Hilangnya Jati Diri Remaja di Zaman Penuh Kebebasan


Oleh : Najwa Aliya

Jati diri sama hal nya dengan tujuan hidup, jika jati diri itu hilang berarti hilang pula tujuan kita hidup di dunia yang kenyataannya penuh dengan kebebasan.

Ada banyak anak-anak jalanan atau kita sebut anak punk yang memang tidak ada kerjaan di pinggir-pinggir jalan, sehingga membuat pengguna jalan dan warga sekitar pun merasa resah jika ada mereka, merasa terganggu ketika anak-anak itu mondar-mandir gak karuan di jalanan.

Apalagi, sangat menjengkelkan ketika masih muda, tapi sudah pandai meminta atau mengemis, dan juga sudah pandai untuk naik-naik mobil pick up tanpa seizin si supir, main naik saja.

Sebetulnya  jika di pikir-pikir, banyaknya kasus anak jalanan yang kita ketahui dari berita-berita, dan mereka melakukan tindak kriminal dan pelanggaran, itu baru yang tercatat, belum banyak lagi remaja-remaja model seperti itu berkeliaran di luar sana.

Hidup mereka penuh dengan kebebasan, hilang jati diri dan entah harus bagaimana sebab, memang kurangnya bimbingan, yang mereka kerjakan tidak jauh dari aktivitas pacaran, mabuk-mabukan, maling, atau bahkan berzina. 

Mereka tidak akan jauh dari aktivitas maksiat seperti itu, bisa jadi itu menjadi hal yang biasa karena terbiasa. Orang jauh dari agama, dan lupa akan sang pencipta,  di dukung pula oleh sistem rusak saat ini, pastilah mereka akan kalah oleh hawa nafsu nya sendiri

Mirisnya lagi, bahkan tingkat seorang pelajar saja sudah bergaya-gayaan seperti anak-anak yang tidak berpendidikan. Seorang pelajar juga banyak yang berzina, pelajar juga banyak yang suka ngompreng-ngompreng mobil pick up, banyak juga pelajar yang hobinya bukan belajar tapi malah tawuran.

Di zaman penuh kebebasan ini, remaja yang telah hilang jati dirinya bebas melakukan apapun untuk memenuhi keinginan mereka, dengan kebebasan tersebut mereka terlena dan mulai nyaman dengan maksiat-maksiat yang di lakukan.

Mengapa bisa, remaja kehilangan jati dirinya?  Banyak remaja justru  memilih menjadi anak punk dari pada harus lelah belajar, hanya membuat kepala pusing, lebih baik bersenang-senang di Zaman bebas seperti ini.

Apakah ada kesalahan dari para remaja itu sendiri? bisa jadi, sebab para remaja juga jangan hanya duduk atau rebahan ibaratnya daun yang mengikuti kemanapun arus air melaju, mereka harus punya keinginan untuk mengaji, dan mencari tau, hukum-hukum agama apa saja yang tidak mereka ketahui.

tapi kembali lagi, tidak semua remaja yang kehilangan jati dirinya itu bersalah. Dimana-mana namanya makhluk sosial itu ya butuh motivasi dan bimbingan, bukan hanya sekedar menyuruh untuk pergi ngaji tapi tidak memberi pembekalan yang lengkap untuk berangkat mengaji.

Mereka butuh sesuatu yang menuntun nya untuk menemukan jati dirinya yang benar, bukan menjerumuskan mereka ke jati diri yang salah, alhasil dia lebih memilih untuk memiliki jati diri yang buruk.

Faktor yang membuat remaja sulit menemukan jati dirinya adalah dukungan sekulerisme yang kuat pada zaman di era kapitalisme ini.

Dengan melakukan pemisahan agama dari kehidupan itu, cukup membuat remaja kesulitan untuk menemukan jati diri mereka yang hakiki, dengan dorongan  sekuler ini membuat remaja merasa mantap dengan jatidirinya yang buruk.

