibadah habluminallah saja, tapi ada hablumbinafsi dan hablumminannas. Maka cakupan bidang kehidupan, cara muamalah atau ekonomi, hukum, politik, sosial, pendidikan, dan kebudayaan adalah soal hablumminannas yang itu diatur juga di dalam Islam.  Islam memang sempurna. Islam adalah pedoman kehidupan, maka ia tak bisa diambil setengah-setengah ala ideologi sekuler yang memisahkan aturan agama dari kehidupan.

Bagaimana seorang Muslim bisa memisahkan agama dari kehidupan sedangkan tujuan Allah menghidupkannya adalah semata-mata untuk beribadah kepada-Nya?

Maka kesadaran bahwa Islam itu adalah sebuah ideologi harus dibangkitkan di tengah-tengah umat Islam saat ini. Sebagai langkah awal membangkitkan kesadaran umat atas kewajiban jihad dan melawan penjajahan.

Jangan sampai santri justru terbawa arus pemikiran sekulerisme, karena rawan menyeret mereka pada kecintaan dunia dan lupa pada peran hakikinya.

Solusi perekonomian bukan hanya dengan membekali santri dengan berwirausaha atau berkarya yang hanya untuk kekayaan dunia saja. Tetapi menjadikan mereka sebagai garda terdepan pemberantas sistem ekonomi ribawi yang bahkan saat ini dilakukan oleh negara. 

Maka, santri harus bangkit dengan pemikiran Islamnya yang menyeluruh. Bukan hanya sebagian-sebagian. Perkara akidah, syariah hingga Khilafah harus dibawa dalam berdakwah. Demi mengembalikan Islam dalam kehidupan secara totalitas dalam penerapannya, yang itu membutuhkan sebuah institusi negara yang disebut Khilafah.

Niscaya darinya akan terlahir para pemimpin adil yang mencintai dan dicintai rakyatnya, dan baldatun thoyyibatun wa robbun ghofur bisa diraih. 

Wallahua'lam bishawwab




Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.

Posting Komentar

0 Komentar