Semangat Penuhi Panggilan Jihad


Oleh: Imas Royani, S.Pd. 

Beredar di media sosial detik-detik saat bendera Indonesia dikibarkan di Palestina. Memang bukan kali pertama hal itu terjadi, beberapa tahun ke belakang hal itu juga sempat terjadi. Adakah ini pertanda bahwa Palestina memanggil Indonesia untuk memperjuangkan hak mereka yang juga hak kaum muslim, sebagaimana dulu saat Indonesia di awal merdeka, Palestina lah yang pertama mengakui kemerdekaan Indonesia. 

Betapa pedulinya Palestina kepada Indonesia. Begitu cintanya rakyat Palestina terhadap rakyat Indonesia. Tentu kita masih ingat ketika negara kita masih dijajah, maka bantuan mengalir berkapal-kapal. Bahkan semangat yang diwariskan kepada para ulama dan pahlawan adalah semangat jihad sehingga mampu mengusir penjajah. Bagaimana cara kita membalas cintanya? Bagaimana cara kita memenuhi panggilannya? 

Berbagai cara telah dilakukan, mulai dari penggalangan dana yang bersifat individu sampai nasional sehingga Alhamdulillah bantuan tahap kedua telah diberangkatkan yang dilepas langsung oleh Presiden. Berbagai kecaman dan aksi boikot produk yang terafiliasi negara zionis penjajah juga dilakukan. Aksi doa bersama digelar di berbagai daerah di nusantara. Tapi, inikah yang mereka mau?

Memang benar, semua bentuk bantuan kemanusiaan membantu saudara kita di sana. Doa pun sangat diperlukan. Karena itu yang bisa kita lakukan sebagai rakyat yang tidak punya kekuasaan dan kekuatan. Lalu siapa yang memiliki kekuasaan dan kekuatan? 

Seperti halnya saat Ir. Soekarno menemui ulama K.H. Hasyim Ashari akan keresahannya terhadap sekutu, maka dengan tegas ulama K.H. Hasyim Ashari memberikan solusi, yang dikemudian hari diperingati sebagai hari santri yaitu resolusi jihad. Karena jihad adalah ibadah tertinggi kaum muslim juga Indonesia. Sebagaimana tercantum dalam pembukaan UUD 1945 bahwa,  "penjajahan di atas dunia harus dihapuskan....". Apakah dengan yang telah dilakukan saat ini telah menghapuskan penjajahan? Sudah terusirkah zionis penjajah dari bumi Palestina? 

Jika belum. Maka sangat diragukan slogan NKRI harga mati karena nyatanya tidak mampu menerapkan pembukaan UUD 1945 di atas. Jika solusi 2 negara disodorkan kepada Indonesia saat itu, apakah akan rela hati? Relakah kita berbagi nusantara dengan penjajah? Bahkan Papua saja mati-matian dipertahankan karena ketidakrelaan kita berpisah dengan sebagian tanah air tercinta kita. Lalu kenapa dengan entengnya kita meminta Palestina untuk melakukan hal itu? Jika demikian pantaslah kita disebut penghianat.

Sebagai negara dengan jumlah muslim terbanyak, sangat disayangkan jika tidak berbelas kasih dengan sesama muslim di belahan negara lainnya. Bagaimana mungkin kita berharap belas kasih Rasulullah saw. agar memberi syafa'at nanti di yaumil akhir sementara saat ini kita mengkhianati cintanya rakyat Palestina. 

Semua tersebab karena telah terjangkiti penyakit wahn yang akut, yaitu cinta dunia dan sangat takut mati. Demi mendapatkan kesenangan dunia, rela mengorbankan cinta sejatinya terhadap sesama muslim yang akan menghantarkan kepada Sang Pemilik cinta sejati yang setia menanti di pintu surga. Bahkan keimanannya tergadaikan. Kekuasaan yang seharusnya digunakan untuk menegakkan syariat Allah malah dipakai untuk memperkaya diri, kalaupun ya itu hanya sebatas pencitraan. Kekuatan yang seharusnya dipakai untuk melindungi dan membela agama Allah malah dipakai untuk meneror dan menangkap aktivis dengan sebutan teroris, kalaupun ya itu hanya sebatas pertunjukan parade upacara.

Begitulah yang terjadi saat ini. Dan akan terus seperti ini jika tidak segera bersikap tegas "say good bye to capitalism". Karena kapitalisme lah biang semua ini. Kapitalisme telah menjadikan negara muslim tersekat-sekat oleh nasionalisme yang melunturkan cinta suci dan belas kasih terhadap sesama. Padahal telah dijelaskan dalam hadis bahwa cinta yang terjalin sesama muslim ibarat satu tubuh dimana ketika satu bagian tubuh sakit maka yang lain akan ikut merasakannya dengan demam dan tidak bisa tidur. Genosida yang dilakukan zionis yahudi bukanlah terjadi dalam film sehingga hanya layak ditonton dengan buncahan perasaan tanpa tindakan nyata, melainkan harus dihentikan dengan menggunakan kekuasaan pemerintahan dengan mengerahkan kekuatan militer untuk melenyapkan segala bentuk penjajahan di muka bumi ini. 

Selayaknya kita cemburu atas cintanya rakyat Palestina terhadap Islam yang rela menjadi mujahid, sedang kita masih saja menjadi penghamba gemerlap tipuan dunia. Kita juga harus cemburu kepada anak-anak Palestina yang dengan gagah berani menghadang tank-tank musuh Allah walau harus ditebus dengan nyawa, sedang kita merengek menangis memohon belas kasihan para investor asing dan aseng. Kita harus cemburu bila ternyata hanya rakyat Palestina yang dimaksud Rasulullah menjelang wafatnya, "ummati...ummati...ummati!", sedang kita digolongkan kepada barisan penghuni neraka karena berpaling dari ajaran yang dibawanya.

Dan cemburu ini harus dijadikan cambuk penyemangat agar kita bangkit dan melayakkan diri kembali menjadi umat terdepan pemimpin peradaban. Mari kita bersama bersatu menjadi umat yang mulia dengan menerapkan Islam secara kaffah dan dipimpin oleh satu pemimpin yang juga menerapkan Islam secara kaffah. Sebab tidak ada satu pun persoalan manusia yang tidak bisa diselesaikan dan diatur dengan Islam. Islam adalah agama yang sempurna. Islam bukan hanya agama untuk umat Islam, tetapi untuk seluruh manusia dan alam semesta.

Wallahu'alam bishshawab.




Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.

Posting Komentar

0 Komentar