Sistem Rusak Hanya Melahirkan Generasi yang Merusak


Oleh : Ulianafia (Ummu Taqiyuddin)

Tindak kriminalitas di dunia remaja nampaknya semakin menjadi-jadi. Seperti yang belum lama tawuran dengan senjata tajam di Lhoksoemawe yang dilakukan oleh dua kelompok remaja. Dikabarkan mereka terdampak game online dengan aksi kekerasan. Begitupun dengan aksi klitih di Jogja dan menyebar ke Klaten, dengan aksi sengaja melukai orang untuk menunjukkan keberaniannya untuk masuk dalam komunitasnya. Inilah gambaran suramnya dunia remaja. Yang tiada lain akibat penerapan sistem kapitalisme sekuler yang telah bercokol lebih dari seabad lamanya ini. Semenjak runtuhnya kekhilafahan ustmaniyah tahun 1924 mulailah agama disingkirkan dari kehidupan oleh pengagasnya Mustafa Kamal Attaturk. 

Semenjak kekhilafahan dihapuskan, maka agama mulai disingkirkan, kebebasan dituhankan dan materi menjadi tujuan kehidupan. Begitupula dengan arah pendidikan yang dijalankan. Anak-anak terdidik dengan melepaskan agama, menjunjung kebebasan dan memuja materi. Yang akibatnya dari generasi ke generasi anak-anak bangsa rusak dan merusak. Seperti, kasus tawuran di Lhoksoemawe akibat game online yg mengajarkan kekerasan. Ini tiada lain adalah produk-produk generasi awal pemuja materi tadi. 

Dimana secara usia remaja memiliki potensi dari berbagai sisi dan kecerdasan yang tinggi yang harus disalurkan dan dikembangkan. Namun, ketika tidak ada akses penyaluran yang benar akhirnya mereka masuk dalam aktivitas yang rusak dan merusak. Salah satunya digunakan untuk memproduksi produk-produk yang hanya menghasilkan materi belaka meski memiliki dampak bahaya dan kerusakan yang besar kalaupun tidak sampai bahaya tapi hanya produk kesia-siaan belaka tanpa ada nilai kemaslahatan untuk kehidupan. Seperti berbagai produk perfilman baik dewasa maupun anak, vidio, lagu, bahkan menyasar pada mainan semua hanya untuk mengejar materi semata tanpa melihat dampak baik dan buruknya. 

Begitupun para orang tua yang telah melepaskan agama dari kehidupan juga melepaskan kewajiban dari mendidik anak-anaknya dengan agama. Karena mereka tersibukkan dengan mengejar materi semata. Hal ini bisa disebabkan karena dua hal, pertama pemahaman orang tua akan kehidupan yang bertujuan pada pencapaian materi semata, sehingga mereka beranggapan cukup dengan pemberian fasilitas dan materi dalam mendidik anak-anaknya. Dan yang kedua karena memang sulitnya mencari pekerjaan serta beratnya beban kehidupan dalam kapitalisme sendiri. Seperti, biaya pendidikan, kesehatan dan bahkan biaya makan saja begitu mahal. Dan Inilah memang thabi'i kehidupan kapitalisme. 

Tidak jauh berbeda dengan para penguasanya. Dimana mereka juga generasi produk pendidikan kapitalis sekuler yang memuji pada materi semata, yang tentu berbagai kebijakan mereka hanya untuk meraup materi semata tanpa memikirkan kemaslahatan rakyatnya. Seperti, melegalkan makanan dan minuman, atau bahkan perilaku dan aktivitas serta tontonan yang berbahaya dan haram sekalipun dengan dalih masih memberi masukan pajak dan manfaat materi lainnya.  Akhirnya rakyat dan generasi tercekoki berbagai tontonan yang rusak serta makanan dan minuman yang berbahaya dan haram yang dapat dengan mudah didapatkan. 

Inilah gambaran generasi yang rusak dan merusak. Yang tidak bisa dihentikan kecuali dengan memperbaiki generasi yang rusak ini kepada generasi mulia yang akan melahirkan generasi mulia pula. Tentu semua ini dengan mengembalikan agama Islam sebagai panduan dan aturan kehidupan secara menyeluruh. Sehingga, manusia akan tahu akan tujuan hidup, batasan halal dan haram serta kemuliaan hidup yg harus diraihnya. 

Disinilah Islam dengan segenap aturannya yang shahih dan sesuai fitrah manusia akan menjaga kemuliaan manusia sebagai makhluk yang sempurna. Islam yang menjadikan ibadah adalah tujuan hidup manusia tentu aktivitasnya yang diambilkan hanyalah untuk meraih ridho Allah SWT semata. Sehingga segala perbuatan akan disandarkan pada aturan Islam. Sebagaimana pendidikan yang akan ditunjukkan untuk mencetak manusia yang beriman dan bertakwa.  Sebab, jika generasinya baik tentu seluruh potensi dan kecerdasannya akan digunakan pada hal yang memiliki maslahat untuk kehidupan. Sebagaimana lahirnya para ilmuwan muslim dan para pemimpin di sistem islam Seperti, Muhammad Al Fatih yang menjadi pemimpin diusia 21 tahun, Usamah bin Zaid menjadi panglima perang diusia 18 tahun, dan bahkan Ali bin Abi Thalib yang berani menggantikan posisi tidur Rasulullah saat mau dibunuh diusia yg masih 10 tahun.

Selanjutnya dengan orang tua yang paham akan kewajiban dalam mendidik anak-anaknya tentu akan konsen pada pendidikan agama anak-anaknya. Sebab, setiap menjalankan kewajiban adalah jalan meraih keridhoan Allah. Yang tentu sebagai seorang muslim akan mengejar hal demikian. 

Begitupula negara atau pengusaha pun akan menjalankan kekuasaannya sebagaimana Islam memerintahkan. Yaitu mengatur urusan umat. Baik sandang, pangan, papan, pendidikan, kesehatan, serta keamanan akan dijamin oleh penguasa. Sehingga, penguasa dalam sistem Islam hanya untuk meraih ridho Allah semata alias menjamin penerapan aturan islam secara menyeluruh. Dengan demikian manusia dan kehidupan akan bisa merasakan kehidupan Islam yg rahmatan lil 'alamin. Waallahu'alam .




Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.

Posting Komentar

0 Komentar