Bagaimana tidak, hampir setiap hari, para remaja di berikan faham-faham sekuler kapitalisme, dan hedonisme. Dari mulai Fashion, Fun, Food, dan Film. Hampir setiap hari, para remaja disuguhkan dengan trend Fashion yang kece-kece, tiap hari remaja di suguhkan film-film pornografi, atau drama-drama korea dan sebagainya. Dan di suguhkan hiburan-hiburan yang mengandung maksiat, konser-konser. Dan makanan-makanan yang tidak tau halal haramnya.

Dan pemerintah, seharusnya bukan hanya sekedar menghimbau tetapi harus melakukan upaya yang bisa menyelesaikan akar masalah, selain memperbanyak pesantren, menambah jam pelajaran agama di sekolah-sekolah umum, pemerintah harus merubah sistem/aturan saat ini yang menggunakan aturan manusia, kepada aturan yg menciptakan manusia, yaitu aturan Islam.

Sistem saat ini, yaitu kapitalisme sekuler, sengaja mempersulit remaja untuk mencari Jati dirinya sesuai islam, dan menyuguhkan berbagai Hedonisme yang menyerang pemikiran remaja.

Mengapa bisa begitu? Sudah jelas sekali bahwa mereka takut jika remaja-remaja islam mengkaji islam secara kaffah, karena pemuda islam memiliki semangat juang dan semangat jihad yang sangat besar.

Seperti hal nya para pemuda di Zaman Rasulullah dan dimana saat dunia ini masih di kuasai oleh sistem islam. Banyak sekali pemuda-pemuda dengan jiwa jihad yang membara.

Bayangkan saja, saat di tanya, tempat apa yang paling di sukai, jawabannya  Medan perang, benda apa yang paling disukai, jawabannya  pedang. Tidak heran kalau islam selalu menang, karena ada para pemuda yang kuat dan pintar lagi ta'at didalamnya.

Salah satunya, pemimpin umat islam pada Zaman kekhilafahan usmani, sultan yang usianya saat itu baru 21 tahun, namun telah berhasil menaklukkan kota yang amat kuat dan megah, yaitu konstantinopel. 

Siapa lagi kalau bukan Sultan Muhammad Al-Fatih, beliau salah satu pemuda sekaligus pemimpin umat islam pada saat itu.

Sejak kecil tidak pernah mengerjakan sesuatu yang sia sia, apalagi ngajak tawuran, zina dan mabuk-mabukkan. Semua itu jauh dari sifat beliau.

Sultan Mehmed 2, sedari kecil sudah dimotivasikan oleh ayah dan gurunya tentang bisyaroh Rasulullah, yakni takluknya konstantinopel. Sehingga ia tumbuh dengan kepribadian Islam yang kuat, dan semenjak baligh tak pernah meninggalkan sholat malam apalagi sholat wajib.

Saat ini, di era kapitalisme ini, apakah remaja dibimbing untuk mencari jati diri yang sebenarnya? Tidak.

Kita tidak bisa berharap lebih di era kapitalisme ini, lantas tanggung jawab siapa sih? Tentunya tanggung jawab negara untuk membimbing remaja untuk menemukan jati dirinya. Dan menghilangkan sesuatu yang mendukung Remaja menuju jalan yang jelas tidak baik.

Namun, sayang seribu sayang, bahwa ternyata bukan hanya itu solusinya, seberapapun upaya pemerintah untuk memberikan yang terbaik, jika masih saja menjadikan kapitalisme sebagai poros kehidupan, akan berakhir sia-sia.

Karena solusi terbaik dari semua problematika kehidupan ini adalah islam itu sendiri. Menerapkan islam secara keseluruhan. 

Mari kita selamatkan para remaja di seluruh negeri ini dengan berjuang menegakkan agama Allah, dan hidup dalam naungan islam.




Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.

Posting Komentar

0 Komentar