Waspada Potensi Konflik Menjelang Pemilu


Oleh: Habsah

Pemilihan Umum (Pemilu) merupakan momen kritis dalam proses demokrasi Indonesia. Pada pemilu 2024 mendatang, masyarakat Indonesia akan kembali memilih presiden. Namun, masa menjelang pemilu seringkali dikaitkan dengan meningkatnya ketegangan politik, koneksi, dan perpecahan dalam masyarakat, berbagai berita palsu bahkan propaganda murahan. 

Keberpihakan rakyat kepada Partai hari ini umumnya karena faktor emosional, simbol dan figur, tanpa pemahaman yang benar akan arah dan tujuan partai. Keterikatan demikian memudahkan terjadinya gesekan antar individu/kelompok lantaran kuatnya sentimen/ego kelompok dengan pemicu yang sangat sepele.

Mirisnya perselisihan lazim terjadi di akar rumput, padahal para elit partai  justru bekerja sama  demi tercapainya  tujuan.  Fakta ini selaras dengan ungkapan ‘tidak ada teman sejati,  yang ada adalah kepentingan abadi. Sebagaimana dilansir dari Republika.co.id  Sebanyak 11 sepeda motor dan tiga rumah warga mengalami kerusakan akibat bentrok antarsimpatisan yang terjadi antarmassa di daerah Muntilan, Magelang, Jawa Tengah, Ahad (15/10/2023) sore. Dari laporan kepolisian, kejadian tersebut berlangsung di Jl. Magelang Jogja km 13 Kalangan, Pabelan, Mungkid, Magelang sekitar pukul 15.00 WIB. Dimana telah terjadi gesekan antara simpatisan PDIP dengan GPK. 

Menurut saksi, kejadian itu bermula saat salah satu kelompok yang terlibat bentrok mengadakan kegiatan di Lapangan Soepardi, Sawitan, Magelang. Usai acara tersebut, kelompok tersebut pulang ke arah Yogyakarta melalui jalan provinsi. Akan tetapi, kelompok ini terlibat gesekan dengan kelompok lain di Jalan Batikan, Mungkid, Magelang, kemudian berlanjut di simpang tiga tape ketan Muntilan. Mereka tidak terima karena terdapat korban luka di Batikan. Massa lalu memblokade Jalan Pemuda sekitar pukul 16.00 WIB. Akibat bentrokan tersebut, 11 motor rusak diamuk massa. Selain itu, kaca pada dua rumah dan satu bangunan panti asuhan pecah.

Begitulah potret partai politik yang ada di sistem kapitalistik, harus diakui sejujurnya, ternyata kepentingan partai politik merupakan kepentingan kelompok kapitalis. Lihat saja, ketika calon ketua partai politik ingin mencalonkan diri memimpin sebuah partai politik, kelompok kapitalis mulai bergentayangan. Mereka secara diam-diam atau terang-terangan menawarkan kepada calon ketua talangan dana yang menggiurkan. Artinya, seluruh kepentingan calon ketua biasanya ditanggulangi para kapitalis. Bahkan tidak heran jika beberapa partai politik baku hantam apabila kepentingan mereka tidak terealisasikan.

Umat harus paham tujuan  yang hendak diraih dan waspada akan pihak-pihak yang memanfaatkan suara rakyat untuk  kepentingan individu/kelompok. Pada dasarnya, keberadaan partai politik Islam dalam negara islam bertujuan untuk melakukan kontrol dan muhasabah terhadap negara, terutama dalam penerapan syari’at  di dalam negeri, serta kebijakan-kebijakan luar negeri. Jika pemimpin melakukan penyimpangan, maka partai politik Islam akan melakukan koreksi terhadap penguasa. Bahkan ia akan mengerahkan kekuatan rakyat untuk melakukan koreksi. Selain itu, partai politik Islam juga akan melakukan tugas-tugas utamanya, yakni mendidik kesadaran politik umat.

Partai politik di dalam negara Islam juga tidak akan memerankan dirinya sebagai kekuatan oposisi yang akan selalu menentang kebijakan negara, atau sebaliknya ia akan mendukung seluruh kebijakan negara. Tidak demikian. Pada prinsipnya, Partai politik akan melakukan koreksi tatkala terlihat ada penyimpangan. Sebaliknya, Partai politik tersebut harus mendukung kebijakan-kebijakan negara yang sejalan dengan syari’at. Tidak seperti konsepsi Partai politik dalam sistem demokrasi, dimana Partai politik dibelah menjadi dua kekuatan yakni, Partai politik yang menjadi perpanjangan tangan pemerintah (partai penguasa), dan partai oposisi yang terus menyerang kebijakan pemerintahan. 

Selain itu negara wajib membangun kesadaran umat secara hakiki dan menjadikan akidah sebagai asas dalam kehidupan dan membangun persatuan umat. Islam membolehkan adanya banyak partai sebagai sarana melakukan muhasabah, namun tetap terikat aturan Allah dan RasulNya dan saling menghormati dalam menjalankan amanahnya 




Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.

Posting Komentar

0 Komentar