Oleh : Ummu Umaroin.
Masih ingat dengan warga dari Kabupaten Karo Sumatera Utara yang mengirimkan jeruk satu truk untuk Presiden Jokowi di Istana Kepresidenan, Jakarta? Kini, warga setempat membangun patung Jokowi. Dilansir detikSumut, patung itu dibangun warga di Liang Melas Datas (LMD), Kabupaten Karo, Sumatera Utara. Pembangunan patung ini adalah wujud terima kasih warga atas perbaikan jalan yang dilakukan Jokowi di lokasi itu.
Dahulu, pengiriman jeruk satu truk ke Istana Kepresidenan memang dimaksudkan sebagai oleh-oleh yang menyertai permintaan warga agar jalanan di Liang Melas Datas Kabupaten Karo itu diperbaiki. Jeruk itu diterima dikirimkan pada 3 Desember 2021 silam. Lantas, jalanan di kawasan itu mulai diperbaiki pada Februari 2022. Kemudian, warga membangun patung Jokowi. Patung Jokowi itu akan diletakkan di Monumen Juma Jokowi dengan tinggi patung 6meter dan pondasi 1,5 meter. Selain itu, akan ada taman di sekitar patung. Pembangunan keseluruhan direncanakan mencapai Rp 2,5 miliar, berasal dari dana patungan warga dan Wali Kota Medan Bobby Nasution yang merupakan keluarga Jokowi juga.
"Sementara dihitung-hitung Pak Boy Brahmana karena hitungan biaya daripada monumen tersebut berkisar lebih kurang Rp 2,5 miliar, jadi inilah Ibu Bupati, Pak Bobby, kemudian juga Pj Gubernur Sumatera Utara, harapan kami kenapa kami sampaikan ini," kata Ketua Panitia Pembangunan Monumen Juma Jokowi sekaligus Kepala Desa Polatebu, Adil Sebayang, dilansir detikSumut, Sabtu (4/11) lalu.
Dimana Bentuk Pengurusan Seorang Pemimpin terhadap Rakyatnya?
Masyarakat Karo tidak semestinya membangun patung seorang pemimpin negeri ini, hanya karena pemimpin tersebut telah memperbaiki jalanan di daerah mereka. Masalah peremajaan atau perbaikan infrastruktur di daerah manapun itu, sudah menjadi sebuah tanggung jawab seorang pemimpin negeri ini. Dengan biaya yang tidak sedikit harus dialokasikan hanya untuk sebuah patung, itu adalah bentuk kesia-siaan dan mubazir serta tidak bisa memberikan manfaat bagi negeri ini. Dan rakyat tidaklah pantas dibebankan dengan harus patungan mengumpulkan uang hanya untuk sebuah patung, karena masih banyak lagi kebutuhan rakyat yang belum mampu dipenuhi oleh negara. Dan kalau lah setiap daerah harus memberikan apresiasi kepada seorang pemimpin atau penguasa yang telah memperbaiki jalan, atau pun memberikan pelayanan publik, lalu apa gunanya pemimpin yang sudah mendapatkan gaji yang lumayan besar dari uang rakyat? Ini sama saja seperti istilah "tidak ada makan siang yang gratis".
Seorang pemimpin seharusnya paham terhadap kewajiban dan tanggung jawabnya sebagai pemimpin. Tidak membebankan rakyat dengan harus memelas agar jalanan mereka bisa diperbaiki, dan setelah jalan diperbaiki malah bangga dengan hadiah sebuah patung. Kalau semua daerah harus membuatkan patung Jokowi di daerahnya, karena jalanan mereka sudah diperbaiki pemerintah, mau berapa banyak patung Jokowi bertebaran di seluruh Indonesia? Pemimpin dan Pemerintahan seperti ini hanya ada di dalam sistem kapitalisme, kerja sedikit gaji mau besar, ditambah lagi dengan segala macam tunjangan. Seharusnya pemerintah memberikan pelayanan terbaik untuk warganya tanpa imbalan atau hadiah apapun.
Nah, di dalam ajaran agama Islam, seorang pemimpin berkewajiban mengurus seluruh urusan kebutuhan warga negaranya. Mulai dari kebutuhan pokok, sandang, pangan dan papan setiap individu masyarakat nya. Serta pemimpin di dalam sistem Islam juga wajib memberikan dan menjaga infrastruktur yang terbaik untuk seluruh warganya, tanpa imbalan apapun dari warganya. Semua itu dilakukan dan dijalankan oleh seorang pemimpin yang hanya taat kepada Allah SWT, karena Ia memimpin bukan karena mengejar dunia, akan tetapi mencari ridho Allah serta surga di akhirat kelak. Pemimpin dan Pemerintahan seperti ini bisa kita rasakan didalam sistem Khilafah Islamiyyah.
Waalahu'alam bishowab.
Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.
0 Komentar